Saat Engkau Berselingkuh Dengannya, Ingat Janjimu di Hadapan Allah Bukanlah Sebuah Guyonan
Penulis Unknown | Ditayangkan 02 Jun 2017Sebagai wanita karir, rumah tanggaku boleh dikatakan amat harmonis. Terlebih setelah dikaruniai dua anak, satu putra dan satu putri, maka kehidupanku menjadi semakin romantis. Namun kehidupan memang tak selamanya manis.
Suatu hari, entah mengapa firasatku tak enak, terasa di hatiku ada yang mengganjal. Aku memutuskan untuk pulang lebih awal. Benar saja, sampai di rumah, tak kudapatkan tanda-tanda kehidupan, sehingga aku sempat kesal. Namun anehnya, terdengar suara seperti meracau, merintih, disertai bunyi napas tersengal-sengal.
Ya Allah, kulihat dengan mata kepalaku sendiri, suamiku sedang bermesraan, bercumburayu dengan pembantu. Lemas sudah semua persendianku. Sejak saat itu, pintu hatiku tertutup untuk suamiku. Masih beruntung, ada anak-anak yang menghiburku. Oh, Tuhan, tolonglah aku. [Kasus nyata Ny. X di kota X]
Ulasan terkait : Masihkah Kita Gemar Bermaksiat Meski Membuat Seret Rezeki? Sungguh Tak Tahu Diri
Dunia seperti runtuh di mata saya. Saya ingat hari itu saya menangis bukan karena dia pergi, tapi karena ayah saya berkata, "Sudahlah, nanti Tuhan ganti dengan yang lebih baik." Saya menangis karena ayah saya selalu menganggap saya berharga, padahal saat itu laki-laki yang saya cintai sepenuh hati, pergi meninggalkan saya dan anak-anak begitu saja. Dan mana ada laki-laki yang mau dengan perempuan yang sudah punya beberapa anak?
Wahai muslimah, roda kehidupan senantiasa berputar. Terkadang di atas, sesekali di bawah. Saat berada di atas, hendaklah manusia tidak perlu menepuk dada. Saat berada di bawah, seseorang tidak perlu meratap mengiba. Pasti ada hikmah dari Allah yang begitu indah.
Oleh karena itulah, bagi para wanita di luar sana yang mungkin ingin mengetahui bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Berikut inilah beberapa hal yang mungkin bisa menjadi patokan agar hati bisa terus tegar.
Pertama, menangislah kepada Allah SWT. Berat memang menghadapi kenyataan bahwa orang yang paling kita cintai diam-diam menjalin hubungan asmara dengan orang lain. Terlebih lagi dengan seorang yang kita percayai. Sakit sekali rasanya hati ini.
Namun, sakitnya hati tidaklah menyelesaikan masalah. Malah bisa memperparah masalah. Nah, solusinya mudah. Mengadulah ke Allah SWT. Ambillah air wudu, lakukan salah sunah mutlak dua rakaat, lalu berdoalah. Menangislah di atas sajadah. Lanjutkan dengan membaca Alquran.
Kedua, cobalah untuk bercermin, melakukan evaluasi atau introspeksi diri. Boleh jadi ada hal-hal kecil yang selama ini Anda abaikan dari suami. Seperti membuatkan minuman, menyiapkan tas, baju, atau sepatunya, makan bersama, atau hal-hal lain yang mungkin saja Anda lupakan.
Cara termudah adalah dengan berkomunikasi efektif. Luangkan waktu setiap harinya, sebelum Anda berangkat kerja, sepulang kerja, dan sebelum tidur, untuk berbincang-bincang,berdiskusi santai, mengobrol, bercanda, tertawa bersama suami Anda. Menonton televisi atau makan malam merupakan momentum tepat yang perlu diefektifkan untuk berkomunikasi.
Ketiga, ciptakanlah kebersamaan dan kehangatan setiap harinya. Tidak perlu menunggu saat liburan. Luangkanlah waktu minimal satu jam setiap hari untuk makan, minum, duduk, bersantai, berdiskusi, berdua bersama-sama.
Lebih seru lagi bila melibatkan anak-anak. Ya, benar. Sambil bermain bersama anak-anak, maka komunikasi dan kebersamaan dapat terjalin indah. Bila sudah demikian, maka kebahagiaan otomatis tercipta.
Ulasan terkait : Jangan Sampai Tergoda, Ini Cara Kalahkan Hawa Nafsu yang Membuncah Saat Puasa
Keempat, libatkan Allah di dalam keluarga. Maksudnya adalah menciptakan suasana keluarga yang relijius. Ajaklah suami untuk salat berjamaah, mendirikan salat malam, berpuasa sunah, tadarus al-Quran bersama, atau membaca tafsir dan kisah sahabat bersama anak-anak.
Sesekali ajaklah suami dan anak-anak di saat liburan untuk bersilaturahmi mengunjungi panti asuhan atau pondok pesantren penghafal Quran.
Kelima, maafkanlah dan ikhlaskanlah. Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Semua orang pasti memiliki lembaran masa lalu. Tak perlu meratapinya. Berusahalah untuk memberikan peluang kedua untuk suami.
Awalnya memang terasa berat. Namun seiring berjalannya waktu, maka Anda pasti bisa memaafkan suami. Hadapilah masa depan dengan ceria, tanpa perlu membawa beban masa lalu. Sambutlah dan rayakanlah hari ini dengan penuh kegembiraan, layaknya merpati yang selalu riang menyambut datangnya mentari pagi. (Ulasan dari Dito Anurogo, dokter pemerhati problematika rumah tangga).
Jangan berputus asa. Allah berfirman: “Katakanlah, hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri. Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53). Wallahu a'lam.