"Karena menikah itu butuh biaya, jangan hanya mikir yang penting SAH saja"
Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 23 Apr 2018Foto via memecomicindonesia
Mending nikah SAH di KUA daripada maksain resepsi tapi hasil ngutang
Ya pasti semua maunya yang mudah dan gak ribet, sederhana yaitu ijab kabul, salam-salaman terus makan-makan abis itu tamu pulang bisa menikmati dengan pasangan deh.
Tapi kan tapi.... Menikah juga hanya sekali seumur hidup, apalagi budaya keluarga yang jadi ajang silatuhrahmi antar keluarga
Jadinya budget biaya pernikahan membengkak, menikah itu biayanya banyak, bukan gengsi yang mahal tapi faktanya...
Baca juga : Mau Berhubungin, Ini Hal yang Tak Boleh Dilupakan Saat "Pemanasan"
Barangsiapa memberi karena ﷲ, menolak karena ﷲ, mencintai karena ﷲ, membenci karena ﷲ dan menikah karena ﷲ maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Menikah bukan hanya menyatukan aku, kamu, keluargaku dan juga keluargamu. Menikah adalah menyatukan iman kita.
Maka menikahlah karena ﷲ. Saat akad itu terucap, kamu mengikrarkannya di hadapan ﷲ dan ridho orangtua adalah ridho ﷲ.
Maka marilah kita meminta juga ridhonya untuk bersama mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Pernikahan merupakan satu fase menentukan dalam kehidupan manusia.
Sebuah ikrar suci yang benar-benar jadi titik balik seorang insan.
Oleh karenanya, pernikahan nggak boleh disikapi secara sembarangan. Tentu perlu banyak persiapan yang mesti dilakukan sedini mungkin.
Terlebih untuk seorang perempuan. Barangkali sedari usia remaja, ia harus sudah dididik bagaimana menjadi wanita dewasa yang seharusnya.
Agar ia layak diperjuangan laki-laki terbaik yang kelak jadi imamnya.
Bicara persoalan pernikahan di mata wanita, ada baiknya mereka lebih mau bersikap realistis.
Bukannya bersikap galau-galau manja menunggu sang pangeran yang tak kunjung datang jua.
Atau malah menebar pesona di mana-mana. Dear Ladies, kunci jodoh bagi seorang gadis adalah memantaskan diri.
Perbaiki diri, kepribadian, dan kecerdasan. Tentu jodoh akan segera datang. Ada satu hal yang lebih penting untuk dipersiapkan, yakni biaya yang bakal keluar buat pernikahan.
Ini nggak sembarangan dan bisa bikin semua berantakan kalau nggak disiapkan secara matang.
Buat kamu yang nggak pengen pernikahan yang mengundang banyak orang, nggak papa deh artikel ini sebagai informasi saja.
Jadinya budget biaya pernikahan membengkak, menikah itu biayanya banyak, bukan gengsi yang mahal tapi faktanya...
Baca juga : Mau Berhubungin, Ini Hal yang Tak Boleh Dilupakan Saat "Pemanasan"
Barangsiapa memberi karena ﷲ, menolak karena ﷲ, mencintai karena ﷲ, membenci karena ﷲ dan menikah karena ﷲ maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Menikah bukan hanya menyatukan aku, kamu, keluargaku dan juga keluargamu. Menikah adalah menyatukan iman kita.
Maka menikahlah karena ﷲ. Saat akad itu terucap, kamu mengikrarkannya di hadapan ﷲ dan ridho orangtua adalah ridho ﷲ.
Maka marilah kita meminta juga ridhonya untuk bersama mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Pernikahan merupakan satu fase menentukan dalam kehidupan manusia.
Sebuah ikrar suci yang benar-benar jadi titik balik seorang insan.
Oleh karenanya, pernikahan nggak boleh disikapi secara sembarangan. Tentu perlu banyak persiapan yang mesti dilakukan sedini mungkin.
