Kalau Mau Jadi Orang Tua Teladan, Jangan Cuma Mengajari Anak Tapi Perbaiki Akhlakmu Juga

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 24 May 2017
Kalau Mau Jadi Orang Tua Teladan, Jangan Cuma Mengajari Anak Tapi Perbaiki Akhlakmu Juga

Sering kali orang punya wawasan yang kurang luas dalam menerima pendapat. Seperti halnya dalam mendidik anak. Mereka bukan mendidik tapi hanya mengajari.

Mendidik itu mengajari dan memberikan teladan. Sedang mengajari hanya menyuruh anak berbuat seperti apa yang orangtua inginkan.

Namun faktanya masih banyak orangtua yang gagal paham kenapa anaknya jadi pembangkang. Sudah pilih sekolah terbaik dan mahal, plus private khusus yang biayayanya tak sedikit anak kok gak cerdas - cerdas.

Mari berkaca, apa saat kita menyuruh anak bangun pagi dan rapikan tempat tidur, AYAH JUGA MELAKUKANNYA?

Jangan-jangan ayah hanya bisa bicara saja. Namun kembali lagi namanya orangtua. "Ayah ini capek kerja, nanti kalau bersihkan ini itu bisa telat kerjanya, kalau gaji ayah dipotong, bagaimana dengan cicilan mobil dan SPP mu?"

Banyak alasan untuk tidak berbuat sportif.

Saat kita menyuruh anak rajin shalat 5 waktu, kita malah ada yang kecolongan. Alasannya ada deadline dari kantor.

Bunda, ayah. Pantas saja kalau anak membangkang. Bagaimana anak jadi anak sholeh dan penurut, jika tidak diberikan contoh. Siapa yang jadi suri tauladannya? Rasulullah? Memang Rasulullah manusia terbaik, tapi setidaknya apa tidak bisa sosok yang paling dekat dengan anak yaitu Ayah dan Bunda jadi figur kebanggaan anak? Karena mereka belum paham benar siapa Rasulullah.

Kalau hanya sekedar alasan deadline dari perusahaan, anak juga punya banyak deadline. Dari pagi hingga malam kegiatan mereka tak ada henti-hentinya. Pagi sekolah, lalu ekskul, lalu ngaji, lalu privat. Sudah habis yah... Belum lagi malemnya harus kerjain PR dari sekolah, TPQ dan Tempat Private.

Baca Juga: Ini Solusinya Menghadapi Suami Pemarah dan Suka Ngambek! Eh, Cowok Kok Ngambek'an!

Apa saat anak kita murung tak dapat bersosialisasi, kita peduli tentang apa kegiatan disekolahnya? Apa yang dialami setiap hari?

Jangan-jangan cuma tanya, tadi diajari apa sama ibu guru. Dapat nilai berapa? PR nya sini mama bantu kerjain!
Hellooo... penting nggak sih? Itu sama saja dengan Ayah dan bunda baru sampai rumah disuruh kerjain di kantor sampai kelar.

Itu memang perlu, yah, bun. Tapi lebih penting lagi pahami keinginan anak. Apa yang dialami saat bermain dengan teman-temannya? Apa dapat teman baru. Bla bla bla, diluar kesibukannya yang pasti dikerjakan yaitu belajar, PR dan macam-macamnya.

Dan masih banyak lagi Ayah Bunda, kalau banyak orangtua cuma bisa bicara. Apa sudah sadar betapa banyak salah kita pada anak? Jangan cuma mengajari, kalau kita saja belum bisa belajar untuk lebih baik. Siapa yang jadi panutannya? Apa tetangga sebelah?
SHARE ARTIKEL