Bocah 9 Tahun Ini Tiba-Tiba Lumpuh Dan Meninggal Usai Mendapat Ini Disekolah..
Penulis Huda Mbothe | Ditayangkan 15 Nov 2017Tak menyangka Meisyah akan kehilangan anak sulungnya dengan cara yang tidak logis ini, setelah mendapat kegiatan ini dari sekolah tiba-tiba anak ibu Meisyah ini lumpuh dan menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit...
Tak terbayang kesedihan yang dialami pasangan Junianto dan Meisyah ini yang harus ditinggalkan anak sulungnya untuk selama lamanya. Sungguh miris kejadian yang dialami oleh Jumiarti setelah melakukan kegiatan ini dari sekolah bukan mala sehat justru mala lumpuh dan mengakibatkan dia harus kehilangan nyawanya... Baca selengkapnya..
Baca juga : Berbahaya, Balita Menderita Penyakit Mengerikan Gara gara Terkena Asap Rokok Ditempat Umum
Sedih bukan kepalang dirasakan Junianto dan Meisyah, mereka harus kehilangan anak sulung mereka, Jumiarti (9) tak lama setelah mendapat imunisasimassal disekolah. Jumiarni mengalami kelumpuhan, dan setelah dirawat tiga hari di rumah sakit Muhammadiyah Palembang (RSMP), bocah perempuan ini meninggal dunia.
Peristiwa ini tidak diduga-duga oleh orangtua Jumiarti, pasalnya sebelum mendapatkan imunisasi pada Jumat (10/11/2017) anak mereka dalam keadaan sehat.
Dikutip dari tribunnews.com kata Meisyah saat dikunjungi di RSMP menunggui anaknya."Hari jumat itu, anak saya bangunnya pagi jam 5 subuh. Dia semangat sekali katanya akan ada imunisasi di sekolah,"
Jumat siang, Jumiarti pulang sekolah masih ceria dan tidak ada yang aneh. Namun saat sore menjelang malam, tiba-tiba kaki kiri Jumiati tidak bisa digerakkan.
"Anak saya jadinya berbaring saja," ujarnya.
Sabtu pagi kondisi Jumiarti belum berubah juga. Bahkan kaki kanan ikut-ikutan tidak bisa digerakkan. Meisyah lalu buru-buru melapor ke Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Yayasan Al Hikmah Gg Duren 7 Ulu Palembang, tempat Jumiarti bersekolah melaporkan kondisi anaknya.
"Bagaimana ini pak ustad, anak saya kenapa jadi tidak bisa jalan," kata Meisyah panik.
Wakasek kesiswaan menyarankan untuk segera melapor ke Puskesmas 7 Ulu yang menyelenggarakan imunisasi tetanus yang merupakan program nasional untuk anak-anak kelas 1-3.
"Puskesmas cepat tanggap, mereka langsung mendatangi siswa ke rumah," ujar Sukardi SThi, Wakasek Kesiswaan.
Baca juga : Jadi Pembelajaran Untuk Semua Ibu Muda Yang Baru Punya Bayi "Jangan Beri Bayi Bubur Pisang Sebelum Waktunya"
Karena kondisi belum membaik, akhirnya petugas Puskesmas, merujuk Jumiarti dibawa ke RSMP, pada Sabtu sore.
"Kami ini orang tak punya, Puskesmas katanya menanggung semua biaya berobat," ujar Juniarto yang mendampingi istri menjaga Jumiarti di RSMP.
Namun hingga Senin sore, kondisi Jumirti, belum juga ada perubahan. Bahkan tubuh Jumiarti mengalami demam.
"Dari sejak sakit belum bisa buang air besar. Kencing juga tidka teras oleh dia, tahu-tahu kasur sudah basah. Ya Allah ngapo anak aku cak ini, sakit apo," ujar Meisyah seraya mengaku belum ada omongan penyakit apa yang diderita anaknya dari dokter yang menangani.
"Masih nunggu hasil tes darah dan urine," sambungnya.