Terlebih untuk seorang perempuan. Barangkali sedari usia remaja, ia harus sudah dididik bagaimana menjadi wanita dewasa yang seharusnya.
Agar ia layak diperjuangan laki-laki terbaik yang kelak jadi imamnya.
Bicara persoalan pernikahan di mata wanita, ada baiknya mereka lebih mau bersikap realistis.
Bukannya bersikap galau-galau manja menunggu sang pangeran yang tak kunjung datang jua.
Atau malah menebar pesona di mana-mana. Dear Ladies, kunci jodoh bagi seorang gadis adalah memantaskan diri.
Perbaiki diri, kepribadian, dan kecerdasan. Tentu jodoh akan segera datang. Ada satu hal yang lebih penting untuk dipersiapkan, yakni biaya yang bakal keluar buat pernikahan.
Ini nggak sembarangan dan bisa bikin semua berantakan kalau nggak disiapkan secara matang.
Buat kamu yang nggak pengen pernikahan yang mengundang banyak orang, nggak papa deh artikel ini sebagai informasi saja.
Sementara yang pengen bikin pesta yang lumayan, kamu perlu simpan artikel ini. Cepat atau lambat kamu akan membutuhkannya. Disimak ya, Ladies…
"Hai semuanyaa, ya ampun gue dilanda males parah buat nulis. Jari-jari gue kadang suka typho gitu lah terus kebetulan gue lagi hobi nonton iflix makanya jarang waktu luang dipake buat nulis.
Setelah gue semedi sekian hari mau nulis topik apaan akhirnya ketemu juga topik yang “semoga menarik” untuk dibaca dan dibahas.
Baca juga : Buat Semua Istri, ini Keutamaan Buru Buru Mandi Bila Haid Sudah Selesai
Masih yee ngga jauh lah bahas nikahan (lagiiiii). Nggak kok, gue ngga bahas kegalauan gue soal cari jodoh kayak tahun lalu.
Pernah liat meme “Nikahan di gedung, tinggalnya di kontrakan” pernah kaaaan?. Gue dulu dibarisan nyinyir yang merasa orang yang nikahan di gedung itu buang duit, sok kaya, bla bla blaa *maaafkan dosaku dahuluuu.
Tapi semakin kesini gue malah merasa perlu juga kok pengadaan gedung untuk resepsi nikahan.
Karena apa?? Karena gue pernah tersiksa mau pulang kudu muter nyari jalan gara-gara jalanan umum ditutup sama panggung dangdutan kawinan.
Sampai gue ngga sadar ngomel-ngomel gitu “Amit-amiiit jangan sampe gue kawin nyusahin banyak orang” hahahaha.
Aslikk kesel banget loh ketika lo abis pulang pacaran terus lewat jalan yang tau-tau zooooonkkk “maaf jalanan anda terganggu karena ada panggung” atau udah jalan sekian meter tau-tau jalanan terhalang dengan biduanita berstoking jaring-jaring lagi nyanyi dangdut di depan pengantin.
Dan ngga ada papan pengumuman gitu *papan pengumuman dipasang 3 meter dekat panggung, yaaaelaaah.
Oke kembali ke topik Menikah Murah vs Mahal sebenarnya ya emang bener nikah itu murah, yang mahal cateringannya cuuyyyy. Tapi ada temen gue bilang yang bikin mahal gengsi.
Masa sih?? Mari kita urai dan bahas disini. Gue merasa ngga setuju dengan pendapat temen gue bahwa menikah itu ajang gengsi.
Jujur, gue juga maunya nikah sederhana yaitu ijab kabul, salam-salaman terus makan-makan abis itu tamu pulang dan gue bisa indehoy sama mas Bebi di kamar.
Tapi kan..tapiiiihh karena budaya indonesia yang erat banget kekeluargaannya menikah itu ya jadi ajang silaturahmi antar keluarga besar, rekan-rekan ortu juga.
