"Saya lelah mbak, Rasanya hanya saya yang harus bertanggung jawab untuk semuanya.
Waktu rasanya begitu cepat sementara saya melihat diri saya tidak mencapai apapun, saya minder dengan ibu-ibu yang lain.
Saya merasa tidak bahagia, rasanya hanya berputar-putar di rutinitas yang sama setiap harinya, di rumah hati selalu tidak tenang, anak selalu gak nurut, suami suka asik di luar rumah"
Pernah terjebak situasi seperti ini, perlu di perhatikan untuk ibu-ibu ketika hati sudah tidak tenang dan risau, disitulah mulai bisikan jin merasuki hati.
Seperti nasehat yang dikiaskan dalam bentuk sebuah narasi antara iblis dan syetan untuk menghancurkan setiap rumah tangga.
Jika Kau Ingin Merusak Sebuah Keluarga, Rusaklah Dulu Ibunya
Beri ia perasaan akan rasa lelah bertubi yang membuatnya merasa lemah dan habis energi.
Jika ia sudah merasa lelah, ambil rasa syukurnya.
Biarkan ia merasa bahwa hidupnya habis untuk mengurus keluarga dan buatlah ia tidak memiliki apapun, selain lelah yang didapatnya.
Setelah kau ambil rasa syukurnya, buatlah ia menjadi orang yang tidak percaya diri.
Sibukkan pandangan matanya untuk melihat kebahagiaan orang lain dan buatlah ia lupa akan kebaikan yang ia miliki.
Buatlah ia merasa minder dan merasa tidak berharga.
Jika itu sudah terjadi, ambilah juga sabarnya.
Gaduhkan hatinya agar ia merasa ada banyak hal yang berantakan dalam rumahnya, buatlah ia merasa betapa banyak masalah yang ditimbulkan dari anaknya, dari suaminya.
Goda lisannya untuk berkata kasar, hingga nanti anak-anak mencontohnya dan tak menghargainya lagi, lalu bertambahlah kemarahan demi kemarahan, hilanglah aura surga dalam rumah.
Dan kau akan menemukan perlahan, rumah itu rusak…dari pintu seorang IBU.
Sekali lagi, makhluk penting itu bernama Ibu.
Lelah yang tidak selesai menjadi tempat masuknya setan.
Ia mengambil bahagiamu, mengambil sabar dan syukurmu wahai ibu.
Jangan biarkan setan mengambil itu, Jika kau lelah, rehatlah. Jika kau lelah, berbagilah.
Sungguh tak ada satupun yang akan membiarkanmu merasa sakit sendiri, jika kau pandai menghargai dirimu.
Ringankan tugasmu bu, jangan menekan dirimu terlalu keras. Sesekali tak masalah rumahmu kotortak masalah betapa banyaknya pekerjaan yang belum kau tuntaskan.
Jangan terjebak dalam waktumu bu, sungguh tugas muliamu jauh lebih penting dari sekedar rutinitas yang kau lakukan setiap harinya.
Rehatlah...Jika pun tak mungkin kau tempuh jarak puluhan kilo untuk segarkan diri.
Sekedar menepi, menepilah...Beri waktu untuk dirimu sendiri.
Sekedar melihat betapa banyak kebaikan yang kau punya, betapa manisnya keceriaan anak-anakmu, betapa bertanggungjawabnya suamimu.
Rasakan pelukannya, ada cinta dan ketulusanmu dalam tegap badannya.
Kau berharga ibu, jangan pernah lupakan itu.
Tapi saat mendengar masalah orang lain, kita semakin sadar bahwa perspektif kita menentukan cara pandang kita terhadap masalah.
Jika kita melihat peran ini sebagai beban, maka kita hanya akan sampai pada titik lelah.
Jika kita memandang diri hanya sebatas pelaku rutinitas, kita tidak akan menemukan intinya.
Reward yourself mom, sungguh peranmu jauh lebih besar dari semua keluhanmu.
Jangan biarkan setan merusak bahagia dengan mengambil rasa SABAR dan SYUKURMU.
Karena dari bahagiamu, tercipta ketahanan sebuah keluarga.
Selamat beraktivitas sebagai Ibu dan Istri yang HEBAT.
Selalu ada BAHAGIA di segala cuaca.
Dzikir ini ringan, pasti mudah kita amalkan. Ini adalah rangkaian dari kajian Riyadhus Sholihin dari Kitab Al-Adzar.
(Hadits no. 1408) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat dalam timbangan (amalan) dan dicintai oleh Ar-Rahman, yaitu subhanallahi wa bihamdih, subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah, segala pujian untuk-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mulia).” (HR. Bukhari, no. 6682 dan Muslim, no. 2694)Wahai saudariku muslimah, renungkanlah! Betapa pentingnya berdzikir untuk ketenangan hati tentu juga berpahala besar untuk ibu rumah tangga yang tinggal di rumah.
Betapa banyak pula tugas-tugas mulia yang bisa dilakukan di dalam rumah. Melaksanakan ibadah di rumah, mengurus rumah tangga, mendidik anak menjadi genarasi shalih dan shalihah, semoga bermanfaat.