Selas pagi (14/11) kondisi bocah ini semakin parah dan mengalami sesak napas
Jumiarti harus dibantu oksigen untuk bernafas, sekitar pukul 09.00, nyawa Jumiarti tak tertolong dan meninggal dunia.(*)
Jangan sampai kejadian seperti ini menimpa anak atau anggota keluarga kita maka dibutuhkan perhatian yang khusus dari pihak keluarga kalau ada kegiatan seperti ini disekolah
Tak terbayang kesedihan yang dialami pasangan Junianto dan Meisyah ini yang harus ditinggalkan anak sulungnya untuk selama lamanya. Sungguh miris kejadian yang dialami oleh Jumiarti setelah melakukan kegiatan ini dari sekolah bukan mala sehat justru mala lumpuh dan mengakibatkan dia harus kehilangan nyawanya... Baca selengkapnya..
Baca juga : Berbahaya, Balita Menderita Penyakit Mengerikan Gara gara Terkena Asap Rokok Ditempat Umum
Sedih bukan kepalang dirasakan Junianto dan Meisyah, mereka harus kehilangan anak sulung mereka, Jumiarti (9) tak lama setelah mendapat imunisasimassal disekolah. Jumiarni mengalami kelumpuhan, dan setelah dirawat tiga hari di rumah sakit Muhammadiyah Palembang (RSMP), bocah perempuan ini meninggal dunia.
Peristiwa ini tidak diduga-duga oleh orangtua Jumiarti, pasalnya sebelum mendapatkan imunisasi pada Jumat (10/11/2017) anak mereka dalam keadaan sehat.
Dikutip dari tribunnews.com kata Meisyah saat dikunjungi di RSMP menunggui anaknya."Hari jumat itu, anak saya bangunnya pagi jam 5 subuh. Dia semangat sekali katanya akan ada imunisasi di sekolah,"
Jumat siang, Jumiarti pulang sekolah masih ceria dan tidak ada yang aneh. Namun saat sore menjelang malam, tiba-tiba kaki kiri Jumiati tidak bisa digerakkan.
"Anak saya jadinya berbaring saja," ujarnya.
Sabtu pagi kondisi Jumiarti belum berubah juga. Bahkan kaki kanan ikut-ikutan tidak bisa digerakkan. Meisyah lalu buru-buru melapor ke Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Yayasan Al Hikmah Gg Duren 7 Ulu Palembang, tempat Jumiarti bersekolah melaporkan kondisi anaknya.
"Bagaimana ini pak ustad, anak saya kenapa jadi tidak bisa jalan," kata Meisyah panik.
Wakasek kesiswaan menyarankan untuk segera melapor ke Puskesmas 7 Ulu yang menyelenggarakan imunisasi tetanus yang merupakan program nasional untuk anak-anak kelas 1-3.
"Puskesmas cepat tanggap, mereka langsung mendatangi siswa ke rumah," ujar Sukardi SThi, Wakasek Kesiswaan.
Baca juga : Jadi Pembelajaran Untuk Semua Ibu Muda Yang Baru Punya Bayi "Jangan Beri Bayi Bubur Pisang Sebelum Waktunya"
Karena kondisi belum membaik, akhirnya petugas Puskesmas, merujuk Jumiarti dibawa ke RSMP, pada Sabtu sore.
"Kami ini orang tak punya, Puskesmas katanya menanggung semua biaya berobat," ujar Juniarto yang mendampingi istri menjaga Jumiarti di RSMP.
Namun hingga Senin sore, kondisi Jumirti, belum juga ada perubahan. Bahkan tubuh Jumiarti mengalami demam.
"Dari sejak sakit belum bisa buang air besar. Kencing juga tidka teras oleh dia, tahu-tahu kasur sudah basah. Ya Allah ngapo anak aku cak ini, sakit apo," ujar Meisyah seraya mengaku belum ada omongan penyakit apa yang diderita anaknya dari dokter yang menangani.
"Masih nunggu hasil tes darah dan urine," sambungnya.
Selas pagi (14/11) kondisi bocah ini semakin parah dan mengalami sesak napas
Jumiarti harus dibantu oksigen untuk bernafas, sekitar pukul 09.00, nyawa Jumiarti tak tertolong dan meninggal dunia.(*)
Jangan sampai kejadian seperti ini menimpa anak atau anggota keluarga kita maka dibutuhkan perhatian yang khusus dari pihak keluarga kalau ada kegiatan seperti ini disekolah