Kisah Al Kindi, Sosok Ilmuan Muslim Pertama yang Sangat Jenius
Penulis Nadiah Ratna | Ditayangkan 28 Aug 2018al kindi via penapembaharu.com
Mungkin Thomas Alfa Edison atau Albert Enstein namanya tersohor karena kita mengenal itu sejak SD.
Namun tahukah Anda Al Kindi? Al Kindi dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam.
Beliau sangat jenius, dan ilmu-ilmunya semua bersumber dari Al Qur'an
Ilmuwan muslim yang satu ini adalah seorang filsuf pertama dari kalangan Islam.
Ia salah seorang pembesar filsafat sekaligus ahli dalam bidang kedokteran dan astronomi.
Pemikirannya sangat berpengaruh bagi peradaban manusia saat itu.
Kemahirannya dalam berbahasa asing seperti Yunani, membuatnya menjadi seorang penerjemah buku-buku filsafat dari Barat.
Nama lengkapnya Abu Yusuf bin Ishaq bin Ash Shabah bin Imran bin Asy’ats bin Qais Al-Kindi.
Nasabnya sampai pada Qathan berdarah Arab asli.
Secara etnis, Al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan.
Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Baca Juga : Kisah Para Nabi dan Rasul Beserta Mukjizatnya
Al-Kindi, Filsuf Muslim Pertama yang Kejeniusannya Memukau Dunia
ilustrasi al kindi via republika.co.id
Mengenal dan mengetahui kisah hidup orang-orang besar sepintas seperti tak ada gunanya.
Tapi kalau kita gali lebih dalam, ada banyak dampak positif yang bisa kita ambil dari mendalami kisah orang-orang besar dan ternama.
Salah satunya adalah untuk mendapatkan cambukan motivasi agar kita pun bisa mengikuti jejaknya untuk jadi orang besar yang namanya tetap akan diingat dan dikenang karena banyaknya karya dan kontribusi yangs sudah diberikan pada dunia.
Namanya Abu Yusuf Ya’qub Al-Kindi. Al-Kindi, begitu namanya lebih akrab dikenal dunia merupakan seorang
pembesar filsafat. Tak hanya itu, ia juga merupakan seorang ilmuwan besar muslim di bidang kedokteran.
Bahkan ia juga merupakan pemilik salah satu pemikiran terbesar yang sudah dikenal sepanjang peradaban manusia.
1. Al-Kindi sudah yatim sejak kecil
Al-Kindi menghabiskan masa kanak-kanaknya di Kufah. Saat masih kecil, ayah Al-Kindi wafat.
Meskipun ia seorang anak yatim, ia tak begitu saja putus asa atau menyerah dalam menuntut ilmu.
Berbagai macam ilmu ia kuasai selama di Kufah, Basrah, dan Baghdad.
Tak hanya ilmu-ilmu agama saja, ia juga mempelajari sejumlah ilmu lain.
Sebut saja filsafat, logika, matematika, astronomi, fisika, kimia, geografi, kedokteran, teknik mesin, dan juga musik.
Wah, benar-benar beragam sekali ya bidang ilmu yang ia pelajari.
Selain itu, di bidang penguasaan bahasa asing, Al-Kindi bisa menguasai bahasa, yaitu bahasa Yunani dan Suryani.
Tapi ada yang menyebutkan kalau ia juga menguasai bahasa asing lainnya.
Menguasai sejumlah bahasa asing, Al-Kindi sangat terbantu dalam mempelajari banyak bidang ilmu. Sosoknya pun menjadi sangat menonjol.
Tak heran jika Khalifah Al-Ma’mun kemudian mengangkatnya sebagai penerjemah buku-buku asing yang dianggap penting pada masa tersebut.
2. Kejeniusan Al-Kindi sempat jadi sumber kedengkian orang-orang di sekitarnya
Melihat seseorang yang begitu cerdas dan genius, kita sendiri mungkin akan merasa sedikit iri, berharap kita juga bisa memiliki kejeniusan yang sama.
Tapi tiap orang pastinya lahir dengan keistemewaan dan anugerah yang berbeda-beda.
Dan hal inilah yang tampaknya tak bisa diterima begitu saja oleh sejumlah orang di sekitar Al-Kindi.
Al-Kindi hampir saja dipenjara, dicambuk, bahkan diboikot oleh orang-orang yang merasa dengki pada kejeniusan Al-Kindi.
Sampai-sampai ada yang menyebut Al-Kindi orang pelit dan menjelek-jelekkan perilakunya.
Sebagai salah satu sosok yang bersinar dengan kemampuannya menguasai berbagai bidang ilmu, pastilah ada saja orang yang merasa iri atau tak terima dengan kelebihan yang dimiliki Al-Kindi.
