Balita 3 Tahun Disiksa Gurunya, ini yang Harus Dilakukan Orangtua Jika Anak Dianiaya Guru

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 16 Mar 2018
Balita 3 Tahun Disiksa Gurunya, ini yang Harus Dilakukan Orangtua Jika Anak Dianiaya Guru
Foto diolah via wajibbaca.com dari berbagai sumber

Alih-alih memberi hukuman tapi keterlaluan....

Apa yang harus anda lakukan jika kedapatan anak anda dianiaya guru?

Terkadang orangtua tidak tau perlakuan apa yang didapat anak saat disekolah karena orangtua yang terlalu sibuk atau lebih memilih menitipkan anak didaycare atau alasan lain.

Namun jika suatu saat anak anda mengalami hal serupa entah karena anak nakal sehingga guru menghukum, harus bagaimana anda meyikapi hal ini?

Sampai sekarang pihak sekolah masih enggan memberikan tanggapan atas kasus ini. Semoga polisi bisa menegakkan keadilan.

Seorang anak disiksa di sekolah di Singapura baru-baru ini. Penyiksaan itu membuat telinga sang anak menjadi bengkak dan memar.

Baca juga : Jelas Orang Tua Salah, Karena Cemburu, Kakak 4 Tahun ini Bunuh Adik Bayinya

Menurut ibunya, gadis kecil itu sangat trauma dengan kejadian tersebut dan selalu bermimpi buruk tentang hal itu.

Ibu yang patah hati itu menuliskan kisahnya di Facebook tanggal 10 Maret 2018. Ia juga melaporkan masalah ini ke polisi dan juga ECDA (Early Childhood Development Agency – semacam badan di Singapura yang mendukung perkembangan anak melalui pendidikan).

Anak disiksa di sekolah Singapura

Claudia Kwan menceritakan insiden tersebut di Facebook. “Tanggal 14 Februari 2018, saya mengantar anak saya ke sekolah pagi-pagi. Sebelumnya, saya memakaikan pakaiannya dan menguncir rambutnya. Ia tampak normal dan ceria.”

“Namun, saat suami saya menjemputnya sepulang sekolah, dalam perjalanan ia merasa ada yang tak beres dengan mood putri kecil kami. Jadi, suami saya memarkir mobilnya dan turun untuk mengecek kondisi anak kami. Suami saya melihat sesuatu yang tak wajar pada telinga putri kami.”

“Rambutnya yang berantakan telah menutupi telinganya dan ia berkeringat setelah seharian bersekolah. Suami saya melihat memar yang mengerikan di telinga bagian atas anak.”

Balita 3 Tahun Disiksa Gurunya, ini yang Harus Dilakukan Orangtua Jika Anak Dianiaya Guru

“Ketika mereka sampai di rumah, suami meminta saya untuk memeriksa apa yang terjadi. Telinganya memar sangat parah hingga bengkak. Hati saya hancur melihatnya. Ketika saya bertanya pada putri saya apa yang sebenarnya terjadi, ia kehilangan kendali dan mulai menangis.”

Claudia kemudian menelepon pihak sekolah untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, ia gagal mendapatkan jawaban memuaskan.

Akhirnya, Claudia membawa putrinya ke dokter anak. “Dokter pun terkejut melihat telinga putri saya. Ia mendiagnosis sebagai bentuk memar traumatis akibat ditarik dengan penuh kekuatan. Memar ini bukan karena gigitan serangga atau alergi obat.”

Claudia kaget saat mendengar diagnosis dokter. Kemudian, ia mengajukan laporan ke polisi setelah menginformasikan kepada kepala sekolah.

Pihak sekolah enggan menjawab pertanyaan mengenai anak disiksa di sekolah

Gadis kecil itu juga telah mengungkapkan kepada polisi tentang guru yang menjewer dan memutar telinganya.

“Polisi meminta agar saya kembali datang ke kantor polisi minggu lalu untuk memberikan laporan rinci setelah anak saya sedikit lebih tenang sehingga ia dapat menceritakan dengan lebih baik. Putri saya kemudian mengatakan kepada polisi siapa guru yang menjewer dan memutar telinganya.”

Claudia juga membawa putrinya ke rumah sakit KK untuk pemeriksaan ulang. Mereka mengkonfirmasi bahwa itu adalah ‘kecelakaan yang disengaja’ yang diduga dilakukan oleh seorang guru.

