Sebaik-baik seorang muslim pasti akan selalu menjadikan istikharah sebagai rujukan utama dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan dari pilihan yang sedang dihadapi. Lebih-lebih jika pilihan itu kaitannya dengan masalah jodo. Karena disadari betul bahwa pasangan hidup adalah sosok yang berperan penting dalam menentukan masa depan dunia dan akhirat.
Maka dari itu, dimana segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan secara berpasangan, dan dengan adanya pasangan itulah, manusia senantiasa dihadapkan pada dua pilihan untuk memilihnya. Surga atau neraka, baik atau buruk, kanan atau kiri, atas atau bawah dan berbagai pilihan lainnya.
Ulasan terkait : Sering Jadi Pertanyaan, Mengapa Muslim Harus Khitan?Karena sejatinya manusia tidak bisa memilih untuk menggenggam keduanya, harus ada pilihan yang ia ambil untuk melanjutkan. Allah SWT telah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk saat manusia dihadapkan pada keraguan saat memutuskan suatu hal. Maka Allah SWT memberikan penawarnya dengan sholat istikharah.
Istikharah sendiri adalah sholat sunnah yang dilakukan untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT saat dihadapkan pada dua pilihan atau lebih.
Rosulullah SAW bersabda,
”
Apabila salah satu dari kalian dihadapkan pada permasalahan maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat fardlu, kemudian hendaknya ia berdoa.” (HR. Bukhori)
Dan doa yang dicontohkan Nabi SAW adalah sebagai berikut:
“
Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihan Mu dengan ilmu Mu, dan meminta keputusan dengan ketentuan Mu, Aku meminta kemurahan Mu, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah yang mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara gaib. Ya Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) adalah baik bagiku saat ini dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia bagiku lalu berkatilah. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku untuk agamaku dan kehidupanku dan masa depan perkaraku, atau bagi urusanku saat ini dan di masa mendatang, maka jauhkanlah ia dariku dan tentukanlah bagiku perkara yang lebih baik darinya, apapun yang terjadi, lalu ridlailah ia untukku.” (HR. Ahmad, Bukhari).
Lalu, bagaimanakah kita mengetahui jawaban atas istikharah kita? Benarkah lewat mimpi?
Imam An-Nawawi mengatakan mimpi adalah perkara yang sangat lemah, apalah kualitas mimpi kita apalagi kita bukan manusia yang dijamin oleh Rasulullah SAW. Mimpi juga menjadi salah satu cara syetan mengganggu manusia. Berdasarkan hal itu, mimpi tidak bisa dan jangan dijadikan patokan dari Istikharah. Jadi yang bisa menjadi ukuran dari Istikharah kita adalah kemantapan serta keyakinan hati terhadap hal itu.
Ulasan terkait : Hai Suamiku, Inilah Diriku yang Selalu Engkau Bandingkan dengan Dia, Si Wanita MudaManusia adalah makhluk terbaik yang Allah ciptakan. Ia dikaruniai dengan akal serta nalar dalam bertindak dan memutuskan sesuatu. Namun, dalam beberapa hal keyakinan hatilah yang diperlukan saat memutuskan sesuatu. Karena hanya Allah swt yang mampu membolak-balikan hati seseorang, maka serahkan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda,
“
Kebaikan adalah apa yang membuat hati tenang dan mejadikan nafsu tenang, keburukan adalah apa yang membuat hati gelisah dan menimbulkan keraguan.” (HR. Ahmad).
Karena hasil dari sebuah petunjuk istikharah tentu akan bermacam-macam. Adakalanya sesuai dengan yang selama ini terpikirkan, adakalanya tidak sesuai dengan yang terlintas di dalam hati, adakalanya mungkin semua pilihan-pilihan tersebut tidak sama sekali mendapat petunjuk dan hendaknya dengan rela hati meninggalkan semua pilihan. Jika istikharah ditujukan untuk meminta ketetapan hati atas satu pilihan antara mengambilnya atau meninggalkannya, terimalah apa yang diputuskan istikharah tersebut.