Jadi ngga cuma rekan kedua mempelai doang. Alhasil budget biaya catering undangan membengkak dan pengantin pasrah salaman sama tamu-tamu yang cuma ortu mereka aja yang tau itu siapa entah itu teman SMA, teman SMP, rekan kerja ortu, temen bisnis dll.
Maka ketika sebagian orang rela menghabiskan dana ratusan juta buat biaya resepsi, sebagian lain pun “nyinyir” melihat hal itu tanpa mengetahui kenapa mereka kudu pesta gede-gedean.
Sekarang gue pun paham kenapa mereka rela membobol tabungan sekian tahun hanya untuk pesta sekian jam. Gue dulu sakit perut sama nyut-nyutan kalo nanya sama temen soal biaya resepsi mereka, suka deg-degan “Gile lu ndroo, sekian ratus juta buat kawinan doang“.
Tapi ketika gue berada di posisi mereka saat ini, perasaan “gile lu ndro” itu kok ngga ada? Kemanah nih? Udah kebanyakan duit kah?? *kagak kok, gue masih ngirit duit 🙈 Gue juga ngga ngerti, yang gue tau saat menyiapkan pernikahan termasuk menghitung budget resepsi, gue dan mas Bebi dalam perasaan bahagia, kami berdua dalam perasaan mau membahagiakan orangtua kami.
Apalagi ketika Mas Bebi ngomong kalo Mamanya udah mulai membuat daftar list tamu-tamunya, kok ya rasanya kami berdua ikhlas “membobol hasil gajian kami tiap bulan” untuk resepsi hanya untuk sebuah kalimat Bikin Ortu Bahagia.
Gue sama Mas Bebi sepakat untuk mengadakan resepsi ngga usah mewah-mewah amet, ngga perlu pake vendor nomer wahid tapi yang penting ngga jelek-jelek amet dan asal-asalan.
Ketika gue pelan-pelan ngomong sama ortu gue soal niatan kami mengadakan resepsi di gedung bukan di rumah, antara deg-deg an gitu sih ngerinya ortu gue kekeuh mau dirumah sedangkan gue ngga mau dirumah karena mikirin parkiran tamu, tenaga orang rumah yang kudu beres-beres sebelum dan sesudah resepsi.
Gue kok maunya emak bapak gue abis resepsi tuh enak, tinggal kipas-kipas aja sambil kutangan, bukan malah sibuk gotong-gotong kursi tamu atau nyapu karena halaman rumah banyak sampah tisu dan potongan kulit jeruk *buah standar orang kawinan di rumah adalah jeruk hahaha.
Alhamdulillah Emak Bapak gue setuju soal pengadaan resepsi di gedung.
Walau tabungan gue sama Mas Bebi ngga banyak-banyak amet tapi insyaAllah mencukupi untuk resepsi sederhana.
Makanya ketika temen gue bilang nikah di gedung itu gengsi, sah aja gue merasa ngga setuju. Karena kami ngga mengutamakan gengsi.
Baca juga : 9 Sebab Kenapa Berjima' Harus Sering Dilakukan Suami Istri di Waktu ini
Kami lebih memikirkan kepraktisan aja untuk keluarga. Kan bisa nikah tetep sederhana ngga mesti di gedung, iya bisa kok.
Gue juga ngga bilang gue ngga bisa nikahan sederhana. Tapi seperti yang tadi gue katakan menikahnya kami itu seperti ajang reuni keluarga dan sahabat orang tua kami, dengan kata lain resepsi itu bukan cuma milik gue dan Mas Bebi aja.
Tapi juga milik kedua orang tua kami. Ngga mungkin kami cuma mengundang circle terbatas misal teman-teman kami aja gitu.
Ngga tega, apalagi kondisi ortu yang sudah tua, boro-boro bisa ngopi-ngopi cantik di mall sama temen sejawatnya seperti yang anak muda lakukan.
Gue juga ngga mau ngadain di rumah karena ngga mau bikin ortu gue cape, ngga mau nyusahin orang yang mau lewat di jalanan depan rumah gue gue kan pihak cewe kalo resepsi dirumah biasanya mempelai perempuan yang ngadain.
