Sering Geregetan, Ternyata Orang Bodoh Itu Harus Dibenarkan Bukan Dihakimi!
Penulis Unknown | Ditayangkan 25 Apr 2017” Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (QS. Ar-Rad 19)
Ketika kita ditanya siapa orang pintar itu, maka jawaban yang terlontar dari kita pada umumnya adalah orang pintar itu adalah yang ranking kelasnya dari SD sampai SMA adalah ranking satu, kuliah ipk-nya cumlaud, bisa kuliah ke luar negeri dan jadi profesor, dan sebagainya.
Baca juga : Banyak yang Mencibir, Benarkah Menikah dengan Pria Lebih Mudah Tak Sesuai Sunnah?
Padahal panutan kita, pemimpin kita, Rasul kita Muhammad Saw mengkriteriakan orang-orang pintar itu sangatlah jauh berbeda dengan indikator yang kita buat sebagaimana umumnya. Beliau Shallalahu ‘Alaihi wa Shallam pernah bersabda bahwa orang yang pintar adalah orang yang tahu persis tujuan hidupnya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya.
Berbicara tentang kebodohan, dimana bodoh seharusnya diajari atau dibenarkan. Bukan malah dijadikan bahan tertawaan atau olok-olok saja. Jika tidak demikian, maka apa bedanya kita sama orang bodoh yang kita olok-olok tersebut? Karena di antara sifat orang bodoh itu adalah suka mengolok-olok atau mengejek orang lain.
Allah berfirman mengisahkan Nabi Musa bersama kaumnya bani Israa’iil,
“Dan ingatlah tatkala Musa berkata kepada kaumnya, “Sesugguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyembelih sapi betina.” Mereka berkata, “Apakah engkau menjadikan kami sebagai bahan ejekan?” Musa berkata, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang- orang yang jahil, ” (Qs. Al-Baqarah: 67).
Lebih parah lagi, kita menjadi latah untuk meniru-niru perilaku orang yang kita jadikan sebagai bahan tertawaan tersebut dalam status-status kita. Tujuannya paling sekedar untuk mengundang tawa orang yang membacanya atau barangkali dalam rangka menunjukkan dirinya lebih baik dari orang “bodoh” tersebut. Wallaahu a’lam.
Baca juga : Keluar Darah Saat Wudhu Bisa Membatalkan, Lantas Bagaimana dengan Gusi Berdarah?
Ada kalanya memang orang yang bodoh itu tidak merasa dirinya bodoh. Yang model begini lebih banyak. Akan tetapi tidak berarti harus ditanggapi dengan sebuah “kebodohan” pula, yaitu dengan mengejeknya, atau mengolok-oloknya, menjadikannya sebagai bahan tertawaan di mana-mana. Tidakkah kita ingat akan firman Allah yang menjelaskan sifat-sifat “Hamba-hamba Ar-Rahmaan”?
Bukankah Allah telah mengajarkan kita bagaimana menghadapi orang-orang yang bodoh?
“… dan apabila orang-orang yang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik, ” (Qs. Al-Furqaan: 63).
Terkadang kita sering dilupakan dengan hadits nabi yang sering kita dengar. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau hendaknya dia diam, ” (HR. Muslim).
Semoga kita semua terlindungi dari sifat-sifat tercela yang bisa menyakiti hati seseorang tersebut.