Sungguh Tega, Digugat Anak, Kakek ini Akhirnya Boyong Kain Kafan ke Pengadilan
Penulis Unknown | Ditayangkan 17 Jun 2017Kembali terulang, anak menuntut orang tua kandungnya di jalur hukum. Seperti kakek ini yang sampai bawa kain kafan ke meja hijau. "Capek juga saya dibawa ke sini terus. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur dilaporkan."
Sebutan kata air susu dibalas dengan air tuba, mungkin inilah yang cocok untuk kisah berikut ini. Bagaimana tidak, orang tua yang telah berpuluh-puluh tahun merawat dan membesarkan anaknya hingga dirinya mampu melihat dunia yang luas dan mengerti arti di dalamnya. Pengorbanan yang tak akan pernah bisa dibalas meskipun anaknya telah mempunyai seluruh dunia di dalam genggamannya.
Ulasan terkait : Ketika Pemuda Meminta Ustadz untuk Mencarikan Jodoh, yang Terjadi Malah Seperti Ini
Namun lain halnya dengan seorang anak satu ini, yang mana tega menuntut ayah kandungnya sendiri dikarenakan hal yang mungkin bisa dibicarakan baik-baik dan tak perlu ke jalur hukum. Dilansir dari laman kompas, inilah Muhamad Bola, warga Desa Rangga Solo, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang menantang anak dan menantunya melakukan sumpah terkait gugatan mereka di Pengadilan Negeri Raba Bima.
“Dari awal saya sudah minta anak dan menantu saya sumpah pocong. Saya juga siap disumpah. Saya enggak takut, karena itu tanah saya,” ujar Muhamad ketika ditemui di Pengadilan Negeri Raba Bima saat menghadiri sidang, Rabu (14/6/2017).
Pria 74 tahun itu digugat anak kandungnya, Jahari dan menantunya, Arsad Sulaiman sebesar Rp 216 juta. Selain digugat secara materil, sang ayah juga dituntut agar angkat kaki dari lahan yang kini telah ditempatinya sejak puluhan tahun silam. Saat menghadiri sidang lanjutan pembacaan pembelaan dari tuntutan penggugat yang digelar, Rabu (14/6/2017), Muhamad didampingi dan dituntun tiga anaknya yaitu Rukmini, Farid dan Yusran.
Dalam sidang kali ini, kakek usia lanjut itu mengaku sudah mempersiapkan kain kafan. Kain kafan itu sengaja ia bawa dari rumahnya ke pengadilan sebagai bentuk keseriusannya menantang sang anak dan menantunya tesebut. Namun karena anak dan menantunya tidak hadir dalam persidangan yang digelar sekitar pukul 15.22 Wita itu, dia pun tidak jadi meminta hal tersebut.
“Ini kain kafan, sengaja saya bawa dari rumah buat sumpah pocong di ruang sidang. Nanti saya minta kepada Pak Hakim. Kalau diizinkan, mereka harus siap sumpah. Kalau anak dan menantu saya berani, masalah saya anggap sudah selesai. Tanah saya ikhlaskan semua untuk mereka,” katanya.
Dia menyebutkan, tanah obyek sengketa yang telah dijadikan tempat tinggalkannya itu telah dikuasainya sejak puluhan tahun. Bahkan tahun lalu, dirinya sudah membagikan tanah seluas 1.564 meter persegi itu kepada empat anaknya. Saat tanah dibagikan juga disaksikan oleh Arsad yang ternyata adalah sebagai penggugat.
“Tanah itu sudah saya bagikan ke semua anak-anak. Untuk adiknya masing-masing 700 meter persegi. Sementara Jahari, 800 meter persegi. Dia memang dapat banyak, ketimbang adiknya tiga orang, Rukmini, Farid dan Yusran,”sebutnya.
Saat dibagikan, kata Muhamad, anak dan menantunya tidak ada yang keberatan. Namun belakangan, penggugat meminta tambahan jatah.
“Anak saya (Jahari) juga lapor saya ke kantor desa. Dia keberatan dan ingin mengambil semua tanah itu. Oleh suaminya, mengajukan gugatan ke Pengadilan bahwa tanah itu milik mereka. Padahal, tanah ini sudah lama saya kuasai, sudah ada SPPT dan DHKP, atas nama saya,” ucapnya.
Menurut dia, pihak keluarga sudah sering melakukan mediasi untuk menyelesaikan permasalahan itu secara kekeluargaan. Namun, penggugat tetap ngotot melanjutkan perkara ini sampai ke Pengadilan.
“Bahkan kepala dusun dan kepala desa sudah memediasi masalah ini, tapi tidak ada jalan baik. Harusnya kita ngomong baik-baik, jangan dibawa ke sini. Saya ini sudah tua, sakit lagi,” tuturnya.
Kendati demikian, dia mengaku siap mengikuti proses hukum di Pengadilan walau dengan kondisinya yang tidak memungkin lagi untuk hadir karena faktor usia. Terlebih dua tahun terakhir ini dirinya menderita prostat.
Ulasan terkait : Jika Dirimu Sudah Dewasa, Jangan Sampai Nasihat Rasulullah untuk Anak Kecil Ini Engkau Sepelekan!
“Sebenarnya saya sudah enggak kuat lagi. Kaki dan tangan sudah terasa mati, susah sekali berjalan. Capek juga saya dibawa ke sini terus. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur dilaporkan, saya ikuti saja. Biarkan mejelis hakim yang memutuskan,” ucapnya.
Dalam kasus perdata yang melibatkan antara orangtua dengan anak kandung dan menantu ini sudah empat kali disidangkan. Sidang lanjutkan akan digelar Rabu pekan depan dengan agenda memperlihatkan buti-bukti. Sementara itu, penasihat hukum penggugat Arifudin SH mengaku tetap melanjutkan perkara tersebut sampai mendapat ketetapan hukum atas perkara yang sedang ditanganinya.
“Pokonya, bukti-bukti sudah kita siapkan. Seperti apa buktinya, nantilah, kita akan perlihatkan dalam sidang berikutnya,” kata Arifudin.
Semoga sang anak dan menantu mengerti, bahwa pengorbanan seorang ayah meskipun tak sama dengan ibu, tapi tetap harus kita hormati dan hargai. Apalagi di dalam hadist juga disebutkan bahwa setelah Rasulullah mengucapkan ibumu sebagai orang yang harus kita junjung tinggi hidupnya sampai tiga kali, dan selanjutnya ialah ayahmu, yakni pahlawanmu, dan benteng yang akan melindungi dari kerasnya dunia.