Alhamdulillah, proses gue sama mas Bebi menuju halal ini sedang dalam kondisi tidak memaksakan diri.
Kami ngga maksa harus mewah, karena tabungan kami ya sisa segitunya sih hehehe setelah sebelum kami menemukan satu sama lain banyak membuang uang (terutama gue, eh tapi gue pake buat jalan-jalan deh), mas Bebi juga alhamdulillah buang uangnya pun ke hal yang amat sangat bermanfaat yaitu bikin rumah (sekarang pun masih proses), jadi setelah kami bertemu dan memutuskan “Yaudah kita nikah yuk!” Gue dan Mas Bebi dalam kondisi “puas” gue udah puas jalan-jalan (masih tetep pengen jalan-jalan sih), Mas Bebi juga udah punya kendaraan dan rumah tinggal makanya kami putuskan tetep mengadakan resepsi di gedung.
Jadi menurut gue ketika melihat orang lain pesta menikah sekian puluh bahkan ratusan juta ya gue ngga berhak nyinyir atau mengatakan bahwa itu karena gengsi.
Kembali lagi pada kemampuan masing-masing. Bagi gue gengsi itu kalau bersifat memaksa.
Misalnya lo mau nikahan resepsi tapi kudu ngutang di Bank dengan ambil KTA, atau lo nikahan resepsi dengan harapan lo dapet untung dan bisa balik modal, itu baru ngga bener pake banget, atau bisa juga berani resepsi ratusan juta tapi belum punya tempat untuk berteduh dan masih ngarepin rumah mertua atau tinggal di kontrakan, ada juga yang mau nikah tapi nyusahin ortu untuk biaya resepsi pernikahan sehingga ortu kudu jual tanah dan sawah dulu, nah baru deh menurut gue itu adalah hal yang bersifat memaksa.
Gue salut banget sama temen-temen yang menikah dengan sederhana, bisa ngundang cukup puluhan orang atau keluarga inti aja bahkan panutan gue kayak Ka Noni dan Ka Tasha yang menikah sederhana tapi ending bahagia.
Tapi gue juga ngga mau nyinyirin orang-orang yang menikah dengan mewah, ya kali aja mereka begitu karena emang mampu dan udah ngga ada tanggungan lagi (maksudnya udah punya semuanya).
Tapi kalo alasan gue dan Mas Bebi pribadi, menikah dengan resepsi di gedung bukan untuk mewah-mewahan atau gengsi-gensian *apaa lah kita juga cuma level staff kok, mau apa-apa kudu nabung dulu.
Kami menikah untuk berbagi bahagia dan membahagiakan orang tua, insyaAllah ngga mau nyusahin kedua orang tua kami juga baik dari tenaga maupun dana.
Kalo nurutin ego sih gue sama Mas Bebi juga maunya dana duit resepsi lebih baik untuk isi rumah full IKEA *bwahahahaa, tapi balik ke niat bikin ortu bahagia, toh kalo kata mas Bebi untuk rumah ada rejekinya lagi kok.
Terus kalo kata Emak gue “Nanti pas resepsi ikhlasin semua uang yang kalian keluarkan, jangan sekali-sekali ngarepin uang balik modal dari angpao tamu. Inget namanya pesta itu berbagi kebahagiaan, habis banyak itu wajar“. Kalo udah begini rasanya cukup satu kata Bismillahirahmanirrahim. Semoga Allah memudahkan kami berdua.
So..perkara menikah murah dan mahal itu relatif. Selama kalian mampu dengan biaya sendiri dan setelah resepsi ngga ada beban hutang atau ngga tinggal di petakan silakan adakan mau mewvaaaah atau sederhana kembali pada prinsip hidup kalian.
Toh babak pernikahan itu ya setelah resepsi, jangan shock kalo liat pasangan kalian tidurnya mangap padahal kesehariannya cakep kayak dian sastro atau nicholas saputra, jangan kaget kalo ternyata pasangan kalian hobi kentut ga tau tempat padahal kalian lagi makan berdua, ahh intinya jangan kaget lah kalo setelah menikah nanti.
