Melarang Anak Tak Perlu Pakai Kata "Jangan", Karena ini Akibat Buruknya
Penulis Unknown | Ditayangkan 25 Mar 2018foto diolah wajibbaca.com via hellosehat.com
A :" Adek, jangan diambil itu....!
B:" Tapi bun...!
A :" Kalau bilang jangan, ya jangan ?
Apakah bunda sering seperti itu pada anak? sebaiknya jangan seperti itu ya bun, sebab melarang anak dengan menggunakan kata "JANGAN" itu tak baik. Bunda bisa menggannti kata jangan dengan kalimat berikut...
Anak memang butuh dibatasi untuk menghadirkan perasaan nyaman dan aman.
Tapi ada banyak cara lain untuk menolak keinginan anak atau mendisiplinkannya.
Tanpa harus selalu bilang "Jangan!". Banyak ahli parenting percaya, terlalu banyak kata "jangan" hadir dalam keseharian si kecil bisa bikin ia frustrasi dan akhirnya tantrum.
Bayangkan saja, kalau kita diteriaki orang lain "jangan lakukan ini itu", pasti kita akan merasa terhambat dan bingung karena tidak ada alternatif lain.
Baca Juga : Terlihat Baik Untuk Orang Tua, Namun 10 Hal ini Berefek Buruk Bagi Anak Anda
Tapi apakah mengatakan jangan pada anak itu baik atau buruk sih sebenarnya?
Agar Anda bisa mempertimbangkan mana cara yang paling sesuai untuk anak Anda, simak dulu ulasan berikut ini sebagaimana dikutip hellosehat.com
Mengatakan “jangan” pada anak itu penting
Melarang anak, terutama anak di bawah lima tahun (balita) dengan kata “tidak” atau “jangan” adalah salah satu cara untuk memperlihatkan ketegasan Anda.Baca Juga : Anak Sudah 5 Tahun Tapi Masih Sering Ngompol, Wajarkah? Disini Jawabannya
Kata-kata tersebut mengandung nada memerintah sehingga pesan yang akan diterima oleh anak jadi lebih berpengaruh daripada ketika Anda mencari-cari alasan lain atau bicara berputar-putar.
Dengan mengatakan “tidak”, anak juga akan belajar soal batasan-batasan perilaku yang bisa diterima.
Jika Anda tak terlalu sering menggunakan kata-kata “tidak” dan “jangan”, anak pun akan belajar bahwa jika Anda sudah mengucapkannya, berarti Anda benar-benar serius.
Selain itu, mengatakan “tidak” atau “jangan” juga bisa berdampak positif pada anak.
Jika Anda mengucapkannya dengan nada yang tenang tetapi tegas, bukan sambil berteriak marah atau menangis putus asa, anak Anda akan belajar untuk memahami bahwa tidak semua penolakan adalah hal yang buruk.
Baca Juga : Efek Buruk Katakan 'Kalau Nakal Akan Disuntik Dokter' Pada Anak
Dengan begitu, anak pun akan mencontoh Anda ketika ia akan mengatakan “tidak”. Alih-alih menggunakannya sebagai senjata saat merengek dan bersikeras, anak hanya akan mengatakan “tidak” jika ia memiliki alasan yang jelas dan hanya pada saat-saat tertentu saja.
Maka, mengatakan “tidak” bukanlah hal yang haram hukumnya. Selama Anda bisa mengemas kata-kata tersebut dengan bijak, anak pun akan meniru teladan yang Anda berikan.
Yang perlu diperhatikan saat mengatakan “jangan” pada anak
Banyak orang tua yang cemas dengan penggunaan kata “tidak” untuk melarang anak karena sifat dari kata ini yang dipercaya mengandung makna negatif.Baca Juga : Selain Mendengarkan Penjelasan Guru, ini 4 Adab Murid yang Baik Terhadap Guru
Anak pun akan terus mencoba dan menguji sejauh mana kata-kata tersebut mempan sebagai metode mendisiplinkan dirinya.
Selain itu, yang juga dikhawatirkan adalah anak akan mengikuti kebiasaan orang tuanya untuk mengatakan “tidak” atau “jangan” pada orang lain.
Maka, yang perlu diperhatikan adalah cara Anda menyampaikan larangan tersebut. Pastikan bahwa Anda tidak terlalu sering menggunakan kata-kata tersebut supaya efeknya tetap ampuh dalam mendisiplinkan anak.
Cara melarang anak tanpa mengatakan “jangan”
Ada banyak cara lain untuk melarang atau menegur anak tanpa mengatakan “tidak” dan “jangan”. Anda bisa mencoba beberapa siasat di bawah ini agar maksud Anda tetap tersampaikan pada anak dengan baik.
Baca Juga : Senakal-Nakalnya Anak Anda, Jangan Pernah Marahi dengan 8 Kalimat ini
Apabila anak Anda memainkan makanannya, cobalah untuk mengingatkannya dengan nada yang tegas dan alasan yang jelas seperti, “Makanan itu untuk dimasukkan ke dalam mulut, bukan untuk diaduk-aduk seperti itu.”
Anak pun akan belajar bahwa Anda tidak menyetujui perilakunya karena memang yang ia lakukan tidak tepat, bukan hanya karena “pokoknya tidak boleh”.
