Masih ingat Kanjeng Dimas nggak? Kanjeng Dimas yang waktu itu ditangkap polisi dengan kerahkan sampai 1 batalyon karena pengikutnya yang terlalu banyak.
Kanjeng Dimas, penipu kelas kakap pengganda uang yang ternyata juga otak dari pembunuhan para pengikutnya yang akan membuka kedok perihal penipuan kasus penggandaan uang yang dilakukannya.
Mungkin publik sudah tidak lama mendengar kasus tersebut, namun baru - baru ini ini jagat maya sedang heboh oleh unggahan video dari sebuah akun sosmed atas nama Condro Mowo pada Kamis, 22 Juni 2017 lalu dengan hal yang hampir serupa.
youtube.comVideo berdurasi 10 menit 12 detik itu membuat masyarakat ramai sebab menampilkan seorang pria yang memamerkan uang kertas pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu.
Tumpukan uang itu bercecer memenuhi tempat tidur dan lantai kamar. Sementara, seorang laki-laki bercelana panjang tanpa baju tidur telentang dalam video tersebut.
Berbagai pihak pun menyayangkan aksi ini, sebab di tengah banyaknya masyarakat yang masih kekurangan, sebaliknya si pria dalam video malah memamerkan uang bak sampah yang berserakan. Yang bikin heboh lagi, diduga kalau pria yang ada dalam video tersebut adalah seorang kepala desa.
Pria dalam Video Adalah Kades Sampangagung
Di bagian awal video tertulis,
“SYEH NONO Alias Bpk. Lurah Suhartono Sampangagung Kutorejo Mojokerto ORANG TERLANJUR KAYA”.
Selanjutnya video mempertontonkan seorang pria mengenakan celana panjang yang tidur di atas tumpukan uang kertas yang tersebar di tempat tidur dan lantai di sekitarnya.
Sesaat kemudian, lelaki dalam video terbangun dan mengumpulkan uang yang tercecer di tempat tidur dengan ceceran uang yang ada di lantai. Kebanyakan warga yang melihat video itu menyayangkan tindakan si pria, sebab dinilai tidak etis mengingat banyak orang terhimpit ekonomi.
Terlebih video diunggah beberapa hari sebelum hari raya.
Baca Juga: Mengenaskan, Ultah ke-21 Bukannya Jadi Momen Bahagia Gadis ini Malah dapat Kado Musibah NgeriAlasan Si Kades Membuat Video Tersebut
Sehari setelah kehebohan video membuat masyarakat resah, pihak Polsek Kutorejo langsung menggali informasi tentang Kades Suhartono ke lapangan.
Ternyata Suhartono alias Nono telah mengakui bahwa benar dirinya yang membuat video dengan uang miliaran rupiah yang berserakan. Dijelaskan AKP Putu Sandia, Nono mengaku video tersebut dibuat untuk dokumentasi yang bisa diceritakan pada anak cucu.
Kades dan setumpuk uangPada pihak kepolisian, Nono mengaku jika membuat video pada tanggal 14 Juni 2017 lalu. Uang tersebut diterima si Kades untuk membayar THR pada sekitar 300 karyawannya.
Ternyata, selain menjabat Kades Nono juga menjalankan usaha outsourching bernama PT Bintang Anugrah Kita (BAK) yang kini bekerjasama dengan PT Multi Bintang Indonesia (MBI).
Pembuatan video sengaja dilakukan setelah adanya transfer jatah THR untuk karyawan dari rekan usahanya.
Nah, sebelum uang tersebut dibagikan Nono terlebih dulu membuat video dan menguploadnya di dunia maya sebagai dokumentasi. Saat ini pihak polisi sedang mendalami perkara ini.
Kades Meminta Tukang Nasi Goreng Mengambil Video
Di balik viralnya video pamer uang Kades Sampangagung ternyata ada Mujiyanto yang berperan sebagai pengambil dan pengunggah video.
Mujiyanto yang biasa disapa Toyik sehari-hari bekerja sebagai penjual nasi goreng.
Toyik mengaku jika dirinya kerap diajak Nono ke bank mengambil uang 1 miliar untuk membayar karyawan di perusahaan si kades.
Dan Toyik pun menyatakan jika uang dalam video semuanya adalah asli.
Baca Juga: Kecurangan SPBU di Jakarta ini Diungkap di Depan Banyak Saksi. Mereka Tak BerkutikKemegahan Rumah Kades yang Bergaya Majapahit
Rumah NonoSetelah video Kades Suhartono tersebar, lelaki ini menjadi perhatian. Termasuk rumah yang didiaminya yang terletak di Desa Sampagagung Mojokerto. Bangunan mewah dua tingkat milik Nono bergaya Majapahit.
Sayangnya meski gerbangnya terbuka, namun pintu rumah Nono rapat terkunci. Dan kondisi rumah pun sepi seperti ditinggal oleh semua penghuninya.
Video pamer uang yang menghebohkan dunia maya ini bisa jadi pelajaran setiap orang. Jika toh memang berniat hanya dokumentasi, akan lebih baik jika disimpan dan tidak dipublikasikan di sosial media.
Sebab tidak semua hal layak dipamerkan di media sosial yang dilihat banyak orang dengan berbagai pemikiran. Salah-salah niat dokumentasi malah bisa merugikan diri kita sendiri.