Terima pasangan kalian apa adanya seperti kalian pertama kali melihatnya.
Jangan sampai abis resepsi udah kaget sama sifat asli pasangan, duit boncos, tagihan numpuk. Amit-amit.
Mending nikah SAH di KUA atau catatan sipil aja abis itu makan nasi kotak sederhana daripada maksain resepsi tapi hasil ngutang atau gadaiin barang.
Akhir kata buat para calon pengantin.
Semangaaaat.
"Hai semuanyaa, ya ampun gue dilanda males parah buat nulis. Jari-jari gue kadang suka typho gitu lah terus kebetulan gue lagi hobi nonton iflix makanya jarang waktu luang dipake buat nulis.
Setelah gue semedi sekian hari mau nulis topik apaan akhirnya ketemu juga topik yang “semoga menarik” untuk dibaca dan dibahas.
Baca juga : Buat Semua Istri, ini Keutamaan Buru Buru Mandi Bila Haid Sudah Selesai
Masih yee ngga jauh lah bahas nikahan (lagiiiii). Nggak kok, gue ngga bahas kegalauan gue soal cari jodoh kayak tahun lalu.
Pernah liat meme “Nikahan di gedung, tinggalnya di kontrakan” pernah kaaaan?. Gue dulu dibarisan nyinyir yang merasa orang yang nikahan di gedung itu buang duit, sok kaya, bla bla blaa *maaafkan dosaku dahuluuu.
Tapi semakin kesini gue malah merasa perlu juga kok pengadaan gedung untuk resepsi nikahan.
Karena apa?? Karena gue pernah tersiksa mau pulang kudu muter nyari jalan gara-gara jalanan umum ditutup sama panggung dangdutan kawinan.
Sampai gue ngga sadar ngomel-ngomel gitu “Amit-amiiit jangan sampe gue kawin nyusahin banyak orang” hahahaha.
Aslikk kesel banget loh ketika lo abis pulang pacaran terus lewat jalan yang tau-tau zooooonkkk “maaf jalanan anda terganggu karena ada panggung” atau udah jalan sekian meter tau-tau jalanan terhalang dengan biduanita berstoking jaring-jaring lagi nyanyi dangdut di depan pengantin.
Dan ngga ada papan pengumuman gitu *papan pengumuman dipasang 3 meter dekat panggung, yaaaelaaah.
Oke kembali ke topik Menikah Murah vs Mahal sebenarnya ya emang bener nikah itu murah, yang mahal cateringannya cuuyyyy. Tapi ada temen gue bilang yang bikin mahal gengsi.
Masa sih?? Mari kita urai dan bahas disini. Gue merasa ngga setuju dengan pendapat temen gue bahwa menikah itu ajang gengsi.
Jujur, gue juga maunya nikah sederhana yaitu ijab kabul, salam-salaman terus makan-makan abis itu tamu pulang dan gue bisa indehoy sama mas Bebi di kamar.
Tapi kan..tapiiiihh karena budaya indonesia yang erat banget kekeluargaannya menikah itu ya jadi ajang silaturahmi antar keluarga besar, rekan-rekan ortu juga.
Jadi ngga cuma rekan kedua mempelai doang. Alhasil budget biaya catering undangan membengkak dan pengantin pasrah salaman sama tamu-tamu yang cuma ortu mereka aja yang tau itu siapa entah itu teman SMA, teman SMP, rekan kerja ortu, temen bisnis dll.
Maka ketika sebagian orang rela menghabiskan dana ratusan juta buat biaya resepsi, sebagian lain pun “nyinyir” melihat hal itu tanpa mengetahui kenapa mereka kudu pesta gede-gedean.
Sekarang gue pun paham kenapa mereka rela membobol tabungan sekian tahun hanya untuk pesta sekian jam. Gue dulu sakit perut sama nyut-nyutan kalo nanya sama temen soal biaya resepsi mereka, suka deg-degan “Gile lu ndroo, sekian ratus juta buat kawinan doang“.
