Ini Akibat Buruk yang FATAL, Jika Perceraian Tinggalkan Anak yang Begitu Butuh Kasih Sayang

Penulis Unknown | Ditayangkan 21 Aug 2017
Didunia ini pasti tidak ada seorangpun yang inginkan sebuah perpisahan terjadi, apa lagi yang sudah mempunyai buah hati yang sangat lucu dan pintar, orang mana sih yang tidak menginginkan keluarga yang harmonis dan rukun, semua pasti mengingikannya bukan.

Tapi mungkin takdir berkata lain, setiap rumah tangga pasti mempunyai masalah masing-masing, ada masalah yang bisa diselesaikan ada pula masalah yang harus berakhir dengan perpisahan/perceraian.



Perlu orang tua ketahui jika anak melihat orang tuannya berpisah pasti dihati kecilnya merasakan sedih yang amat mendalam terkadang mereka iri melihat teman seusiannya merasakan keutuhan keluarganya,

"tapi kenapa aku tidak bisa merasakannya"

"kemana Ayahku/Ibuku kenapa tidak kumpul seperti dulu"

Ada juga ada juga perasaan anak kecil disekolahnya "Teman-temanku diantar mama papanya sedangkan aku tidak"

Dijaman ini banyak pasangan mudah yang baru mempunyai anak memilih berpisah entah itu karena perselingkuhan, ekonomi, tidak ada kecocokan lagi dan ada masalah yang tdak bisa diselesaikan lagi

Banyak yang berpisahnya secara emosional sampai-sampai anak tidak boleh bertemu dengan salah satu orang tuannya, ini adalah tindakan yang salah, didunia ini tidak ada yang namannya mantan ayah atau mantan ibu.

Inilah dampak pada anak akibat broken home :

  • Kekurangan kasih sayang


Ketika sepasang suami istri tidak lagi memiliki hubungan yang harmonis, maka sangat mungkin jika kemudian keegoisan dari masing-masinglah yang diutamakan. Jika hal ini tidak segera dicarikan jalan keluar, maka perhatian kepada anak yang akan dikorbankan. Meski sebagian orang tua yang mengalami broken home mengetahui apa yang seharusnya ia berikan kepada anaknya, namun karena ego terhadap pasangan ia menjadi enggan melakukannya.
  • Rentan menderita gangguan psikis


Akibat seringkali berada dalam tekanan, kondisi  psikis anak juga kerapkali mengalami gangguan. Seperti ia selalu cemas, mengalami ketakutan, merasa serba salah dan terjepit diantara kedua orang tuanya, selalu bersedih dan murung.

Baca juga : Viral, Gadis 13 Tahun ini Sekolah Naik Prahu, Tak Disangkah Inilah yang Didapat

  • Membenci orang tuanya


Dengan kondisi mental yang masih sangat labil, seorang anak bisa jadi akan membenci ayah, ibu, atau bahkan kedua orang tuanya saat terjadi broken home. Ia belum bisa memahami dan menerima apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga ia akan menganggap semua yang terjadi adalah kesalahan salah satu atau kedua orang tuanya.
  • Permasalahan moral


Ketika seorang anak yang sedang berada pada masa perkembangannya selalu dihadapkan pada pertengkaran-pertengkaran orang tua mereka, maka secara tidak langsung akan membentuk kepribadiannya menjadi keras dan kasar. Seiring berjalannya waktu, ia juga akan terbiasa melakukan tindakan-tindakan seperti apa yang sering ia lihat dari orang tuanya ketika mereka bertengkar, seperti berlaku kasar, temperamental, bertindak sebagai trouble maker di kelas maupun teman sepermainan, bersikap acuh tak acuh, memberontak, berperilaku tidak sopan kepada orang yang lebih tua dan lain sebagainya.
  • Mudah mendapat pengaruh buruk lingkungan