Baca juga : Mimpi Melihat Orang Tua yang Sudah Meninggal, Bukan Karena Mereka Sayang, Tapi Karena ini

Sementara itu, pihak sekolah terus menghindari pertanyaan dan menolak bertanggung jawab atas insiden tersebut.

Sudah sebulan berlalu dan Claudia merasa stres karena tidak ada yang bisa dilakukan terhadap kasus ini. Putri kecilnya yang malang masih trauma dan terus mengalami mimpi buruk.

“Sejak kejadian ini, setiap malam putri saya akan terbangun tiba-tiba dari mimpi buruknya sambil berteriak ‘Aku takut, maafkan aku, tolong, berhenti, sakit!’ Dia bahkan meneriakkan juga nama gurunya.”

“Mimpi buruk ini terjadi setiap malam selama beberapa minggu terakhir. Rasanya menyakitkan melihat anak perempuan saya mengalami trauma semacam itu. Ia tersiksa dari hari ke hari karena kejadian tersebut dan perilakunya mengalami perubahan drastis.”

“Ia sekarang menjadi sangat temperamental, gampang meledak marah atau menangis secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.”

Masalah ini telah dilaporkan kepada ECDA dan juga MP (Member of Parliament Singapura).

“ECDA telah memberi pendapat bahwa ini adalah kasus yang harus ditangani kepolisian sehingga mereka hanya bisa menunggu hasil penyelidikan polisi.

Polisi mengatakan bahwa mereka tak bisa menunjukkan rekaman CCTV kepada saya. Mereka juga tidak melakukan apapun untuk meyakinkan saya bahwa proses penyelidikan sedang berjalan. Hal ini membuat saya bingung dan takut terus-menerus.”

Insiden ini membuat sang ibu juga stres

Kita hanya bisa membayangkan apa yang dialami oleh Claudia, terutama karena ia juga menghadapai kesulitan keuangan.

Claudia mengungkapkan, “Suami saya baru pulih dari serangan stroke yang dideritanya pada bulan Desember 2017 lalu, sehingga keluarga kami yang terdiri dari lima orang menghadapi kesulitan keuangan. Namun, saya masih harus mencari pertolongan dari psikiater dan konselor untuk anak perempuan kami.”

“Mereka mengatakan bahwa putri saya mengalami trauma parah. Sebagai seorang ibu, melihat anak perempuan saya menderita dari hari ke hari membuat hati saya hancur. Saya pun menderita secara emosional dan fisik.”

“Psikiater bahkan mengatakan kepada saya bahwa saya mengalami reaksi stres akut karena terus-menerus mengkhawatirkan anak perempuan saya.”

Sejak kejadian anak disiksa di sekolah, Claudia berhenti mengirim putrinya ke sekolah tersebut. “Pihak sekolah masih terus membiarkan guru yang dicurigai terus mengajar sambil mempertaruhkan keselamatan banyak anak kecil lainnya di bawah perawatannya.”

Claudia belum mau menyebutkan nama sekolah (mungkin karena masih dalam penyelidikan polisi), namun telah mengisyaratkan bahwa sekolah ini berada di Ang Mo Kio.

Ibu meminta saran terhadap kasus anak disiksa di sekolah

Claudia masih terus merasa frustasi dan depresi, “Sudah lebih dari 3 minggu dan telinga anak perempuan saya masih belum sembuh total.”

“Saya sekarang depresi. Saya mencoba menjadi kuat demi suami saya yang tengah berjuang sembuh dari stroke akut sejak akhir tahun lalu. Namun, melihat anak perempuan saya menderita setiap hari, benar-benar membuat saya hancur.”

“Di rumah, ketika saya membacakan dongeng untuknya, ia akan tiba-tiba mengatakan bahwa gurunya adalah ‘serigala jahat’ dalam kisah Tiga Babi Kecil. Atau pernah ia menyebutnya sebagai ‘ratu jahat’ dalam cerita Snow White dan boneka-bonekanya yang akan melindunginya dari si guru jahat.”

“Bahkan ketika mendengar suara bising renovasi di rumah tetangga, putri saya bilang bahwa ini adalah suara gurunya yang kembali menarik telinganya lalu ia mulai menangis.”