Tapi ketika gue berada di posisi mereka saat ini, perasaan “gile lu ndro” itu kok ngga ada? Kemanah nih? Udah kebanyakan duit kah?? *kagak kok, gue masih ngirit duit 🙈 Gue juga ngga ngerti, yang gue tau saat menyiapkan pernikahan termasuk menghitung budget resepsi, gue dan mas Bebi dalam perasaan bahagia, kami berdua dalam perasaan mau membahagiakan orangtua kami.
Apalagi ketika Mas Bebi ngomong kalo Mamanya udah mulai membuat daftar list tamu-tamunya, kok ya rasanya kami berdua ikhlas “membobol hasil gajian kami tiap bulan” untuk resepsi hanya untuk sebuah kalimat Bikin Ortu Bahagia.
Gue sama Mas Bebi sepakat untuk mengadakan resepsi ngga usah mewah-mewah amet, ngga perlu pake vendor nomer wahid tapi yang penting ngga jelek-jelek amet dan asal-asalan.
Ketika gue pelan-pelan ngomong sama ortu gue soal niatan kami mengadakan resepsi di gedung bukan di rumah, antara deg-deg an gitu sih ngerinya ortu gue kekeuh mau dirumah sedangkan gue ngga mau dirumah karena mikirin parkiran tamu, tenaga orang rumah yang kudu beres-beres sebelum dan sesudah resepsi.
Gue kok maunya emak bapak gue abis resepsi tuh enak, tinggal kipas-kipas aja sambil kutangan, bukan malah sibuk gotong-gotong kursi tamu atau nyapu karena halaman rumah banyak sampah tisu dan potongan kulit jeruk *buah standar orang kawinan di rumah adalah jeruk hahaha.
Alhamdulillah Emak Bapak gue setuju soal pengadaan resepsi di gedung.
Walau tabungan gue sama Mas Bebi ngga banyak-banyak amet tapi insyaAllah mencukupi untuk resepsi sederhana.
Makanya ketika temen gue bilang nikah di gedung itu gengsi, sah aja gue merasa ngga setuju. Karena kami ngga mengutamakan gengsi.
Baca juga : 9 Sebab Kenapa Berjima' Harus Sering Dilakukan Suami Istri di Waktu ini
Kami lebih memikirkan kepraktisan aja untuk keluarga. Kan bisa nikah tetep sederhana ngga mesti di gedung, iya bisa kok.
Gue juga ngga bilang gue ngga bisa nikahan sederhana. Tapi seperti yang tadi gue katakan menikahnya kami itu seperti ajang reuni keluarga dan sahabat orang tua kami, dengan kata lain resepsi itu bukan cuma milik gue dan Mas Bebi aja.
Tapi juga milik kedua orang tua kami. Ngga mungkin kami cuma mengundang circle terbatas misal teman-teman kami aja gitu.
Ngga tega, apalagi kondisi ortu yang sudah tua, boro-boro bisa ngopi-ngopi cantik di mall sama temen sejawatnya seperti yang anak muda lakukan.
Gue juga ngga mau ngadain di rumah karena ngga mau bikin ortu gue cape, ngga mau nyusahin orang yang mau lewat di jalanan depan rumah gue gue kan pihak cewe kalo resepsi dirumah biasanya mempelai perempuan yang ngadain.
Alhamdulillah, proses gue sama mas Bebi menuju halal ini sedang dalam kondisi tidak memaksakan diri.
Kami ngga maksa harus mewah, karena tabungan kami ya sisa segitunya sih hehehe setelah sebelum kami menemukan satu sama lain banyak membuang uang (terutama gue, eh tapi gue pake buat jalan-jalan deh), mas Bebi juga alhamdulillah buang uangnya pun ke hal yang amat sangat bermanfaat yaitu bikin rumah (sekarang pun masih proses), jadi setelah kami bertemu dan memutuskan “Yaudah kita nikah yuk!” Gue dan Mas Bebi dalam kondisi “puas” gue udah puas jalan-jalan (masih tetep pengen jalan-jalan sih), Mas Bebi juga udah punya kendaraan dan rumah tinggal makanya kami putuskan tetep mengadakan resepsi di gedung.
