" Istriku sering mengucap kata-kata cerai,di karenakan aku ga boleh ngebantu ekonomi ortuku,apa ga cukup 3jt perbulan untuk biaya hidup anak umur 1 tahun dan istriku, sedangkan aku pulang 2 bulan sekali.....main kasar belum pernah apa lagi selingkuh belum pernah, kurng apa coba selama ini terus bertahan.."
Jika anda mengalami seperti ini apa yang harus anda lakukan?Masalah uang memang kerap menjadi biang keladi dari ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Suami istri bertengkar mengenai uang bukanlah hal yang aneh, malah rasanya kita udah ga heran lagi kalau uang sering jadi pemicu pertengkaran. Sepertinya sih, bukan suami istri aja yang suka ribut soal uang, anak sama ortu, atau kakak sama adik pun bisa ribut gara-gara uang.
Dulu, sebelum aku nikah..mama suka bilang kalau masalah uang bisa jadi sensitif banget buat suami istri. Mama menasehatiku untuk bisa meminimalisir atau menghindari ribut soal uang setelah berumah tangga. Meskipun kenyataannya susaaah bukan main.
Kayanya ga ada ya suami istri yang ga pernah ribut soal uang hanya saja tiap rumah tangga berbeda kadar pertengkarannya. Ada yang hanya sekedar ribut-ribut kecil, tapi ada juga yang sampai ribut besar gara-gara uang, bahkan berujung pada perceraian.
Suami banyak uang, istri ribut minta uang lagi dan lagi..sementara suami ga punya uang, istri ribut minta suami cari uang lagi dan lagi di sisi lain, pihak suami pun kerap menjadi pemicu keributan itu sendiri, misalnya : saat suami tak transparan soal uang yang pada akhirnya membuat istri jadi curiga, atau ketika suami malah menghambur-hamburkan uangnya demi kesenangan pribadi, dan bisa juga saat suami begitu pelitnya dalam menafkahi istri, sementara ia memiliki banyak uang.
Kewajiban nafkah memang berada di tangan suami. Maka segala kebutuhan rumah tangga dari A sampai Z adalah kewajiban suami untuk mencukupinya.
Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. (Q.S Al-Baqarah : 233)
Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. (Q.S Ath-Thalaq : 7)Seperti yang dikutip dari rumahjurnalku.blogspot.co.id Yang paling baik adalah, suami benar-benar sadar akan kewajibannya yang satu ini. Bahwa memberi nafkah itu wajib, serta dikeluarkan sesuai dengan kemampuan suami, dan dengan cara yang baik. Bukan dengan perasaan merasa berat, bahkan istri seolah harus meminta-minta pada suami agar haknya soal nafkah dipenuhi.
Berikanlah nafkah pada istri sesuai dengan kemampuan suami. Maka dari itu besarnya nafkah yang diberikan suami dalam setiap rumah tangga pasti berbeda, dilihat dari seberapa besar penghasilan suami. Suami berpenghasilan 100 juta tentu tak sama jumlah nafkah wajibnya pada istri dibanding suami yang berpenghasilan 1 juta. Ketika ada seorang suami berpenghasilan besar (tergolong kaya), ia kurang dalam pemberian nafkah terhadap istri, tapi istrinya meminta dinafkahi sesuai dengan kemampuan suami. Namun suami menolaknya, malah menyebut istrinya ini kurang syukur. Nah, kalau begini..istri yang kurang syukur atau suami kurang sadar kewajiban?