Begini Jadinya Jika Ibaratkan Rumah Cuman Sebagai Terminal

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 11 Jan 2018
Begini Jadinya Jika Ibaratkan Rumah Cuman Sebagai Terminal
Foto ilustrsi rumah tangga yang tidak harmonis karena hanya ibaratkan rumah sebagai terminal, via kompasiana.com

Apasih fungsi rumah menurut Anda? 

Pasti semua juga sudah mengerti rumah itu pasti tempat kembalinya pulang dan beristirahat setelah lelah dan padatnya aktivitas, dan tempat berkumpulnya satu keluarga, tapi bagaimana jika salah seorang dalam keluarga menjadikan rumah ibarat terminal?

Bertemu keluarga di rumah pun salah satunya adalah obat untuk mencairkan pikirkan dan menghilangkan stres.

Bermain bersama anak atapun bermanja-manja dengan sang istri.

Baca juga : "kamu kan masih menyusui, kok hamil lagi, bahaya loh nanti ASImu jadi penyakit"

Makhluk hidup selalu merindukan rumah, burung mempunyai sarang yang dianyam dengan rasa cinta dan kasih; ikan mempunyai rumpun-rumpun karang laut tempat bermesraan yang aman; semut menggali lubang di tanah tempat menyelenggarakan kehidupan sosial mereka.

Begitu pula manusia selalu merindukan rumah, tempat saling memberi makna dan arti, tempat menyemai kasih sayang dan kehidupan yang baru, tempat sabar dan syukur bertemu.

Sayang, manusia sering kali menjadi terlalu cerdas menciptakan rumah-rumah model baru yang rapuh, kecerdasan yang hanya dipimpin oleh nafsu, kepintaran yang menipu.

Mereka membuat rumah rapuh, bahkan lebih rapuh dari anyaman laba-laba.

Mereka senang menghabiskan hari-harinya di kamar hotel, menghabiskan malam-malamnya di lantai-lantai diskotek, menghabiskan energi hidupnya di ruang kerja, tempat seminar, ruang lobi.

Tiba di rumah tinggal ampas, rasa capek yang mudah dituangkan dalam kemarahan.

Seorang ayah seringkali menjadikan rumah sebagai tempat melepaskan lelah setelah seharian bekerja.

“Ma, tolong anak-anak suruh diam. Papa capek bekerja seharian, ingin tidur,” kata seorang ayah. Kita pun sering mendengar perkataan. “Salah Mama kalau anak-anak jadi nakal. 

Papa bekerja seharian di kantor, tidak mempunyai waktu untuk tinggal di rumah, mengajari mereka, menanyakan apakah mereka sudah mengerjakan PR.

Sesampai di rumah, Papa capek ingin istirahat. Jangan bebani Papa dengan masalah rumah.”

Rumah sering kali hanya menjadi terminal, stasiun, atau bandara. Kita berhenti sejenak untuk kemudian meneruskan perjalanan.

Setelah capek duduk berjam-jam di bus dan kereta, atau setelah jenuh duduk di kursi pesawat.

Kita butuh tempat untuk istirahat guna memulihkan kondisi. Setelah tenaga kita pulih dan pikiran kita jadi segar kita akan pergi kembali.

Baca juga : Bun, Buat Anak Perempuanmu Senang Memakai Jilbab Cukup dengan Cara ini

Kalau kita berbicara hanya sekadar basa-basi, tidak akan membuat kita menjadi bagian yang sejati dari terminal, stasiun atau bandara.

Duduk memesan minuman dan makanan, dilayani dengan senyum menawan dari para pelayan.

Lalu kita pergi lagi. Mungkin esok akan kembali dan melakukan perbuatan yang hampir sama.

Seorang ayah setelah capek bekerja, pulang ke rumah guna menghilangkan capek; masuk ke ruang makan, mengharapkan istri duduk di seberang dengan senyum indah.

Anak-anak tertawa lucu. Kalaupun berbicara, hanya sekadar pemanis bibir saja.

Jika ada anak yang bermasalah di lingkungan sekitarnya atau di sekolah, sang ayah akan berkata, “Tolong Mama selesaikan, Papa besok kerja,” atau bahkan berkata, “Mama tidak bisa mendidik anak!” 

Setelah itu, sang ayah membenamkan diri di kamar, menghilangkan lelah di antara bantal dan guling.

Di tempat kerja seorang ayah bisa sangat perhatian terhadap anak buahnya tetapi di rumah menjadi sosok yang lain. 

Ia bisa berkata santun terhadap pelanggan wanita tetapi tidak bisa santun dan lembut terhadap istrinya.

Jangan jadikan lelah dan capek sebagai alasan untuk Anda bersikap acuh terhadap keluarga di rumah.

Jadikan rumah sebagai tempat kembalinya Anda pulang yang dimana rumah tersebut berada diposisi paling ternyaman dan dirindukan.