Jadi menurut gue ketika melihat orang lain pesta menikah sekian puluh bahkan ratusan juta ya gue ngga berhak nyinyir atau mengatakan bahwa itu karena gengsi.
Kembali lagi pada kemampuan masing-masing. Bagi gue gengsi itu kalau bersifat memaksa.
Misalnya lo mau nikahan resepsi tapi kudu ngutang di Bank dengan ambil KTA, atau lo nikahan resepsi dengan harapan lo dapet untung dan bisa balik modal, itu baru ngga bener pake banget, atau bisa juga berani resepsi ratusan juta tapi belum punya tempat untuk berteduh dan masih ngarepin rumah mertua atau tinggal di kontrakan, ada juga yang mau nikah tapi nyusahin ortu untuk biaya resepsi pernikahan sehingga ortu kudu jual tanah dan sawah dulu, nah baru deh menurut gue itu adalah hal yang bersifat memaksa.
Gue salut banget sama temen-temen yang menikah dengan sederhana, bisa ngundang cukup puluhan orang atau keluarga inti aja bahkan panutan gue kayak Ka Noni dan Ka Tasha yang menikah sederhana tapi ending bahagia.
Tapi gue juga ngga mau nyinyirin orang-orang yang menikah dengan mewah, ya kali aja mereka begitu karena emang mampu dan udah ngga ada tanggungan lagi (maksudnya udah punya semuanya).
Tapi kalo alasan gue dan Mas Bebi pribadi, menikah dengan resepsi di gedung bukan untuk mewah-mewahan atau gengsi-gensian *apaa lah kita juga cuma level staff kok, mau apa-apa kudu nabung dulu.
Kami menikah untuk berbagi bahagia dan membahagiakan orang tua, insyaAllah ngga mau nyusahin kedua orang tua kami juga baik dari tenaga maupun dana.
Kalo nurutin ego sih gue sama Mas Bebi juga maunya dana duit resepsi lebih baik untuk isi rumah full IKEA *bwahahahaa, tapi balik ke niat bikin ortu bahagia, toh kalo kata mas Bebi untuk rumah ada rejekinya lagi kok.
Terus kalo kata Emak gue “Nanti pas resepsi ikhlasin semua uang yang kalian keluarkan, jangan sekali-sekali ngarepin uang balik modal dari angpao tamu. Inget namanya pesta itu berbagi kebahagiaan, habis banyak itu wajar“. Kalo udah begini rasanya cukup satu kata Bismillahirahmanirrahim. Semoga Allah memudahkan kami berdua.
So..perkara menikah murah dan mahal itu relatif. Selama kalian mampu dengan biaya sendiri dan setelah resepsi ngga ada beban hutang atau ngga tinggal di petakan silakan adakan mau mewvaaaah atau sederhana kembali pada prinsip hidup kalian.
Toh babak pernikahan itu ya setelah resepsi, jangan shock kalo liat pasangan kalian tidurnya mangap padahal kesehariannya cakep kayak dian sastro atau nicholas saputra, jangan kaget kalo ternyata pasangan kalian hobi kentut ga tau tempat padahal kalian lagi makan berdua, ahh intinya jangan kaget lah kalo setelah menikah nanti.
Terima pasangan kalian apa adanya seperti kalian pertama kali melihatnya.
Jangan sampai abis resepsi udah kaget sama sifat asli pasangan, duit boncos, tagihan numpuk. Amit-amit.
Mending nikah SAH di KUA atau catatan sipil aja abis itu makan nasi kotak sederhana daripada maksain resepsi tapi hasil ngutang atau gadaiin barang.
Akhir kata buat para calon pengantin.
Semangaaaat.