Inilah Warisan yang Sebenarnya Harus Kita Wariskan Kepada Anak-anak Kita.

Penulis Unknown | Ditayangkan 13 Jun 2016
Satu kalimat yang powerfull bagi kita jika kalimat ini mampu kita terapkan dalam keseharian kita. Termasuk dalam upaya kita membawa bahtera rumah tangga menuju ridha Allah Swt. Kalimat ini  powerfull dalam upaya kita mengajak anak untuk mencintai islam, mencintai Allah, dan mencintai Rasulullah.

Inilah Warisan yang Sebenarnya Harus Kita Wariskan Kepada Anak-anak Kita.

Tapi sebelum kita bahas lebih dalam tentang kalimat ini, mari kita bicarakan sedikit tentang warisan. Apa yang terpikir di benak Anda ketika kita berbicara mengenai warisan? Berikut yang berhasil kami lansir dari muslimah warisan yang perlu dimiliki untuk anak yang sebenarnya.

Betulkah perkiraan saya jika saya katakan bahwa ketika berbicara tentang warisan, yang terpikir dalam benak kita adalah bagaimana anak-anak memiliki kehidupan aman secara finansial. Maka Ayah dan Bunda berusaha mati-matian banting tulang mencukupi kebutuhan dunianya. Sandangnya, pangannya, papannya, primer, tersier, sekunder, dsb.

Banyak dari kita yang selalu bertanya. “Apa yang akan engkau makan setelah aku pergi nanti, nak?” Maka saat masih hidup kita mati-matian bekerja dari pagi hingga malam agar dapat mewariskan sesuatu bagi anak-anak kita. Tidak ada yang salah dengan “pengorbanan” ini. Namun jangan pernah mau dibutakan oleh kehidupan dunia wahai Ayah dan Bunda. “Pengorbanan” ini akan sia-sia saja jika anak tidak ridha orang tuanya tidak punya waktu untuknya. Allah tidak akan ridha pada “pengorbanan” ini sebab ia lebih banyak mengingat deadline dari pada mengingat-Nya.

Diceritakan dalam surat Al-Baqarah ayat 133. yang Yakub tanyakan pada anak-anaknya bukanlah tentang harta atau urusan perut saja, melainkan yang lebih  penting dari itu. Yakni, “Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?”

Bukan warisan berupa kekayaan harta yang ia khawatirkan. Melainkan sebuah warisan yang lebih berharga lagi dari itu. Sebuah pemahaman tentang keimanan, ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan kepada Allah yang akan berujung pada kebahagian kelak di akhir hidup kita setelah dunia.

Setelah bertanya “Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?” Mereka (putra nabi Yakub) pun menjawab. “Kami akan menyembah Tuhan engkau dan Tuhan bapak-bapakmu Ibrahim dan Ismail dan Ishaq. Yaitu Tuhan Yang Tunggal, dan kepada-Nyalah kami akan menyerah diri.”

Lalu jawaban apa yang  akan kita dapat jika hal itu kita tanyakan kepada anak-anak kita? Mampukah uang yang kita wariskan menyelamatkan mereka di akhirat nanti? Sudikah kiranya Allah menerima kita dan keluarga kita untuk bertemu dengan-Nya jika yang kita pedulikan selama di dunia ini hanyalah urusan kemewahan dunia?

Atau barang kali kita merasa sudah berusaha mengenalkan siapa Tuhan kita kepada anak-anak kita dengan menyuruhnya ibadah ini dan itu tanpa memahami ilmunya? Bagaimana seharusnya kita menyampaikan hal itu?

Mari kita berkaca. Jangan-jangan ada yang salah dengan cara kita. Kupikir banyak dari kita yang sibuk menyuruh mereka shalat tanpa menjelaskan alasan mengapa manusia harus shalat. Kita marah karena anak tak kunjung menuruti tentang apa yang telah kita perintahkan. lalu dengan mudah kita marah dan berkata. “Kamu jangan melawan ya sama orang tua, itu dosa!” (sambil melotot dan tolak pinggang). Belum selesai dengan pelajaran shalat, anak sudah dijejali lagi dengan pelajaran birul walidain yang seharusnya itu adalah perintah Allah kepada anak, bukan perintah orang tua kepada anak.

