"Adek saya suka ngomong kata "goblok" awalnya saya diemin, lama2 dia ngomong gt terus saya kasi tau kalo omongan gitu gaboleh. Tapi sama dia diulangi.
Kadang kalo di bilang in suka masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Kalo dimarahin, anaknya ga malah takut tapi malah berani. Entah itu mukul atau mencakar. Tapi tetep aja apa yang saya sampaikan saat marah ga didengar. Gimana ya?:"
Pernah mengalami hal seperti ini bun, lalu bagaimana yah cara mengatasinya?
Anak Anda bicara kasar atau tak pantas? Tak perlu bereaksi berlebihan, apalagi sampai memberi hukuman fisik. Tenang saja bun.
Alasan mereka berkata kasar sangat beragam, beberapa di antaranya adalah mencari perhatian orang tua.
Merasa senang atau bangga melihat reaksi kaget dan perasaan tidak nyaman orang dewasa atas perilakunya.
Serta pengaruh lingkungannya. Perilaku tersebut tentu saja bisa dicegah dengan memberi contoh berbahasa yang baik di lingkungan keluarga.
Anak akan belajar dari orang tua sebagai orang dewasa pertama di dekatnya.
Berikut ini cara menghadapinya ala Anna S. Ariani, MPsi, demikian lansiran dari parenting.co.id.
Jangan buat kata-kata itu berkesan bagi anak dengan memarahi atau menasihatinya.
Perilaku yang diberikan perhatian cenderung diulang. Sementara yang tidak diberikan perhatian, cenderung berkurang.
Misalnya, “Adik bilang pintar, ya, ke kakak? Kakak memang pintar.”
“Ohh… Adik mau ke pantai? Ingat waktu kita ke pantai, ya? Kita, kan, bawa ban. Coba ambil bannya sekarang.” Anak bakal lupa kata-kata yang diucapkan sebelumnya.
Misalnya, anak Anda sangat menyayangi neneknya.
Kalau dia mengucapkan kata terlarang di hadapan neneknya, lalu neneknya menangis kecewa, ini akan menjadi pelajaran berharga bagi anak.
Bisa juga, gunakan fasilitas perekam dari ponsel ketika Anda atau anak marah, lalu dicatat.
Pencatatan yang detail tentang perilaku buruk ini sebagai pengingat agar lain kali berubah menjadi perilaku positif.
Biasanya, anak mendapat dukungan dari teman-temannya ketika bicara buruk.
Menarik anak dari teman-temannya bukan ide yang baik. Ajarkan anak untuk tidak menyebut kata-kata itu di dalam rumah.
Ini sama seperti ketika Anda berpesan, “Nanti kalau ketemu eyang, bicaranya A, B, dan C, ya. Kalau bicara D, E, F tidak sopan.”
“Kenapa, sih, bilang ‘bego’ lagi. Sudah mama nasihati berkali-kali. Belum ngerti juga, ya?” Anak bukannya kapok, malah ingat terus kata-kata itu.
Nadya Pramesrani, M. Psi, Seorang Psikolog Keluarga dan Co-Founder of Rumah Dandelion mengatakan bahwa "Pengaruh anak berkata kasar datangnya bisa dari mana-mana. Karena kan anak itu seperti sponge.
Dia menyerap apapun yang dia lihat dan dengar. Jadi, memang nggak melulu dari lingkungan terdekat orangtuanya.
Tapi dari lingkungan rumah, sekolah , yang berpotensi jadi sumber anak-anak belajar kata-kata kasar"
Yang berarti peranan kita sebagai orangtua untuk tetap memberi contoh dan mengawasinya adalah hal utama yang paling penting dalam perkembangannya.