Contoh lain misalnya anak Anda membiarkan kamarnya berantakan, cobalah untuk menegurnya dengan mengatakan, “Kamarmu seharusnya untuk beristirahat, bukan untuk diacak-acak sampai berantakan. Lihat, sekarang tempat tidurmu tak bisa dipakai tidur lagi.”
Memberikan contoh langsung
Anak belajar tak hanya dari kata-kata Anda, tetapi juga melalui perbuatan Anda. Jika anak Anda selalu bertengkar dengan kakak atau adiknya karena berebut mainan, beri contoh bahwa berbagi dan saling pinjam itu lebih baik.
Baca Juga : Jangan Sembarangan Cium Bayi Orang, Baca 7 Bahaya ini
Saat anak Anda mencoba merebut mainan dari tangan Anda, ajak anak untuk bermain bersama dengan nada yang tetap tenang.
Tunjukkan bahwa mainan tersebut bisa dipakai bersama. Anda juga bisa memberikannya pada anak dengan syarat seperti, “Silakan Nak, tapi nanti kalau sudah selesai kembalikan lagi pada Ibu, ya.” Dengan begitu, anak pun belajar bagaimana caranya meminjam sesuatu dan apa yang harus dilakukan kalau seseorang berusaha mengambil sesuatu darinya. Ingat, proses ini memang harus dilakukan berkali-kali sampai anak menghafal polanya. Bersabarlah dan beri waktu bagi anak untuk memahami maksud Anda.
Ajak anak untuk bicara baik-baik
Hampir setiap orang tua pasti pernah menghadapi anak yang merajuk atau menangis meraung-raung supaya keinginannya dituruti. Ketika hal ini terjadi, mungkin naluri yang muncul adalah mengatakan
Baca Juga : Ayah Perokok itu Tak ada Bedanya dengan Pembunuh, Malahan Lebih Kejam
Dengan pendekatan seperti itu, anak akan belajar bahwa menangis dan merajuk tidak akan membuat keinginannya terpenuhi, tapi justru dengan bicara baik-baik.
Setelah Anda berhasil membujuk anak untuk menenangkan diri, anak akan jadi lebih mudah menerima penjelasan dan larangan yang Anda berikan. Ketika anak sudah setuju dengan kata-kata Anda, puji dan ucapkan terima kasih agar anak menyadari bahwa Anda sangat menghargai perilakunya yang kooperatif. Dari situ anak pun belajar pentingnya mendengarkan dan saling berkompromi.
Larangan mengucap kata "jangan" pada anak
foto via infoyunik.com
Menurut konsultan parenting Ayah Edy, orangtua disarankan tidak menggunakan kata “jangan” karena alam bawah sadar manusia tidak merespon dengan cepat kata larangan tersebut.
Baca Juga : Melarang Anak Tak Perlu Pakai Kata "Jangan", Karena ini Akibat Buruknya
Sebagian lainnya memberikan alasan bahwa kata “jangan” membawa nuansa negatif.
Lalu bagaimana pandangan Islam mengenai larangan menggunakan kata “jangan” pada anak? Cukuplah Al Qur’an yang menjawabnya.
Mari kita baca surat Luqman ayat 13.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. Luqman: 13)
Baca Juga : Terlihat Baik Untuk Orang Tua, Namun 10 Hal ini Berefek Buruk Bagi Anak Anda
“Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan yang baik bahwa Dia telah menganugerahinya hikmah dan Luqman menasehati anaknya yang merupakan buah hatinya, maka wajarlah jika ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya,” tutur Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini,
“karena itulah hal pertama yang ia pesankan kepada anaknya adalah menyembah kepada Allah semata, jangan mempersekutukannya dengan sesuatu apapun.”
Bagi mereka yang beralasan bahwa kata “jangan” membuat anak penasaran dan enggan menurut, ternyata Luqman yang penuh hikmah menggunakan kata itu dan anaknya pun mengikuti serta menurutinya.
Luqman tidak menggantinya dengan kata “hati-hati” tidak pula menggantinya dengan kata lainnya.
Bagi mereka yang beralasan bahwa kata “jangan” tidak direspon alam bawah sadar dengan cepat, nyatanya nasehat Luqman yang penuh hikmah itu diabadikan dalam Al Qur’an. Seruan para Nabi pun sama dengan seruan Luqman dan umatnya berbondong-bondong meninggalkan kemusyrikan.
Baca Juga : Anak Sudah 5 Tahun Tapi Masih Sering Ngompol, Wajarkah? Disini Jawabannya
“Sesungguhnya nasehat seperti ini tidak menggurui dan tidak mengandung tuduhan."
Karena orangtua tidak menginginkan bagi anaknya kecuali kebaikan dan orangtua hanya menjadi penasehat bagi anaknya.
Luqman melarang anaknya dari berbuat syirik dan dia memberikan alasan atas larangan tersebut bahwa kemusyrikan merupakan kezaliman yang paling besar.”
Bagi mereka yang beralasan bahwa kata “jangan” membawa nuansa negatif sebagaimana kata “tidak”, hendaklah ia mengetahui bahwa dalam Al Qur’an, kata “laa” yang berarti “jangan” atau “tidak” terdapat dalam 747 ayat.