3. Al-Kindi Punya Keistimewaan dalam Berpikir
ilustrasi al kindi via ebookanak.com
Pemikiran ilmiah Al-Kindi memiliki keistimewaannya sendiri.
Ia termasuk salah satu golongan ilmuwan pertama yang memegang pedoman pada metode eksperimen sebagai cara untuk menyimpulkan hakikat ilmiah.
Ilmuwan Belanda, De Bour bahkan sudah mengakui hal ini.
Selain itu, Al-Kindi juga mengakui pentingnya peranan ilmu matematika dalam membangun serta melatihnya untuk bisa terus konsisten dengan kebiasaan berpikir yang benar.
“Filsafat tidak dapat diperoleh kecuali dengan menguasai ilmu matematika,” begitu katanya.
Siapa sangka ya ternyata ilmu matematika juga punya peranan besar dalam filsafat.
Hakikat teori ilmiah dan pemikiran, menurut Al-Kindi, tidak akan bisa benar sebelum melalui proses pematangan yang lama.
“Kebenaran yang sempurna tidak akan didapat oleh seseorang, karena ia akan sempurna secara bertahap dengan disempurnakan oleh para generasi pemikir,” ungkap Al-Kindi.
Sebagai seorang pemerhati astronomi, ia tak bisa menerima perkataan paranormal atau ramalan tak berdasar tentang pergerakan benda-benda di langit.
Di sisi lain, perhatiannya pada bidang kimia terbatas pada manfaatnya secara ilmiah, yaitu tak lain dalam bidang industri dan pengobatan.
Sebagai contoh, dirinya menolak pemanfaatannya sebagai cara untuk mengubah logam yang murah jadi emas karena menurutnya pekerjaan itu membuang waktu ilmuwan pada hal yang tak mendatangkan banyak manfaat.
4. Karangan Al-Kindi sudah mencapai ratusan tapi kebanyakan hilang
Dalam bukunya, Tarikh Al-Ilm wa Daur Al-Arab fi Taqaddumihi, Dr. Abdul Halim mengatakan kalau buku karangan Al-Kindi sudah lebih dari 230 buku.
Namun, yang sangat disayangkan, kebanyakan dari buku-buku tersebut hilang.
Sudah ada banyak karya yang ia buat di berbagai bidang ilmu. Hanya saja tak semuanya bisa sampai ke tangan kita kecuali judul-judulnya saja.
Sebagai seorang dokter terkemuka, Al-Kindi sudah menulis 22 buku di bidang kedokteran dan telah memisah-misahkan spesialisasi dalm bidang kedokteran yang terbilang penting.
Ia juga telah mendahului penggunaan musik sebagai salah satu alat untuk mengobati sejumlah penyakit.
Ya, di bidang musik sendiri Al-Kindi sudah membuat tujuh karya tulis yang berisi tentang berbagai macam jenis alat musik, macam-macam biola, neraca musik, dan hubungan antara musik dan puisi.
Salah satu bukunya yang paling fenomenal adalah Risalah Tartib An-Nagham yang berisi tinggi rendahnya melodi biola.
Karya ini bahkan sudah ada jauh sebelum bangsa Eropa membuat penemuan yang sama.
Salah satu kontribusinya di bidang ilmu alam dan fisika adalah tesisnya tentang warna biru langit.
Ia menjelaskan bahwa warna biru bukanlah warna langit itu sendiri, akan tetapi merupakan warna dari pantulan cahaya lain yang asalnya dari penguapan air serta butir-butir debu yang bergantung di udara.
5. Kecerdasan dan kejeniusannya membuat namanya abadi
Sebagai seorang genius dan telah menghasilkan ratusan karya, jelas namanya akan terus abadi meskipun sudah wafat.
Cara De Vaux, seorang orientalis Perancis mengutarakan, “ Al-Kindi merupakan salah satu dari dua belas ilmuwan terkemuka di dunia.”
Sementara itu, Roger Bacon, seorang pendeta juga ilmuwan Inggris memberikan kesannya sendiri.
“ Al-Kindi dan Al-Hasan bin Al-Haitsam berada di barisan pertama bersama Ptolemaeus,” ungkapnya.
Teori Al-Kindi dalam bidang teknik yang didasarkan pada rumus-rumus matematika Yunani sangat mempengaruhi Roger Bacon.
Nama seseorang memang akan abadi jika selama hidupnya ia membuat berbagai karya dan penemuan yang bermanfaat bagi orang banyak.
Baca Juga : Hikmah Kalahnya Kekuatan Ghaib Jahat dari Kisah Para Wali Songo
Demikian kisah tentang al Kindi yang bisa kami bagikan. Aambil hikmahnya serta teladani perilaku baiknya.
Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan maupun kekurangan.