Berikut Langkah Langkah Menjadi Pribadi Yang Sabar dalam Mengendalikan Amarah Sesuai Syariat Islam

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 21 Feb 2017

Berikut Langkah Langkah Menjadi Pribadi Yang Sabar dalam Mengendalikan Amarah Sesuai Syariat Islam

Ketika Allah SWT menciptakan manusia, Dia menciptakan banyak emosi dan keinginan dalam diri seorang, yang kita sebut naluri manusia.


Ini termasuk sifat-sifat positif seperti mengenali kebenaran dan mengungkapkannya. Seperti, cinta dan kasih sayang, keinginan fisiologis murni seperti diperlakukan lembut, lapar dan dahaga.

Selain itu, ada pula beberapa sifat negatif seperti kebencian dan kemarahan, kekerasan, dan kekesalan. Para malaikat yang menjadi saksi dalam penciptaan Adam tahu tentang beberapa sifat-sifat negatif manusia dan mempertanyakan ada "Sifat makhluk yang diciptakan untuk membuat kerusakan di muka bumi''. (Quran 02:30)

Namun, pada saat yang sama, Allah SWT juga menanamkan beberapa mekanisme pelindung untuk memerangi naluri negatif tersebut. "Manusia diciptakan lemah," menurut isi Alquran. Selama dalam kelemahan, manusia menyerah kepada musuhnya, yaitu, iblis, yang akan menyerang mereka dari depan, belakang, samping, untuk mengalihkan manusia dari kesadaran mengingat Allah SWT dan kembali ke alam animisme.

BACA JUGA : Lakukan 4 Kebiasaan Mengingat Allah SWT Ini Setiap Hari, Insyaalloh Anda Akan Lebih Produktif

Jadi kemarahan itu tidak wajar. Hal tersebut adalah ekspresi kemarahan yang dilakukan secara salah, dapat menyebabkan masalah. Perbedaan antara binatang liar dan manusia terletak pada kehendak bebas.

Ketika singa atau serigala marah, dia tidak berpikir. Ketika seorang pria marah sebagai akibat provokasi, ia memiliki pilihan untuk mengontrol kemarahannya atau untuk mengikuti nafsu marahnya. Sebab, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan bagaimana mengendalikan perasaan marah dan tidak mengikuti hawa nafsu setan.

Nabi Muhammad SAW, yang diutus untuk umat manusia agar mengajarkan perilaku moral yang baik, belajar untuk mengendalikan amarahnya terhadap orang-orang kafir dan mengajar mereka ekspresi yang tepat. Dia terus-menerus berbicara bagaimana menentang kemarahan. "Jangan marah”, kata Rasulullah.

Sehingga suatu ketika seorang sahabat bertanya, “Apa yang akan menyelamatkanku dari murka Allah ya Rasulullah? Dan ia berkata, "jangan mengekspresikan kemarahanmu." Kemudian orang ketiga bertanya lagi dan kembali dia berkata, "Jangan marah.”

Setelah itu Rasulullah mengajukan pertanyaan, “Siapa orang menurut kalian paling kuat?” Sahabat menjawab, “Orang-orang yang memenangkan perkelahian atau pegulat”. Kemudian nabi menjawab, “Bukan, manusia yang paling kuat adalah mereka yang bisa mengendalikan diri ketika sedang marah.”.
SHARE ARTIKEL