Pantaskah Disebut Istri Jika Tak Mampu Jadi Pelipur Suami?
Penulis Cang Karna | Ditayangkan 31 May 2017Dalam salah satu lagu nasyid Raihan yang terkenal itu menyanyikan; ‘Hiburkan hati yang masih gelisah, Ubati hati yang telah terluka’.
Hiburan menjadi pendorong dan energi bagi hati dikala duka dan suka. Tentunya hiburan yang terbaik itu selalu ada penghibur yang hebat. Bahkan dibalik keberhasilan Rosulullah Saw. dalam fase dakwah Mekkah dan Madinah itu ada dua wanita penghibur yang menghiasi hatinya dalam mengemban dakwah.
Allah Swt menghadirkan dua wanita agung ini menjadi wanita penghibur baginya. Dua wanita yang agung itu adalah Khadijah dan ‘Aisyah.
Khadijah walaupun usianya terpaut jauh dari Rosulullah, beliau seorang wanita yang tak tergantikan oleh siapapun. Ini bisa dilihat dari sebuah kisah ketika Rosulullah menyebutkan keutamaan Khadijah dihadapan ‘Aisyah. Lantas ‘Aisyah dengan rasa cemburunya menyatakan, “Bukankah ia hanya seorang wanita tua belaka yang Allah sudah memberikan ganti kepadamu istri yang lebih baik darinya?”
BACA JUGA : Sumpah Setia Tidak Mau Menikah Lagi Meski Suami Meninggal, Bolehkah?
Rosulullah sangat marah mendengar kata-katanya, lantas beliau bersabda, “Tidak, demi Allah. Allah belum memberi ganti dengan istri yang lebih baik daripadanya. Ia beriman kepadaku ketika semua manusia ingkar. Ia membenarkanku ketika seluruh manusia mendustakanku. Ia membantuku dengan hartanya ketika semua manusia menahannya, dan Allah mengaruniakan kepadaku anak dari dia, tidak dari yang lain.
Allah menghadirkan khadijah kepada Rosulullah pada waktu yang tepat. Karena kedewasaan dan kematangan usia Khadijah yang dibutuhkan oleh beliau ketika mengemban dakwah pertama kalinya. Maka Khadijah menjadi wanita penghibur bagi beliau ketika jiwanya lelah oleh tekanan, celaan, dan penganiayaan di Makkah. Ketika tugasnya selesai dengan sempurna, Allah memanggil Khadijah di sisi-Nya. Peristiwa tersebut dikenal dengan ‘Amul Huzni, tahun duka cita bagi beliau.
Karena Allah memang menyiapkan Rosulullah naik level dalam dakwahnya. Yaitu tugas yang berat, sebuah tugas yang akan mengorganisir sebuah negara dakwah. Maka Allah menghadirkan ‘Aisyah sebagai wanita penghibur bagi beliau. Kehadiran ‘Aisyah untuk menceriakan dan menggairahkan beliau ketika ditimbuni tugas-tugas; pertempuran, pengajaran, ekonomi, kemasyarakatan, dan pemerintahan.
Maka tidak salah jika Anis Matta menyatakan dibalik hebatnya para pahlawan selalu ada peran wanita. Oleh karena itu, jadilah wanita penghibur bagi suamimu dikala duka dan suka. Karena hiburan itu selalu menjadi energi positif bagi jiwa yang lelah.