Tuduhan Bagai Pisau Bermata Dua, Bukan Hanya Dirinya, Tapi Engkau Bisa Kena Juga!
Penulis Unknown | Ditayangkan 12 May 2017Akhir-akhir ini marak sesama jama’ah islam saling melontarkan tuduhan buruk kepada sesama saudaranya (saudara muslim), sampai dengan saling membid’ahkan nya. Apakah hal ini yang diinginkan dalam pelajaran akhlak dan keimanan seorang muslim?
Apakah kita boleh seenaknya saja melontarkan tuduhan kepada saudara kita sesama muslim, padahal banyak ayat dalam qur’an mengatakan bahwa sesama muslim adalah saudara, dan dalam hadits juga banyak disebutkan, bahwa haram kehormatan saudara muslim kita hinakan.
Also read : Jangan Diabaikan! Baiknya Doakan Dirimu Sendiri, Sebelum Mendoakan Mereka
Manakala seseorang telah berucap untuk menuduh orang lain, maka tuduhan itu akan naik ke langit. Ia kan berputar-putar di pintu langit, mencari tempat untuk berhenti. Pun pintu langit tertutup, maka tuduhan kembali ke bumi.
Apabila orang yang dituduh memang benar melakukan perbuatan tersebut, maka tuduhan itu akan berhenti kepada tertuduh. Dan si penuduh telah melakukan ghibah atas tertuduh.
Namun bila si tertuduh tidak berbuat sesuai dengan yang dituduhkan, maka tuduhan tersebut akan kembali kepada orang yang menuduh. Sehingga penuduh mendapatkan dosa atas ghibahnya dan tuduhan tersebut mengenai dirinya.
Tuduhan laksana pisau bermata dua. Jika sudah dikeluarkan, maka akan mengenai salah satunya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, dari Abu Dzar radliallahu ‘anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
” لاَ يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوقِ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ، إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ ”
“Tidaklah seseorang melempar tuduhan kepada orang lain dengan kefasikan, dan tidak pula menuduh dengan kekufuran melainkan (tuduhan itu) akan kembali kepadanya, jika saudaranya tidak seperti itu.”
Hendaklah kita berhati-hati dalam berucap, terlebih lagi terhadap saudara seiman. Jangan biarkan kedengkian menguasai hati dan pikiran. Sehingga sanggup melakukan apapun untuk menjatuhkan harga diri dan kehormatan.
Dalam shahih Muslim, dari Abu Musa dia berkata “pernah aku bertanya kepada Rasulullah,” “Wahai Rasulullah, siapakah yang paling utama dalam berislam?” Beliau menjawab, “Orang yang mana kaum muslimin selamat dari cercaan lisannya dan gangguan tangannya.”
Also read : Karena Adzan Bukan Hanya Sekedar "Adzan", Inilah Rahasia Besar di Dalamnya!
Wahai saudaraku, marilah kita membiasakan diri memohon perlindungan kepada Allah agar terhindar dari rasa hasad dan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” Waallahu a’lam.
Oleh karena itulah, kita sangat tidak dianjurkan untuk mempunyai hati yang tajam, bahkan jikalau itu benar sekali pun, kita dianjurkan untuk memohon ampun kepada Allah SWT ketika hendak mempertegas suatu masalah. Bukan untuk menuduh dengan kasar, melainkan dengan ketegasan untuk membuka sebuah kebenaran.
(Dari seorang pria yang hebat yang menuliskan sebuah ulasan untuk kita sebagai pengingat, dari Rifki M Firdaus).