Astaghfirullah.. Sungguh Mengerikan, Inilah Adzab Yang Diberikan Untuk Penyembah Pusaka
Penulis Cang Karna | Ditayangkan 10 Dec 2016
Jasad Dimas sebelum dimandikan membuat warga sekitar merinding. Sekujur tubuhnya pecah - pecah, mulutnya menganga sehingga warga enggan menyentuh untuk memandikan jenazahnya. Usut punya usut, ternyata almarhum lebih percaya benda - benda pusaka yang berbau klenik. Ia meyakini benda - benda itu membawa keberuntungan. Nauzubillahi min zalik.
BACA JUGA : Rela Rogoh Kocek Hingga 51 Juta Demi BIsa Operasi Wajah Mirip Dengan Musuh Kapten Amerika "Red Skull "
Di era yang serba canggih ini, semakin banyak orang yang percaya dengan benda - benda yang dianggap mampu memberikan kesaktian. Buktinya, di Kota Jakarta, ternyata keris juga menjadi salah satu benda yang masih dibutu orang untuk melindungi tubuhnya. Untuk menjaga diri dari sang musuh. Tak pelak, mereka pun menggantungkan nasib, rezeki, dan jodoh kepada jimat tersebut tanpa harus bersusah payah bekerja.
Mirisnya lagi, sebagian orang berani mengorbankan nyawa seseorang untuk tumbalnya. Di akhir hayatnya, tak sedikit pula yang menderita kesakitan menjelang sakaratulmaut. Kematian yang tidak wajar terkadang menghampiri mereka bagi yang mempercayai jimatnya.
Dari sekian banyak orang yang mempercayai jimat itu, salah satu narasumber mengungkapkan akhir hayat kerabatnya mati dengan memilukan. Dalam kematiannya, seolah - olah orang yang bersangkutan itu sengaja oleh malaikat disiksa terlebih dulu sebelum meninggal.
Hal itu tampak ketika orang tersebut menjerit - jerit kesakitan. Yang sungguh aneh, badannya pecah - pecah tidak seperti kematian umumnya. Bukanlah kalimat Allah yang keluar dari mulutnya. Tapi, hanya umpatan dan kata - kata kotor yang terdengar keras dari mulutnya saat sakaratulmaut.
MENYIMPAN KERIS

Dimas adalah salah satu warga yang tinggal di Jakarta. Lelaki yang masih berusia 35 tahun ini adalah seorang pengangguran. Anehnya, kehidupannya bisa dibilang lebih dari cukup. Sungguh sangat berbeda dengan kenyataan yang ada. Dimana seseorang berusaha keras untuk bekerja dari pagi hingga malam agar mendapatkan rezeki yang berlimpah. Tapi, hal itu tak berlaku bagi Dimas.
Meskipun tak bekerja, ia mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Mang Dimas, begitulah tetangganya yang juga berasal dari Sunda memanggil. Nampaknya kepribadian dari Dimas yang kurang lebih baik membuat warga lebih memilih menjauh daripada harus bercanda tawa dengan dirinya.
Kesombongan yang melekat pada diri Dimas membuatnya tidak sadar bahwa diatas langit masih ada langit lagi.
Sebenarnya bukan apa - apa ketika di berkata dengan latar belakang kesombongan. Pasalnya, warga semakin menaruh curiga kepadanya. Mengapa demikian ? Bayangkan, seseorang yang tidak bekerja sebagaimana mestinya mampu menghasilkan pundi - pundi rupiah yang begitu banyak. Atas dasar itulah warga semakin mencurigai kehidupan dari Dimas.
"Mana mungkin Mang Dimas yang tidak bekerja bisa kaya kalau tidak punya ajian ?" kata Harun yang merupakan tetangga Mang Dimas
Istrinya sendiri sebenarnya sudah ogan jika harus memakan uang yang tidak halal. Hal itu ternyata membuat istrinya segera tersadar untuk tidak terlena dengan uang yang didapatkan Dimas yang tidak halal. Lambat laun kisah aneh dari kehidupan Dimas pun terbongkar.
Diam - diam Dimas menyimpan benda - benda pusaka seperti keris. Ia menganggap jika keris tersebut memiliki kekuatan gaib yang dapat membantunya dalam hal ekonomi di keluarganya. Bisa jadi jika Dimas berkomunikasi dengan jin melalui perantara keris yang dianggap sakit itu.
Tapi, siapa yang tahu jika bukanlah Dimas sendiri yang mengatakan perihak keris sakit yang dimaksud. Sugik, pernah ditawari Dimas untuk mengikuti jejaknya. Sugik pun mengungkapkan, suatu hari dirinya pernah mengeluh kepada Dimas tentang ekonomi keluarganya yang semakin terpuruk. Lantas Sugik meminta pendapat dari Dimas mengenai jalan keluar untuk mengatasi masalah di keluarganya. Awalnya Sugik hanya datar saja menanggapi kata - kata Dimas yang berisi tentang ajakan untuk menyimpan benda - benda pusaka. Semakin tertawa saja Sugik mendengar nasihat konyol dari Dimas.