Ciptakan momen-momen hangat bersama keluarga, walau hanya sebentar, namun jika dilakukan rutin lambat-laun akan membangun keharmonisan dalam keluarga.

Rencanakan Family time untuk setiap bulannya 

Aturan Family Time

Ketika sudah memiliki waktu bersama anggota keluarga, hendaknya benar-benar dimanfaatkan untuk family time.

Dioptimalkan untuk membangun kebersamaan bersama seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, ada beberapa “aturan” yang harus dipenuhi, agar tujuan family time ini tercapai.

1. Luangkan Waktu Bersama

Hal pertama yang harus dilakukan oleh semua anggota keluarga adalah, luangkan waktu bersama.

Di tengah kesibukan kerja orang tua, pada saat anak-anak tengah libur sekolah dan kuliah, pilih waktu luang yang bisa menyatukan semua anggota keluarga.

Jika sangat sulit untuk memiliki keluangan waktu yang sama, harus ada yang rela berkorban izin kerja atau izin dari kegiatan, demi bisa bersama-sama dengan keluarga.

Jadi memang harus meluangkan waktu, bukan menunggu waktu luang.

Baca juga : Kekeliruan Akad Nikah Menyandingkan Kedua Mempelai, Apa Benar Nikahnya Tidak Sah?

2. Jauhkan Gadget

Pada saat sudah memiliki waktu bersama, berkumpullah bersama seluruh anggota keluarga.

Aturan yang sangat penting untuk menciptakan family time adalah jauhkan gadget dari semua anggota keluarga.

Gadget telah merenggut perhatian yang membuat orang tua dan anak-anak memilih asyik sendiri-sendiri.

Gadget telah membuat semua bersifat egois dan individualis. Tidak peduli dengan orang lain, cenderung asyik dengan dunia masing-masing yang diciptakan oleh berbagai fitur ajaib dalam gadget.

Ini yang membuat tidak tercapainya tujuan family time, membuat tidak ada kebersamaan walaupun secara fisik mereka berada dalam satu tempat yang sama.

3.Putuskan Komunikasi dengan Pihak Luar

Aturan ketiga adalah putuskan komunikasi dengan pihak luar. Ketika sudah menyepakati family time, fokuskan untuk berkegiatan bersama keluarga.

Matikan handphone dan smartphone untuk waktu tertentu. Dengan cara ini, semua anggota keluarga fokus berkegiatan, bermain, berbicara, bercanda secara bersama.

Tidak terganggu oleh banyaknya lalu lintas panggilan telepon yang kadang memakan waktu lama.

Panggilan telepon, menjawab pesan di whatsApp, membalas SMS, melihat email dan lain-lain, bisa merusak suasana family time.

4. Lakukan Aktivitas Bersama

Optimalkan kesempatan bersama keluarga ketika sudah bisa meluangkan waktu bersama.

Jangan sia-siakan situasi emas dan mahal ini. Segera lakukan aktivitas bersama, baik yang sudah dirancang masak-masak sebelumnya, ataupun aktivitas spontan yang tercipta setelah berada di lokasi kegiatan.

Pilih aktivitas yang bisa dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, sehingga semua ikut terlibat di dalamnya.

Jangan ada anggota keluarga yang ngambek dan memilih duduk sendirian, tanpa mau terlibat dalam kegiatan bersama anggota keluarga yang lain. Semua harus terlibat.

5. Ciptakan Keasyikan

Salah satu yang membuat semua anggota keluarga bisa terlibat adalah terciptanya suasana keasyikan.

Tertawa bersama, bercanda dengan leluasa, mengekspresikan keceriaan dengan tanpa beban, menjadi kunci keberhasilan kegiatan family time.

Jika suasana terbangun dengan asyik, maka akan membuat semua anggota keluarga senang terlibat dengan sukarela.

Namun jika pilihan kegiatannya menegangkan, menakutkan atau membuat ngeri, maka tidak semua bisa menikmati situasinya.

Hal ini menyebabkan tidak semua anggota keluarga bisa terlibat.

6.Jauhi Pertengkaran dan Konflik

Pada saat telah berkumpul bersama keluarga, jauhi hal-hal kecil yang bisa merusak kehangatan dan keceriaannya.

Misalnya soal makan siang di mana, kegiatan permainannya apa, pilihan tempat rekreasinya di mana, maupun kejadian kecil saat dalam perjalanan maupun sesampai di lokasi kegiatan, jangan membiarkannya menjadi pemicu keributan dan pertengkaran.

Kadang suasana family time rusak hanya karena hal-hal kecil yang sangat tidak esensial.

Sejak dalam perjalanan di kendaraan sudah muncul keributan, akhirnya terbawa hingga lokasi kegiatan. Ada anak yang ngambek karena marah atau tersinggung, jadinya rusaklah suasana kebersamaan.
SHARE ARTIKEL