Pernahkah anak anda menumpahkan air di karpet atau memecahkan gelas di rumah? Situasi seperti ini pasti pernah terjadi dan sangat wajar sekali apabila terjadi di rumah dan ternyata anak anda yang melakukannya. Tetapi seringkali yang tidak wajar adalah bagaimana cara orangtua memberikan konsekuensinya.
Dengan alasan memberikan pelajaran tentang disiplin, seringkali bukan pemahaman disiplin yang diterima anak, tetapi perasaan dendam dan amarah terhadap orangtuanya. Ini seperti anda berkata I Love You tetapi dikatakan dengan cara membentak, teriak, dan muka yang marah. Apakah dengan itu anak anda akan menangkap pesan bahwa dia dicintai?
Mari kita pahami langkah dalam memberikan konsekuensi yang tepat, ini bukan hanya untuk anak yang kecil saja, tetapi bisa untuk remaja dan dewasa. Yang kami berikan adalah prinsip. Prinsip yang sehat dan tetap menjaga harga diri anak, serta tidak akan meninggalkan luka di batin anak.
1. Fokus Pada Permasalahan
Untuk kasus karpet yang terkena air, maka konsekuensi yang tepat adalah membersihkannya hingga kering, dan waktu disepakati untuk mengerjakannya. Waktu perlu disepakati, karena hal ini bisa digunakan anak untuk menghindari kewajibannya, misalnya untuk menghindari les dan lebih memilih membersihkan karpet. Gunakan waktu bermain atau waktu santai, untuk mengerjakannya.
Hindari memberikan konsekuensi yang tidak ada kaitannya, misalnya tidak boleh nonton televisi selama 2 minggu atau tidak mendapat uang jajan 3 hari. Jangan melampiaskan marah berlebih yang akibatnya hanya memperpanjang daftar konsekuensi. Saat fokus pada masalah, maka mudah bagi anak tahu dan jelas dimana kesalahannya.
2. Wajar dan Masuk Akal
Sesuaikan dengan kemampuan dan usia anak, jika usia anak masih balita akan sulit untuk membersihkan dan menjemur karpet sendirian, perlu dibantu dan diberikan contoh mengerjakannya.
Mungkin anda khawatir anak tidak jera, jika dibantu? Dengan membantu anak saat mengerjakan konsekuensi, hal ini dapat menumbuhkan kedekatan emosional dan pengertian anak terhadap orangtuanya. Ada waktu bersama, asalkan orangtua tidak mengomel terus saat mengerjakan bersama.
Anda tidak perlu mencari efek jera bagi anak, waktu yang digunakan untuk membersihkan karpet sudah membuat dia berada di luar zona nyamannya.
3. Memberikan Pengalaman Belajar
Tujuan konsekuensi memberikan pengalaman belajar dari tidak paham menjadi paham. Memang sebelum konsekuensi diberikan sebaiknya sudah ada aturan yang menjelaskan mana perilaku yang baik dan tidak baik.
Jika informasi sudah diterima tetapi tetap dilanggar mana konsekuensi bisa dijalankan. Konsekuensi hanyalah sarana untuk mempertegas bahwa perilaku seseorang ada yang salah dan harus segera diperbaiki. Bukan sarana orangtua untuk melampiaskan kemarahan.
Bukan selalu mengungkit-ungkit kesalahan yang sudah lewat, tetapi pada saat kejadian, dan saat menjalankan konsekuensi beri pengertian bahwa hal ini salah. Berikan penjelasan yang benar bagaimana melakukan yang benar (membawa gelas saat jalan). Setelah selesai konsekuensi, sebaiknya tidak dibicarakan lagi.
4. Menjaga Harga Diri Anak
Hindari membentak, memaki dan berkata kasar kepada anak, apalagi jika didepan orang lain. Hindari menceritakan kesalahan anak berulang-ulang kepada orang lain.
Kedua hal ini bisa merusak harga diri anak dan bisa fatal akibatnya.
Jika anda sudah memiliki aturan dan konsekuensi yang jelas keteraturan dan disiplin anak akan terbentuk dengan baik. Sudahkah anda memiliki aturan dirumah beserta konsekuensinya? Bingung?
Seperti dijalan raya, ada lampu merah dan tanda dilarang parkir, dilarang berhenti, dan masih banyak lagi. Anda jelas dengan aturannya bukan? Jika anda langgar ada konsekuensinya kan? Konsekuensinya jelas, tilang dan denda.
Polisi tidak perlu memaki anda, memukul anda jika anda melanggar bukan? Dan semua pengguna jalan raya paham informasi serta tanda aturan dijalan raya, jadi saat pemberian konsekuensi semua jelas.