`Model` Pengajaran Baru Lengkap dengan 8 Jam Belajar di Sekolah, Membuat Siswa Lebih Tertekan?

Penulis Unknown | Ditayangkan 24 May 2017
Tahun ajaran baru, yakni 2017/2018 ternyata juga ada perubahan baru yang sudah disiapkan dan tentunya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Perubahan itu berupa 8 jam untuk belajar di sekolah. “Mulai tahun ajaran baru nanti, guru-guru harus 8 jam berada di sekolah,” kata Muhadjir Effendy selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, seperti dilansir Antara.

`Model` Pengajaran Baru Lengkap dengan 8 Jam Belajar di Sekolah, Membuat Siswa Lebih Tertekan?

BACA JUGA: Bayi Ini Diberi Nama yang Tidak Biasa, Apakah Dia Anak Mobil? Lihat Saja Namanya

Kegiatan belajar mengajar di sekolah harus diselenggarakan minimum 8 jam dalam sehari, namun ditiadakan pada Sabtu dan Minggu. Pada hari itu sekolah dilarang menggelar kegiatan mengajar, kecuali kegiatan tambahan atau ekstra kulikuler.

“Bahkan, saya cenderung (ingin) mata pelajaran SD dan SMP dikurangi. Jadi jumlah mata pelajaran dikurangi, tetapi jumlah kegiatannya semakin banyak,” kata mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.

Disini Muhadjir mengharap agar guru bisa kreatif untuk membangkitan aktivitas, minat dan saemangat belajar. Ia mencontohkan untuk sehari ada 3 pelajaran yang masing-masing 45 menit, maka dua pelajaran bisa untuk belajar sementara sisanya untuk kegiatan lain, seperti membaca. Model kreatif dari guru, misalnya, tak terlalu banyak menekankan penjelasan monolog atau “ceramah” dari guru ke murid.

“Kalau pelajaran banyak gurunya yang ceramah, yang pintar gurunya, bukan muridnya. Paling enggak gurunya pintar ceramah. Kalau mau ceramah, di pengajian saja --di masjid, di gereja. Tetapi untuk di sekolah, guru tidak diridai kalau banyak ceramah,” ucap Muhadjir.

Bahkan jika guru merasa perlu melakukan kegiatan di luar ruang seperti mengunjungi museum, perpustakaan, atau pasar untuk menunjang pembelajaran, ujar Muhadjir, boleh saja mata pelajaran hari itu ditangguhkan ke hari berikutnya agar murid bisa fokus pada kegiatan kunjungan di lokasi-lokasi tertentu.

“Jadi sekolah harus dibikin luwes, fleksibel, tidak boleh kaku. Pelajaran juga tidak boleh terjadwal secara kaku karena yang terpenting: sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang dicapai dalam proses belajar mengajar itu,” kata Muhadjir.
SHARE ARTIKEL