Kebanyakan orang tua memilih jalur "Omelan" sebagai tanda peringatan dan pembelajaran kepada anak-anak mereka. Namuna apakah Anda menyadari apa yang sebenarnya anak Anda rasakan ketika Anda melontarkan beberapa kata yang notaben mengandung unsur bentakan kepada anak Anda?
Hal tersebut yang harusnya Anda sadari sebagai orang tua ketika memilih cara untuk mendidik anak, jika itu sudah benar maka tidak masalah, namun jika salah didikan bisa-bisa akan berakibat buruk pada anak Anda. Nah berikut ini adalah beberapa hal yang sebenarnya dirasakan anak Anda ketika Anda mengomeli mereka.
"Anak lelaki jangan suka menangis!"
Teguran seperti ini membuat putra Anda menahan diri setiap akan menangis karena dia merasa menangis itu hanya untuk anak perempuan. Dia tidak mau terlihat lemah sehingga memendam emosinya supaya tampak tegar. Sikap yang "jantan" ini dapat menimbulkan pengaruh kejiwaan yang buruk. Seseorang yang tidak dapat mengeluarkan emosinya akan merasa tertekan dan stres. Tidak ada salahnya seorang lelaki menangis karena hal itu membuatnya lebih manusiawi.
"Jangan suka cerewet!"
"Mama tidak suka aku memberikan pendapat, dia terganggu dengan omonganku" pikir anak Anda. Ada kemungkinan anak Anda sejak itu tidak banyak berbicara karena merasa pandangannya tidak mendapat sambutan yang baik. Padahal karena masih kecil dia merasa senang dapat berbicara dengan lancar.
JANGAN LEWATKAN : 5 Buah ini Mampu Meredakan Demam Tinggi Pada Badan"Makan melulu!"
Bagaimana perasaan Anda jika dia tidak doyan makan ketika sedang sakit? Selagi sehat Anda menegurnya, padahal anak-anak yang sedang berkembang itu tentu saja membutuhkan makanan bagi pertumbuhan badan dan mentalnya. Memang makan terlalu banyak juga tidak sehat tetapi hendaknya teguran Anda diganti dengan nasihat supaya dia sadar akan kesehatan.
"Kalau ke mal jangan merengek minta ini itu!"
"Tapi mama sendiri belanja banyak sampai 7 kantong kertas bergantungan di tangan mama." Anak yang penurut hanya akan berpikir tentang ini, sedangkan anak yang bandel akan melontarkan bantahannya. Jika Anda sendiri menganggap belanja adalah suatu terapi, Anda tidak pantas memikirkan diri sendiri saja. Apa salahnya Anda membelikan sesuatu yang disukai anak Anda?
"Jangan malas belajar, mau jadi seperti bapakmu itu!"
Berarti dalam pandangan ibunya, sang ayah kurang penting. Mau tidak mau hal ini memengaruhi pandangan si anak terhadap ayahnya. Jika anak-anak lain menganggap ayahnya adalah pahlawan, anak yang mendapat teguran seperti itu akan menganggap ayahnya pahlawan bakiak.
"Pulang sekolah keluyuran melulu!"
Padahal anak Anda mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Dia juga sudah memberi tahu Anda tentang hal itu, Anda saja lupa itu harinya. Pikir anak Anda "Mama sedang stres karena berantem sama papa tadi pagi, aku jadi sasaran" Anak Anda akan menjauh dari Anda dan memilih untuk lebih dekat dengan teman-temannya.
"Siapa yang mau dengan pemuda pemalas seperti kamu?"
Perkataan ini sungguh membuat remaja Anda rendah diri. Bukan maksudnya untuk tidak bekerja, tetapi mencari pekerjaan tidaklah mudah di zaman yang banyak saingan ini. Jika Anda ingin memberinya dorongan, cara Anda sungguh salah. Seharusnya Anda memberi semangat sehingga dia akan lebih percaya diri ketika melamar pekerjaan.
Sebagai orangtua hendaknya Anda mencari jalan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak Anda. Karena itu pilihlah kata-kata yang akan Anda ucapkan kepada mereka. Jangan karena terbawa emosi Anda menegurnya sesuka hati, seperti pada kata-kata yang kurang patut diatas.