Saat rumah tidak lagi terasa nyaman, seorang anak akan berusaha mencari tempat lain untuk saling berbagi maupun menghibur diri. Pada kondisi seperti ini, biasanya lingkungan teman sepermainan sering menjadi tujuan mereka. Dan jika lingkungan tersebut tidak baik, maka akan sangat mudah bagi seorang anak untuk terpengaruh hal-hal yang menyimpang.  Misalnya mulai mencoba merokok, berjudi, minum-minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, bahkan menjajal seks bebas atau pergi ke tempat pelacuran sebagai pelarian baginya untuk mendapat kebahagiaan.
  • Tidak mudah bergaul


Kebalikan dari poin sebelumnya, anak dari keluarga broken home juga tidak sedikit yang cenderung lebih menutup diri. Anak-anak tersebut cenderung marik diri dari pergaulan karena merasa rendah diri. Dengan kurangnya perhatian dari orang tua, ia menjadi tidak terbiasa untuk mengekpos diri atau sekedar berbagi cerita, sehingga ia akan merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya ia akan menjadi takut untuk mengenal orang lain. Sebab lain ialah ia akan malu serta minder jika teman-temannya tahu keadaan keluarganya yang berantakan, ia juga khawatir jika nantinya mereka akan menjauh dan mengucilkannya.
  • Kedangkalan spiritual


Penanaman pondasi agama akan baik jika dimulai sejak masih anak-anak, tetapi pada keluarga broken home anak-anak tersebut seringkali kehilangan kesempatan itu. Orang tua yang seharusnya menjadi sekolah agama pertama bagi mereke ternyata tidak menjalankan peran mereka sebagaimana mestinya. Sehingga karena anak-anak tersebut tidak dibekali dengan nilai-nilai agama yang kokoh, maka akan sangat mungkin jika nantinya mereka akan kesulitan dalam menyikapi berbagai permasalahan akibat tidak dipunyainya pedoman hidup yang bisa mengarahkan.

Seorang anak butuh penjelasan yang baik dan dapat dipahaminya mengapa sampai orang tuanya berpisa dan tidak tinggal bersama lagi seperti dulu, itulah yang perlu dijelaskan kepada sang anak bukan malah melarang bertemu ibu atau anaknya

Inilah cara menjelaskan kepada anak kenapa orang tua sampai berbisah atau bercerai

"Tapi caranya harus disesuaikan dengan usia dan karakter anak-anak". Dia mencontohkan, anak-anak yang berkarakter terbuka atau ekstrovert mungkin bisa diberitahu secara langsung atau lugas. Jelaskan kepadanya apa yang terjadi, bagaimana kehidupan keluarga selanjutnya, dan sebagainya.

Apapun penyebab perpisahan suami dan istri, tekankan kepada anak bahwa mereka tetap akan menjadi orang tuanya. "Sebab tidak ada istilah bekas ayah atau bekas ibu,". Beri tahu anak ihwal berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, misalnya mesti pindah rumah, menjual beberapa barang, pindah sekolah, atau mungkin anak terpaksa tinggal bersama nenek dan kakeknya.

"Meski anak masih kecil atau balita dan terlihat tidak paham, orang tua wajib menyampaikan apa dan bagaimana ke depannya,". Sebab informasi itu pasti masuk ke otak anak dan satu saat nanti dia akan menyikapinya sesuai dengan usia dan karakternya.

Menyampaikan informasi tentang status ayah dan ibu yang sudah berpisah, penting dalam menyiapkan mental anak. Dengan begitu, anak juga tidak merasa sebagai objek yang tidak dilibatkan dalam perubahan kehidupannya. "Ingat, perubahan status pernikahan orang tua juga berdampak besar kepada anak-anak,"

Berikan pula anak gambaran juga mungkin akan terjadi pernikahan selanjutnya. Jangan lupa perhatikan sikap atau bahasa tubuh anak saat bicara mengenai apapun. Jika perlu jeda atau berhenti sejenak, dan lanjutkan kembali jika merasa anak masih bingung atau belum menerima. "Ini jauh lebih baik daripada memaksakan menginformasikan secara langsung dan seluruhnya,".

 Jadi jangan sampai membuat anak tergangu mentalnya karena perpisahan orang tua, karena mereka juga masih membutuhkan perhatian dari kedua orang tuannya meski sudah berpisah.
viral minggu ini

BAGIKAN !

Jika kontent kami bermanfaat