Keren, Bugatti Veyron ini Buatan Indonesia, Mirip Aslinya Cuma Rp 40 Jutaan
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 20 Dec 2016wikipedia
Siapa mengira kalau mobil ini buatan Indonesia. Ya ini memang bukan mobil asli, namun benar-benar mirip aslinya. Mobil replika ini karya asli usaha kreatif yang dicetuskan oleh Eko Lukistyanto. Pria 43 tahun pemilik usaha "Tetap Jaya Art" di Desa Kemiri, Mojosongo, Boyolali. Mobil ini dibuat dari limbah kayu, lho.
Tetap Jaya Art memproduksi beragam miniatur dan mock-up atau replika mobil, motor, hingga becak dari limbah kayu jati. Pengrajin kayu Tetap Jaya Art pernah membuat replika mobil sport di antaranya Harley Davidson, Bugatti Veyron dan Mercedez-Benz sesuai dengan ukuran aslinya .
Kompas.com (carscoop)/Replika Bugatti dari limbah kayu jati
Walaupun replika, tapi setiap lekuk, desain, corak hingga tekstur yang ada pada mobil dibuat sama dengan versi asli.
Di mobil replika ini, bagian-bagian seperti lingkar kemudi, pedal rem, tuas transmisi, dan jok pun bisa digerakkan. Ternyata, usaha ini telah lama dirintis oleh ayahnya, yaitu Widodo. Usaha ini berdiri sejak tahun 1994 setelah ayahnya pensiun sebagai perancang dekorasi di pabrik karung Delanggu, Klaten.
Awalnya, Widodo dan Eko hanya memproduksi kerajinan miniatur mobil dan motor dari kayu jati. Barulah pada tahun 2005, muncul ide untuk membuat replika dari limbah kayu jati sesuai ukuran aslinya. Hasil mock-up buatan Eko kemudian diikutsertakan dalam sebuah pameran kerajinan di Ibukota. Karyanya pun berhasil menarik minat sejumlah pembeli asing.
Baca Juga: Karakter Cewek Bisa Ditebak Dari Hari Lahir? Kalau Ia, Hari Minggu Istimewa
Kini, Tetap Jaya Art telah mempunyai pelanggan dari berbagai penjuru dunia. Di antaranya, Amerika, Inggris, Jerman, Spanyol, Itali dan negara-negara Eropa lainnya. Pelanggan Eko di luar negeri kebanyakan adalah makelar. Mereka langsung memesan banyak.
Mock-up yang dibeli dari Eko biasanya dijual lagi ke pengusaha otomotif untuk dipajang di showroom atau pameran di Eropa dan Asia. Kalau mobil versi aslinya ditawarkan dengan harga hingga miliaran Rupiah, tidak dengan replikanya. Sampai saat ini, usaha replika mobil dari limbah kayu jati milik Eko ini telah mengekspor hampir seratus replika mobil. Bugatti Veyron dari kayu jati ini dibanderol sangat terjangkau, mulai dari Rp 40 jutaan.
Harga yang diberikan sesuai dengan tingkat kesulitannya. Bagi orang asing, harga tersebut dianggap tidak mahal karena hasil yang diperoleh lebih dari ekspektasi. Bahkan, karya ini dirasa lebih memuaskan dibanding kerajinan tangan buatan Amerika Serikat atau Eropa.
Sampah Jadi Karya Seni
Seorang seniman asal Bogor membuat sebuah karya seni yang berasal dari sampah rumah tangga. Suwolo, pria berusia 68 tahun yang membuat karya seni dari limbah sampah, mengatakan ide awal membuat karya itu saat dirinya mengikuti kegiatan program lingkungan hidup di Barcelona.Saat mendatangi acara tersebut Suwolo mendengar adanya claim inernasional Indonesia negara yang menghasilkan sampah terbesar ke tiga di dunia.