Claudia telah meminta saran pada warganet mengenai masalah ini. “Saya benar-benar tidak tahan lagi dan akhirnya saya mengerti. Saya sangat putus asa untuk meminta saran mengenai apa yang bisa saya lakukan untuk putri saya. Oleh karena itu saya menggunakan Facebook untuk meminta saran bagaimana menyelesaikan kasus ini.”

“Para orangtua di sini tentu bisa berempati dengan saya dan memahami rasa sakit yang saya alami sekarang.”

“Saya ingin mencari keadilan melawan guru karena telah menyakiti gadis kecil saya. Namun manajemen sekolah yang tidak bertanggung jawab tampak acuh tak acuh dan tidak menunjukkan belas kasihan mengenai hal ini.”

“Apa yang bisa saya lakukan? Bisakah seseorang menasehati saya?”

theAsianparent Singapura menghubungi ECDA untuk masalah ini dan berikut ini tanggapannya:

“Polisi telah mengkonfirmasi sebuah laporan yang diajukan tanggal 14 Februari 2018. Investigasi sedang berlangsung dan polisi telah memperbaharui status laporan Claudia Kwan.

ECDA menyadari adanya kasus ini dan telah menghubungi Ibu Claudia Kwan untuk memberikan bantuan apapun yang dibutuhkan anaknya. Pada saat bersamaan, ECDA terus bekerja keras memastikan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak.”

Kami berharap Claudia dan putri kecilnya mendapatkan keadilan yang layak.

Baca juga : Nonjok Orangtua yang Bebaskan Anak Main HP, Kejadian ini Jadi Pelajaran Keras

Berikut ini postingan Claudia di Facebook:



Apa yang harus bunda lakukan jika Anda mencurigai anak disiksa di sekolah?
  1. Jika Anda masih ragu, telepon sekolah dan bicaralah dengan kepala sekolah tentang hal itu.
  2. Jika benar terjadi penyiksaan di sekolah, hubungi polisi atau adukan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
  3. Segera lindungi anak Anda dan jauhkan dari pelaku.
  4. Hubungi psikolog anak untuk membantu menyembuhkan trauma yang terjadi.
Ciri-ciri Anak yang Mengalami Kekerasan.
Sebagian besar anak yang menjadi korban kekerasan memiliki beberapa perilaku atau bekas luka yang tidak wajar.

Beberapa ciri anak yang mengalami kekerasan, yaitu (a) anak menjadi takut untuk berkomunikasi atau berhubungan dengan orang tua atau orang lain, (b) anak akan menjadi lebih sensitif dalam menerima kritik dari orang lain, (c) anak akan cepat marah, (d) anak berubah menjadi pendiam atau pemurung, dan (e) seorang anak memiliki bekas luka memar di tubuh.

Cara Menanggulangi

Dalam upaya untuk mengurangi kekerasan yang marak terjadi, ada beberapa langkah yang diambil untuk memulihkan anak-anak korban kekerasan.

Pertama, penyediaan dokter secara cuma-cuma untuk anak korban kekerasan yang kurang dijaga kesehatannya dan konsultasi psikologi secara gratis agar anak-anak dapat berkonsultasi dan diberikan pembelajaran sehingga terhindar dari tindak kekerasan.

Kedua, membentuk LSM dalam pencegahan dan pemulihan anak korban kekerasan.

Ketiga, melakukan kampanye kepada masyarakat agar masyarakat khususnya orangtua tidak melakukan tindak kekerasan pada anaknya.

Keempat, memberikan penanganan khusus pada anak yang menjadi korban kekerasan. Mendatangi secara langsung korban dan memberikan perhatian langsung agar merasa dirinya masih ada yang peduli.

Kelima, pelatihan dan pendidikan kesehatan agar korban mengetahui kekerasan yang dilakukan oleh orangtuanya dapat berdampak buruk terhadap kesehatannya. Anak pun dapat menghindari kekerasan yang dilakukan orangtuanya dan mengurangi kekerasan yang terjadi di lingkungan sekitar.

Keenam, memberikan pembelajaran kepada orangtua agar tidak melakukan kekerasan terhadap anaknya dan lebih menyayangi anak mereka.

Semoga bermanfaat.
SHARE ARTIKEL