Bagaimana Cara Agar Kita Semakin Mencintai Allah?
Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 29 Dec 2018Gambar dilansir dari Share Channel TV
Kenikmatan dunia, kadang malam membuat orang terlena.
Bukan semakin mendekat pada Allah, malah justru menjauh karena kenikmatan sesaat.
Padahal, ketika penduduk dunia meninggalkan dunia, mereka belum merasakan sesuatu yang paling nikmat di sana.
Bagaimana membangun perasaan agar semakin mencintai Allah? Terlebih dengan adanya kenikmatan dunia yang demikian banyak?
Ada sebuah pepatah yang mengajarkan kepada kita kata kunci dari cinta.. ‘Tak kenal maka tak sayang’.
Artinya, kecintaan dan kebencian seseorang, sebanding dengan pengetahuan seseorang pada objek tertentu.
Semua yang ada di sekitar kita, pasti memiliki potensi baik dan buruk.
Ada yang dominan baiknya, ada yang dominan buruknya. Ada yang isinya hanya kebaikan, dan ada yang isinya hanya keburukan.
Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia pilihan yang isinya hanya kebaikan.
Semakin lengkap pengetahuan seorang mukmin tentang beliau, akan berpengaruh dengan semakin besarnya kecintaan mereka kepada beliau. Ketika ada orang yang membenci Nabi ﷺ, bukti dia tidak kenal siapa Nabiﷺ.
Iblis adalah makhluk yang isinya hanya keburukan.
Semakin lengkap pengetahuan seorang mukmin tentang Iblis, akan berpengaruh dengan semakin besarnya kebencian mereka kepadanya.
Karena itu, ketika ada orang yang mengagungkan Iblis, bukti bahwa dia tidak mengenal Iblis.
Sebagaimana ini berlaku antara makhluk dengan makhluk, ini juga berlaku antara makhluk dengan Allah.
Allah Dzat yang Maha-Baik, Maha Sempurna semua nama dan sifat-Nya. Maha Suci dari semua kekurangan.
Semakin sempurna pengetahuan seseorang tentang Allah, semakin besar pula kecintaan mereka kepada-Nya.
Karena itulah, ilmu tentang Allah merupakan ilmu yang paling tinggi derajatnya. Setidaknya ada 2 alasan:
[1] Ilmu tentang Allah membuahkan kecintaan kepada Dzat Yang Menciptakan makhluk.
[2] Ilmu tentang Allah berarti membahas tentang Allah. dan nilai kemuliaan ilmu, berbanding dengan objek yang dibahas.
Ibnul Qayyim mengatakan,
شرف العلم تابع لشرف معلومه … ولا ريب ان اجل معلوم وأعظمه واكبره فهو الله الذي لا إله إلا هو رب العالمين وقيوم السموات والارضين الملك الحق المبين الموصوف بالكمال كله المنزه عن كل عيب ونقص وعن كل تمثيل وتشبيه في كماله ولا ريب ان العلم به وباسمائه وصفاته وافعاله اجل العلوم وافضلها…
"Kemuliaan ilmu mengikuti kemuliaan yang dipelajari… kita sangat yakin, bahwa objek ilmu yang paling mulia dan paling agung adalah tentang Allah.. Dzat yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia.
Rab semesta alam, Yang mengatur langit dan bumi, Sang Raja, Yang Maha Benar, Yang sempurna dalam menjelaskan (al-Mubin), Yang sempurna semua sifat-Nya, Maha Suci dari semua aib dan kekurangan, Maha Suci dari semua bentuk penyerupaan terhadap makhluk. Kita sangat yakin, ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan semua perbuatan-Nya adalah ilmu yang paling agung dan mulia." (Miftah Dar as-Sa’adah, 1/86).
Dilansir dari konsultasisyariah.com, ketika seseorang mengenal kebaikan Allah baginya dan bagi semua makhluk-Nya, maka akan timbul rasa cinta dan ketergantungan hati kepada-Nya.
Karena makhluk ini lemah, dan mereka butuh kasih sayang dan perlindungan dari Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ibnul Qayyim menjelaskan,
والمحبة والشوق تابع لمعرفته والعلم به فكلما كان العلم به اتم كانت محبته أكمل… فمن كان يؤمن بالله واسمائه وصفاته ودينه أعرف كان له أحب وكانت لذته بالوصول اليه مجاورته والنظر الي وجهه وسماع كلامه أتم
"Rasa cinta dan rindu kepada Allah itu mengikuti pengetahuan seseorang dan kadar ilmunya tentang Allah. Ketika pengetahuan seseorang tentang Allah semakin sempurna, maka kecintaannya kepada Allah akan semakin sempurna… karena itu, siapa yang beriman kepada Allah, nama-nama-Nya, semua sifat-Nya, ajaran agama-Nya, maka dia akan semakin mencintai Allah. dan akan semakin sempurna kemampuan dia untuk bisa menikmati lezatnya berhubungan dengan Allah, melihat wajah-Nya (ketika di surga), serta mendengarkan kalamnya." (al-Fawaid, hlm. 53).
Malik bin Dinar – seorang ulama tabi’in – mengatakan,
خرج أهل الدنيا من الدنيا ولم يذوقوا أطيب شيء فيها، قيل: ما هو؟ قال: معرفة الله تعالى
Ketika penduduk dunia meninggalkan dunia, mereka belum merasakan sesuatu yang paling nikmat di sana.
Ada yang bertanya, “Apa itu?” Jawab beliau, “ Makrifatullah (menganal Allah) Ta’ala.” (HR. Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, 2/358).
Dan upaya mengenal Allah bisa kita lakukan dengan mempelajari ilmu tauhid, baik tauhid rububiyah, uluhiyah, maupun asma’ wa shifat.
Demikian, Allahu a’lam.