Waspada Angin Duduk, Bahaya yang Sering Sekali Diabaikan
Penulis Unknown | Ditayangkan 20 Oct 2016 Ada yang pernah mengalami masuk angina? Hmm.. pasti kalian pernah mengalaminya. Lalu pernahkah kalian mendengar istilah angin duduk? Memang sih terdengar sama, tapi ternyata kedua penyakit ini benar-benar berbeda.
BACA JUGA: Apes Banget! Berniat Jambret Emas, Malah Ditodong Pistol Sama Pemiliknya
Berbeda dengan masuk angin, angin duduk adalah penyakit yang menandakan adanya gangguan oada jantung. Angin duduk dianggap sangat berbahaya bukan tanpa alasan, melainkan banyak penderitanya yang berakhir tutup usia.
Dikutip Wajibbaca dari Kompas, walaupun menyerang jantung, angin duduk memliki gejala yang mirip dengan masuk angin biasa. Oleh karena itu, gejalanya pun sering disepelekan.
Rosa (28) tak menyangka akan ditinggal suaminya begitu cepat. Setelah dua bulan terakhir mengeluh sering merasa tak enak badan seperti masuk angin, suami Rosa mendadak meninggal dunia. “Biasanya dikerok untuk menghilangkan rasa tak enak itu meski tak selalu berhasil. Kita pikir itu angin duduk yang emang bandel banget. Lebih bandel dari masuk angin biasa,” ucap Rosa.
Dr. Santoso Karo Karo MPH, Sp. JP, pakar jantung dari Perkumpulan Dokter Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) menjelaskan, bahwa angin duduk ini sebetulnya salah kaprah dan harus diluruskan. Yang terjadi sebenarnya adalah penyempitan pembuluh darah di jantung.
“Gejalanya memang menyerupai masuk angin. Dalam dunia medis, gejala ini disebut angina pectoris. Jadi, angina pectoris bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyempitan pembuluh darah di jantung,” ucap Dr. Santoso.
Angin duduk, lanjut Dr. Santoso, hanya istilah salah yang dikenal oleh masyarakat awam. Sayangnya, karena anggapan salah itu, masih banyak orang yang mendapat penanganan tak benar.
“Karena dianggap masuk angin, lalu penanganannya dikerok, dioles minyak hangat, dan minum jamu tolak angin. Padahal masalah sebenarnya ada di pembuluh jantung,” kata Dr. Santoso.
Jadi, sambung Dr. Santoso, angina pectoris tak akan sembuh kalau dikerok atau diberi jamu. Solusi satu-satunya hanyalah melonggarkan sumbatan yang terjadi.
Gejala angina pectoris sebenarnya cukup khas, yakni rasa nyeri hebat pada dada seperti ditekan dan diremas. Bahkan rasa sakit itu bisa menjalar ke leher, lengan hingga ulu hati. Gejalanya juga bisa disertai denghan sesak nafas, keringat dingin, kembung atau maag.
Pada kasus angina pectoris, waktu adalah hal yang sangat berharga. Jika terjadi serangan angina pectoris, si penderita punya waktu 30 menit hingga 2 jam untuk diberi pertolongan sebelum otot jantungnya mulai rusak dan nyawanya sulit ditolong.
“Jika mengalami atau menemui orang yang memiliki gejela tersebut, segera periksakan ke dokter atau rumah sakit. Jika dibiarkan, risiko kematian semakin besar,” imbuh Dr. Santoso.
BACA JUGA: Apes Banget! Berniat Jambret Emas, Malah Ditodong Pistol Sama Pemiliknya
Berbeda dengan masuk angin, angin duduk adalah penyakit yang menandakan adanya gangguan oada jantung. Angin duduk dianggap sangat berbahaya bukan tanpa alasan, melainkan banyak penderitanya yang berakhir tutup usia.
Dikutip Wajibbaca dari Kompas, walaupun menyerang jantung, angin duduk memliki gejala yang mirip dengan masuk angin biasa. Oleh karena itu, gejalanya pun sering disepelekan.
Rosa (28) tak menyangka akan ditinggal suaminya begitu cepat. Setelah dua bulan terakhir mengeluh sering merasa tak enak badan seperti masuk angin, suami Rosa mendadak meninggal dunia. “Biasanya dikerok untuk menghilangkan rasa tak enak itu meski tak selalu berhasil. Kita pikir itu angin duduk yang emang bandel banget. Lebih bandel dari masuk angin biasa,” ucap Rosa.
Dr. Santoso Karo Karo MPH, Sp. JP, pakar jantung dari Perkumpulan Dokter Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) menjelaskan, bahwa angin duduk ini sebetulnya salah kaprah dan harus diluruskan. Yang terjadi sebenarnya adalah penyempitan pembuluh darah di jantung.
“Gejalanya memang menyerupai masuk angin. Dalam dunia medis, gejala ini disebut angina pectoris. Jadi, angina pectoris bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyempitan pembuluh darah di jantung,” ucap Dr. Santoso.
Angin duduk, lanjut Dr. Santoso, hanya istilah salah yang dikenal oleh masyarakat awam. Sayangnya, karena anggapan salah itu, masih banyak orang yang mendapat penanganan tak benar.
“Karena dianggap masuk angin, lalu penanganannya dikerok, dioles minyak hangat, dan minum jamu tolak angin. Padahal masalah sebenarnya ada di pembuluh jantung,” kata Dr. Santoso.
Jadi, sambung Dr. Santoso, angina pectoris tak akan sembuh kalau dikerok atau diberi jamu. Solusi satu-satunya hanyalah melonggarkan sumbatan yang terjadi.
Gejala angina pectoris sebenarnya cukup khas, yakni rasa nyeri hebat pada dada seperti ditekan dan diremas. Bahkan rasa sakit itu bisa menjalar ke leher, lengan hingga ulu hati. Gejalanya juga bisa disertai denghan sesak nafas, keringat dingin, kembung atau maag.
Pada kasus angina pectoris, waktu adalah hal yang sangat berharga. Jika terjadi serangan angina pectoris, si penderita punya waktu 30 menit hingga 2 jam untuk diberi pertolongan sebelum otot jantungnya mulai rusak dan nyawanya sulit ditolong.
“Jika mengalami atau menemui orang yang memiliki gejela tersebut, segera periksakan ke dokter atau rumah sakit. Jika dibiarkan, risiko kematian semakin besar,” imbuh Dr. Santoso.