Mencium Tangan Kyai Atau Orang Alim Dalam Rangka Mencari Berkah, Sunnah Hukumnya, Berikut Penjelasanya

Penulis Penulis | Ditayangkan 19 Jun 2016
Mencium Tangan Kyai Atau Orang Alim Dalam Rangka Mencari Berkah, Sunnah Hukumnya, Berikut Penjelasanya

Assalamu ‘alaikum wr. wb
Terlebih dahulu saya mohon maaf. Saya sering menjumpai orang-orang yang berebut mencium tangan seorang kiai atau ustadz yang dianggap alim, saleh atau wira‘i. Yang ingin saya tanyakan, Bagaimana Hukum Mencium Tangan Kiai atau ustadz yang kita anggap alim dan saleh. Mohon penjelasannya. Sekian terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb (Fadli/Medan)

Jawaban
Assalamu ‘alaikum wr. wb
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Bahwa mencium tangan para kiai yang kita anggap sebagai orang alim, zuhud, dan wara` adalah hal yang lumrah. Mencium tangan mereka bukan berarti mengkultuskannya, tetapi lebih karena menghormati kealiman, kezuhudan, dan kewara`annya.

Para sahabat Rasulullah saw pernah mencium tangan Beliau SAW. Contohnya adalah Ibnu Umar RA yang pernah mencium tangan Rasulullah SAW. Hal ini bisa kita lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud berikut ini,

BACA JUGA : 10 Hikmah Membaca Al Qur'an yang Belum Banyak Muslim Ketahui

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA bahwa ia pernah ikut dalam salah satu pasukan infantri Rasulullah SAW kemudian ia menuturkan sebuah kisah dan berkata: “Kemudian kami mendekati Nabi SAW dan mengecup tangannya,” (Lihat Wizaratul Awqaf was Syu`unul Islamiyyah-Kuwait, al-Mawsu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait-Dar as-Salasil, cet ke-2, juz, XIII, h. 131)

Menurut Muhyiddin Syaraf An-Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab bahwa mencium tangan orang yang saleh, zuhud, alim dan yang semisalnya dari orang-orang ahli akhirat adalah sunah. Tetapi sebaliknya jika menjadi sangat makruh apabila kita mencium tangan seseorang karena kekayaannya atau kedudukannya di hadapan orang-orang senang dunia.

Disunahkan mencium tangan laki-laki yang saleh, zuhud, alim, dan yang semisalnya dari ahli akhirat. Sementara mencium tangan seseorang karena kekayaannya, kekuasaan dan kedudukannya di hadapan ahli dunia dan semisalnya, hukumnya adalah makruh dan sangat dibenci, (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi,al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Kairo, Darul Hadits, 1431 H/2010 M, juz, VI, h. 27).

BACA JUGA : Jawaban Pesepak Bola Eropa Saat Ditanya Berpuasa Sambil Bermain di Piala Eropa

Bahkan As-Sarakhsi dan sebagaian ulama muta’akhhirin membolehkan untuk mencium tangan orang alim dalam rangka tabarrukan ( mencari keberkahan). Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh az-Zaila’i dalam kitab Tabyinul Haqa`iq Syarhu Kanzid Daqa`iq.

وَرَخَّصَ الشَّيْخُ الْإِمَامُ شَمْسُ الْأَئِمَّةِ السَّرَخْسِيُّ وَبَعْضُ الْمُتَأَخِّرِينَ تَقْبِيلَ يَدِ الْعَالِمِ أو الْمُتَوَرِّعِ على سَبِيلِ التَّبَرُّكِ

Syaikh al-Imam Syamsul A`immah as-Sarakhsi dan sebagian ulama yang belakangan memberikan rukhshah dengan membolehkan mencium tangan orang yang alim atau wara` dengan tujuan untuk bertabarruk, (Lihat az-Zaila’i, Tabyinul Haqa`iq Syarhu Kanzid Daqa`iq, Kairo, Darul Kutub al-Islami, 1313 H, juz, VI, h. 25).

Berangkat dari penjelasan singkat ini maka mencium tangan orang yang kita anggap alim, zuhud, atau wara’ adalah sunah, seperti mencium tangan para kiai. Bukan untuk mengkultuskan mereka, tetapi lebih karena kesalehan, kealiman, kezuhudan, atau kewara’annya. Bahkan boleh juga mencium tangan mereka dalam rangka bertabarruk atau mencari berkah.

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Sudah selayaknya kita menghormati para kiai yang alim, wara`, dan zuhud dan bertabarrukan kepada mereka.
SHARE ARTIKEL