Ayah, Bunda, be wise. Semua ada caranya, dan pendidikan anak telah sempurna Allah jelaskan dalam Alquran. Telah ada seseorang yang Allah ceritakan dalam Al quran untuk kita teladani.

Mari kita buang sejenak teori-teori barat yang selama ini telah kita kumpulkan dalam ingatan kita. Mari kita kembali, kita kembalikan lagi tuntunan hidup kita pada sebaik-baiknya ilmu, yaitu Al quran. Mari kita sepakati bahwa the truth parenting adalah menjadi orang tua yang selalu kembali pada Al quran.

Pertanyaannya saat ini adalah apa yang akan kita wariskan kepada anak-anak kita setelah kita meninggal nanti? Hal apa yang paling penting untuk mereka miliki dalam menjalani kehidupan di masa depan?

Jawabannya adalah “Anisykurlillah,” Sebuah kalimat yang saya pikir sangat powerfull untuk diucapkan dan powerfull untuk diamalkan. Bunyi kalimat Anisykurlillah dalam surat Luqman ayat 12 seperti ini. “Dan sungguh, telah kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! . . .”

Ayah dan Bunda, ajaran Islam adalah apa yang muncul di hati kita. Dan hal ini yang dilakukan oleh Luqman, saat ia mengajarkan tentang iman kepada putranya. Dalam surat itu Allah mengatakan sesuatu yang harus kita mulai dengan hati kita pertama-tama adalah bersyukurlah.

Saat kita mulai bersyukur, maka yang akan muncul dalam hati adalah pikiran-pikiran positif yang berujung pada sikap-sikap positif dalam diri ketika menjalani kehidupan ini.

Syukur akan mengubah cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Kita akan lebih banyak menangkap hal baik dalam diri kita yang telah Allah karuniakan. Kita akan senantiasa bersyukur atas apa yang Ia berikan kepada kita. Baik buruk, susah senang, tangis dan tawa, dengan syukur maka kita akan mudah sekali menerima apapun yang terjadi lalu berusaha lagi dan lagi.

Jadi ajaran tentang iman ini adalah mengenai persepsi positif terhadap diri kita sendiri. Dan hal ini akan mudah kita dapatkan adalah dengan bersyukur.

Apa yang kita inginkan dari anak-anak kita? Kita ingin ia tidak menyekutukan Allah? Kita ingin ia berbakti pada orang tua? Kita ingin ia rajin salat? Mampu bersabar? Menjaga diri dari dosa? Banyak kan yang kita ingin anak kita pelajari? Bersabarlah, untuk mengajarkan tentang iman dan islam, ingatlah untuk memulai dengan Anisykurlillah. Ketika anak sudah pandai bersyukur, ia pasti sudah tahu kepada Siapa ia bersyukur. Dan ia akan lebih mudah diajarkan pada kewajiban-kewajiban lainnya.

Setelah membaca ini, masihkah kita berpikir bahwa warisan terpenting bagi anak kita adalah harta? Masihkah kita bertanya. “Apa yang akan kamu makan setelah aku tiada?” Tidakkah kita ingin mewariskan pamahaman mengenai pentingnya bersyukur pada anak agar kelak ada atau tidak adanya kita, anak tetap merasa bahagia dalam kondisi apapun karena mereka telah terbiasa dengan bersyukur.

Sebab syukur adalah hikmah yang paling tinggi. Bersyukur adalah nikmat dari Allah yang lebih nikmat dari apa yang disyukuri itu sendiri. dan dengan kita bersyukur kita akan semakin nikmat kita oleh Allah swt dan sebaliknya jika kita mengkufuri nikmatnya maka akan datang kepada kita adzab dan laktullah. Naudzubillah mindzalik, Semoga kita selalu senantiasa diberi kekuataan oleh Allah untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita semua. Wallahu a'lam
SHARE ARTIKEL