Sungguh Edan, Intelektual Arab Saudi ini Minta Akui Yerusalem Ibu Kota Israel Seperti Kata Trump

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 21 Dec 2017
Baru-baru ini kita di hebohkan oleh pernyataan Presiden Amerika Donald Trump tentang Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Belum selesai polemik ini, seorang intelektual Arab saudi mengutarakan pendapatnya yang justru semakin meramaikan masalah tersebut.

Sungguh Edan, Intelektual Arab Saudi ini Minta  Akui Yerusalem Ibu Kota Israel Seperti Kata Trump
Abdul Hamid Hakim, Yerusalem Ibu Kota Israel.

Seorang Intelektual Arab Saudi yang juga Direktur Institut Riset Timur Tengah, Abdul Hamid Hakim, melontarkan pernyataan yang menghebohkan. ia menyatakan bahwa warga Palestina dan dunia harus mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Ia beranggapan Yerusalem pantas menjadi ibu kota Israel karena menjadi simbol agama bagi kepercayaan tradisi agama Abrahamik lainnya, yakni Yahudi. “Sebagaimana Mekah dan Madinah merupakan kota suci bagi Muslimin, Yerusalem juga sangat suci bagi kaum Yahudi,” ujar Abdul-Hamid Hakim di Jeddah saat diwawancarai saluran televisi Al Hurrah, Senin (18/12/2017).

Menurutnya, deklarasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem ibu kota Israel justru merupakan solusi terbaik untuk melanjutkan kembali upaya perdamaian Israel-Palestina.

“Kita sebagai bangsa Arab harus lebih dulu memercayai apa saja yang diperlukan untuk menciptakan perundingan perdamaian Israel-Palestina. Salah duanya adalah deklarasi Presiden Trump itu, dan Yerusalem sebagai kota suci umat Yahudi,” tuturnya.

Bahkan masih menurutnya , suka tidak suka, mau tak mau, Israel kekinian diakui sebagai negara berdaulat. Mereka memunyai kursi perwakilan di PBB.

“Kita harus terbebaskan dari warisan Kristen dan Islam politik golongan Sunni dan Syiah yang telah menanamkan kebencian terhadap Yahudi dan mengingkari hak mereka di kawasan ini,” tegasnya.

Tidak hanya protes dari warga muslim  dunia, warga Arab saudipun juga memprotes apa yang di katakan Hamid, menurut warga apa yang dikatakannya bukan cerminan dari apa yang di inginkan warga Arab saudi sendiri.
SHARE ARTIKEL