Aktivitas Disurga yang Menjadi Kesibukan Penghuninya ini Bisa Kita Cicipi di Dunia
Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 09 Apr 2018Foto via ruangmuslimah.com
Mau tahu nikmatnya surga?
Ada lho yang bisa dicicipi di dunia...
Taukah Anda apa itu? Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah berjanji, aktivitas ini yang menjadi salah satu kesibukan utama para penghuni surga, yang bisa kita cicipi terlebih dahulu didunia, namun ada yang membedakan jika ingin mencicipinya didunia ada 1 (satu) syarat yang harus dilewati.
Tebak apa!
Hari itu, seorang sahabat Nabi bertanya, “Ya Rasulullah, apakah di surga kelak, kita akan mendatangi istri-istri kita?”
Baca juga : Usia Tepat yang Baik Untuk Mengkhitan Anak Menurut Syariat dan Medis
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam menjawab, “Dengan zakar yang tidak pernah bosan, syahwat yang tidak putus, dan semangat yang terus-menerus.”
Dalam riwayat lain dari sahabat mulia Abu Sa’id al-Khudhri Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam juga menjelaskan, “Jika telah usai, istrinya kembali menjadi perawan.”
Inilah janji Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Inilah yang menjadi salah satu kesibukan utama para penghuni surga. Inilah ibadah utama yang tersemat kenikmatan di sepanjang pelaksanaannya.
Beruntungnya, salah satu kesibukan utama para penghuni surga ini bisa kita nikmati di dunia ini dengan halal. Kita bisa mencicipinya, asal memenuhi syarat yang telah digariskan.
Ialah pernikahan yang sesuai dengan syariat hingga menjadi suci, halal, dan diberkahi. Selain dilakukan dengan jalan pernikahan, aktivitas ini bernilai dosa, termasuk zina, pelakunya disiksa di dunia dan akhirat.
Hujjatul Islam Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan, “Mengharapkan suatu kenikmatan yang belum pernah dirasakan dan diketahui sama sekali, adalah harapan yang hampa. Sungguh, dalam kenikmatan percampuran suami dan istri terdapat gambaran kenikmatan yang jika ia adalah kenikmatan yang terus-menerus, maka ia adalah kenikmatan yang tidak ada tandingannya. Dan demikianlah kenikmatan akhirat.”
Baca juga : Jangan Suka Buang Makanan Sisa, Allah Sangat Membenci, Ini Azabnya
Semangat suci inilah yang mengantarkan seorang mukmin pada pemahaman yang berkelas. Hubungan suami-istri bukan hanya dilihat dari sisi manusiawi, apalagi siklus semata. Ianya diletakkan dalam aktivitas unggulan yang bernilai pahala. Setara dengan pahala sedekah.
Hubungan ini menjadi amat sakral. Dinikmati. Didamba. Tapi tidak melalaikan. Di dalamnya ada kesadaran penuh akan nikmat yang dikurniakan oleh Allah Ta’ala. Ialah nikmat dalam Islam dan iman hingga apa yang mulanya hina menjadi terhormat, bahkan sangat dianjurkan.
Maka tak heran ketika Umar bin Khaththab sempat berkata, beliau memaksa diri untuk berhubungan istrinya demi lahirnya generasi yang dijelaskan oleh Ustadz Mohammad Fauzil Adhim sebagai generasi yang memberatkan bumi dengan kalimat La ilaha illallah.
Maka menikahlah. Agar syahwatmu tersalurkan di jalan yang diberkahi dan dipenuhi pahala. Wallahu a’lam.
Hari itu, seorang sahabat Nabi bertanya, “Ya Rasulullah, apakah di surga kelak, kita akan mendatangi istri-istri kita?”
Baca juga : Usia Tepat yang Baik Untuk Mengkhitan Anak Menurut Syariat dan Medis
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam menjawab, “Dengan zakar yang tidak pernah bosan, syahwat yang tidak putus, dan semangat yang terus-menerus.”
Dalam riwayat lain dari sahabat mulia Abu Sa’id al-Khudhri Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam juga menjelaskan, “Jika telah usai, istrinya kembali menjadi perawan.”
Inilah janji Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Inilah yang menjadi salah satu kesibukan utama para penghuni surga. Inilah ibadah utama yang tersemat kenikmatan di sepanjang pelaksanaannya.
Beruntungnya, salah satu kesibukan utama para penghuni surga ini bisa kita nikmati di dunia ini dengan halal. Kita bisa mencicipinya, asal memenuhi syarat yang telah digariskan.
Ialah pernikahan yang sesuai dengan syariat hingga menjadi suci, halal, dan diberkahi. Selain dilakukan dengan jalan pernikahan, aktivitas ini bernilai dosa, termasuk zina, pelakunya disiksa di dunia dan akhirat.
Hujjatul Islam Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan, “Mengharapkan suatu kenikmatan yang belum pernah dirasakan dan diketahui sama sekali, adalah harapan yang hampa. Sungguh, dalam kenikmatan percampuran suami dan istri terdapat gambaran kenikmatan yang jika ia adalah kenikmatan yang terus-menerus, maka ia adalah kenikmatan yang tidak ada tandingannya. Dan demikianlah kenikmatan akhirat.”
Baca juga : Jangan Suka Buang Makanan Sisa, Allah Sangat Membenci, Ini Azabnya
Semangat suci inilah yang mengantarkan seorang mukmin pada pemahaman yang berkelas. Hubungan suami-istri bukan hanya dilihat dari sisi manusiawi, apalagi siklus semata. Ianya diletakkan dalam aktivitas unggulan yang bernilai pahala. Setara dengan pahala sedekah.
Hubungan ini menjadi amat sakral. Dinikmati. Didamba. Tapi tidak melalaikan. Di dalamnya ada kesadaran penuh akan nikmat yang dikurniakan oleh Allah Ta’ala. Ialah nikmat dalam Islam dan iman hingga apa yang mulanya hina menjadi terhormat, bahkan sangat dianjurkan.
Maka tak heran ketika Umar bin Khaththab sempat berkata, beliau memaksa diri untuk berhubungan istrinya demi lahirnya generasi yang dijelaskan oleh Ustadz Mohammad Fauzil Adhim sebagai generasi yang memberatkan bumi dengan kalimat La ilaha illallah.
Maka menikahlah. Agar syahwatmu tersalurkan di jalan yang diberkahi dan dipenuhi pahala. Wallahu a’lam.