"Iya saat itu pada program lingkungan hidup itu terjadi claim internasional, katanya Indonesia membuang sampah plastik terbesar ke tiga di dunia," ujar Suwolo
Mendengar hal tersebut Suwolo memiliki ide bagaimana jika sampah dibuat karya seni.
"Ketika itu saya bertanya bisa tidak kalau sampah plastik itu didaur ulang menjadi karya seni, ya meski tidak banyak mengurangi sampah, tapi setidaknya bisa menjadi edukasi juga" ujar Suwolo.
Suwolo bercerita kepada orang asing, kalau Indonesia sudah membuat berbagai program untuk mengurangi sampah plastik.
"Jadi waktu itu saya bilang, Indonesia juga tidak tinggal diem melihat sampah plastik, kita sudah melakukan berbagai cara, dan saya juga bilang bahwa nanti saya akan mengirim sesuatu seni dari sampah," ucap Suwolo dikutip dari Tribun travel.
TribunnewsBogor.com/Lingga Arvian Nugroho
Kemudian Suwolo pun memiliki ide untuk membuat seni kolase berbahan sampah plastik.
Karya pertamanya membuat sebuah kolase kapal yang sedang berada di lautan. Hasil karyanya itu pun langsung di kirim keluar negeri seperti janjinya pada saat itu.
" Jadi pulang dari sana 2014 waktu itu saya membuka plastik obat nyamuk berwarna biru, saya pikir setiap desain dan warna dalam kemasan itu memiliki harga yang mahal, ini desain dan warna yang indah, lalu saya berfikir untuk melanjutkan keindahan itu," ucap ayah dari satu orang anak ini.
Suwolo menambahkan bahwa saat itu ia pun mendapat apresiasi, atas gambar lautan dan kapal yang dibuatnya.
"Waktu itu karya pertama saya dapat apresiasi, karya itu merupakan protes saya kalau lautan itu bukan tempat sampah," jelas Suwolo.
Meski sempat masuk rumah sakit saat membuat kesenian tersebut, namun Suwolo tetap semangat.
"Waktu itu saya bikin pakai plastik obat nyamuk dan sampai muntah, dan saya pun dapat informasi lagi jadi sebelum di pakai untuk seni harus saya cuci dulu karena itu bahan kimia obat nyamu," jelas pria alumni SMA Negeri 1 Bogor. Selain membuat seni dari kolase yang hasilnya seperti lukisan, Suwolo juga mengolah limbah kartos bekas pembungkus makanan atau jajanan anak.
Satu di antaranya yaitu membuat kesenian khas Bali, 95 persen menggunakan limbah karton.
"Saya enggak bilang 100 persen karena lima persen atau 10 persennya itu saya menggunakan bingkai dan lem serta triplek sebagai alas, jadi itu yang saya maksud hanya 95 atau 90 persen," ujar Suwolo sembari tertawa.
Pria kelahiran Bogor ini memiliki latar belakang desainer tekstil, kemudian lambat laun Suwolo menjadi desainer gaun pengantin.
Hingga ia pun kemudian terjun ke dunia lukis dan baru dua tahun belakangan ini ia pun tertarik membuat seni kolase. Karena bagi Suwolo seni itu tidak statis namun dinamis, setiap karya bisa dihasilkan dari lingkungannya untuk seorang seniman berekspresi.
"Jadi karya itu merupakan ekspresi diri, seni bisa berasal dari lingkungan di mana seorang seniman itu berada," jelas Suwolo.
Satu lukisan kolasenya biasa dibeli dengan harga Rp 2,5 juta hingga 10 juta tergantung dari ukurannya.
Meski saat ini belum memiliki galeri, namun rumahnya yang juga sebagai bengkel seni terbuka bagi yang ingin melihat hasil karyanya.
Suwolo tinggal di Jalan Cimanggu Perikanan Darat No 59, Kecamatan Bogor Barat sebelah gerbang cimanggu residence. Ingin tahu seperti apa cara membuatnya?
Simak video berikut ya.