"Saya itu disuruh pergi ke orang pintar untuk minta jimat. Kemudian saya disuruh merawatnya dengan memandikannya tiap malam Suro," tutur Sugik
Lebih detail lagi Sugik menerangkan jika kawanannya itu sudah belasan tahun menyimpan keris sakti untuk tujuan pesugihan. Sugik sendiri pernah mengikuti saran dari Dimas. Hanya saja itu tak berlangsung lama. Sebab, keluarga Sugik sendiri semuanya menentang kepada dirinya untuk meninggalkan perbuatan haram itu.
Berbeda sekali dengan Dimas yang masih mempercayai hal itu. Meskipun sudah diperngati sanak saudara agar meninggalkan kebiasaan buruknya itu, Dimas tetap saja menyimpan benda pusakannya. Diakui Sugik jika benda tersebut memang memberikan kekuatan gaib yang bisa mendatangkan rezeki.
Tentu hal itu berhubungan dengan jin. Ada timbal balik yang harus diberikan kepada jin tersebut untuk menebus semua keinginan seseorang. Misalnya, seseorang yang menginginkan kekayaan. Kemudian ada kontak dengan jin. Sudah pasti makhluk gaib itu akan meminta imbalan yang setimpal dengan permintaan majikannya tersebut.
Jika waktunya sudah tiba, maka si jin tersebut akan meminta imbalannya atas pekerjaan yang sudah dilakukannya. Tak semua orang mampu berkomunikasi dengan jin. Tapi, bagi siapa saja yang berkehendak, maka tak susah untuk memiliki makhluk ghaib yang satu ini.
Demikian pula dengan Dimas. Sudah belasan tahun lamanya dia memelihara benda pusaka keris yang diyakini memiliki kekuatan supranatural. Ada hari - hari tertentu saat Dimas menyucikan benda pusaka tersebut. Seperti di malam Suro. Jika sudah begitu, maka tiada yang dapat menghentikan Dimas dari perbuatan syirik.
DICEKIK MALAIKAT
Hari berlalu, bulan dan tahun berganti. Meskipun seorang istri yang selalu mengingatkan dan menasihati Dimas, tapi tak pernah diindahkannya sama sekali. Sekali lagi, dia hanya mempercayai benda keramat adalah segala - galanya. Hingga suatu ketika, Dimas diserang penyakit. Tubuhnya lemas, layaknya lumpuh. Hanya saja keluarganya mengatakan kepada setiap warga yang bertanya jika Dimas menderita penyakit tua, padahal usianya masih sangat muda.
Mungkin hal itu dilakukan untuk menutup -nutupi penyakit yang sebenarnya. Semakin hari, tubuhnya terlihat kurus kering. Tak jarang terdengar Dimas mengigau lantaran kesakitan. Jika dimalam hari, erangan kesakitannya semakin terdengar keras. dengan demikian para warga pun berduyun - duyun untuk menjenguknya.
Aneh memang, jeritan itu seakan suatu siksaan yang diberikan kepadanya. Tapi, tiada yang tahu kejadian yang sebenarnya menimpa Dimas. Secara medis, Dimas hanya mengalami demam biasa. Tapi, tak kujung sembuh juga. Pernah juga keluarganya menduga karena akibat barang - barang keramat yang selalu disimpannya. Hingga tiga hari sebelum meninggal, tubuh Dimas kejang - kejang seperti orang terkena penyakit ayan. Menakutkan. Itulah mungkin kiranya gambaran yang bisa diungkapkan. Dia mengerang - ngerang sambil nyengir.
Keluarganya menuntut untuk membaca syahadat, istigfar dan kalimat tauhid lainnya. Tapi, tak satu pun yang mampu dibaca Dimas sedikitpun.
Mulutnya terus menjerit - jerit tak karuan. Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan. Saat nyawa Dimas sudah melayang, yang membuat warga merinding, yakni mata Dimas yang melotot persis seperti orang yang mati dicekik.
Sementara tubuhnya pecah - pecah mengeluarkan bau yang sangat busuk. Tak sedikit pula warga yang menghadiri kematian Dimas merasa muntah tak tahan dengan bau busuk itu. Ya, percaya dengan barang - barang klenik memang bisa membuat seseorang sulit saat sakaratulmaut. Hanya Allah sebaik - baik penolong.
Semoga dengan kisah ini, kita mampu memetik hikmah yang ada dan selalu terhindar dari perbuatan syirik. Percaya dengan benda - benda itu adalah syirik.