Keutamaan Surat Al Kahfi Ayat 29! Muslim dianjurkan Membacanya

Penulis Nadiah Ratna | Ditayangkan 30 Jul 2018


surat al kahfi via fimadani.com

Surat Al Kahfi ini merupakan golongan dari surat-surat makkiyah, karena surat ini termasuk dari salah satu surat yang diturunkan di kota mekkah. 

Dalam surat Al-kahfi mempunyai banyak keutamaan-keutamaan yang sangat agung bila di bandingkan dengan beberapa surat yang lain.

Namun, tidak semua orang yang mengetahui tentang keutamaan dari surat Al Kahfi yang begitu agung ini. 

Sehingga sebagian dari mereka jarang mengamalkannya atau bahkan tidak pernah membacanya apalagi menghafalnya.

Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Kahfi Ayat 29 Tentang Pilihan Beriman atau Kafir

al kahfi ayat 29 via dakwahpelajarislam.blogspot.com

Waquli alhaqqu min rabbikum faman shaa falyumin waman shaa falyakfur inna aAAtadna lilththalimeena naran ahata bihim suradiquha wain yastagheethoo yughathoo bimain kaalmuhli yashwee alwujooha bisa alshsharabu wasaat murtafaqan

Terjemahannya

"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."

Baca JugaBacaan Ayat Kursi Bahasa Indonesia Lengkap dengan Arti dan Manfaatnya

Mufrodat Penting dari QS. Al-Kahfi Ayat 29

1. Kata الْحَقُّ /Al Haq mengandung pengertian yang ada secara pasti, yang cocok dan sesuai dengan yang sebenarnya, yang ada dengan tanpa keraguan, yang bermanfaat, tidak sia-sia dan binasa. 

Ar Raghib Al Ishfahani menyebutkan bahwa makna Al haq (kebenaran) secara asal adalah: kesesuaian dan dapat bermakna ketetapan yang sesuai dengan tuntutan hikmah. 

Dari pengetian tersebut bahwa kebenaran yang datang dari rab yakni Al-Qur`an adalah kebenaran yang mantap dan tidak ada perubahan dalam kebenaran itu, sejak dulu, kini dan yang akan dating.

2. Kata رَبِّ / Rabb, Allah, seakar dengan kata tarbiyah, yaitu mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya. 

Ketika menyebut kata Allah, dapat terbayang dalam benak segala sifat-sifat Allah Swt., baik sifat fi’il (perbuatan) maupun sifat Dzat-Nya, yakni baik yang dapat berdampak kepada makhluk-Nya maupun tidak. 

Ketika menyebut kata rabb, maka dalam kandungan makna kata mi terhimpun semua sifat-sifat Allah Swt yang dapat menyentuh makhluk.

Pengertian rububiyah (kependidikan atau pemeliharaan) mencakup pemberian rezeki, pengampunan dan kasih saying, juga amarah, ancaman, siksaan dan sebagainya.

Kata Rabb apabila berdiri sendiri maka yang dimaksud adalah “Tuhan” yang tentunya antara lain karena Dialah yang melakukan tarbiyah (pendidikan) yang pada hakikatnya adalah pengembangan, peningkatan serta perbaikan makhluk ciptaan-Nya.

3. Kata الْوُجُوهَ /Al Wajh/wajah, bagian yang paling menonjol dari sisi luarnya serta paling jelas menggambarkan identitasnya. 

Jika suatu sosok tertutup wajahnya, maka tidak mudah mengenal siapa ia. 

Sebaliknya jika seluruh sisi luarnya tertutup, kecuali wajahnya, maka ia dapat dibedakan dari sosok yang lain, bahkan tanpa kesulitan ia dapat dikenali. Demikian wajah menjadi pertanda identitas.

4. Kata سُرَادِقُ/ suradiq berasal dari bahasa Persia. Ada yang memahaminya dalam arti kemah dan ada juga dalam arti penghalang yang menghalangi sesuatu masuk ke rumah atau kemah. 

Neraka diibaratkan dengan bangunan yang memiliki penghalang berupa gejolak api.

Sehingga yang disiksa tidak dapat keluar, dan pihak lain pun tidak ada yang dapat masuk untuk menolong. 

Dengan demikian yang disiksa benar-benar diliputi oleh api itu.

Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Kahfi Ayat 29


ilustrasi gambar via ranti.co.id

Ayat ini memerintahkan Rasul Saw. menegaskan kepada semua pihak termasuk kaum musyrikin yang angkuh itu dengan menyatakan “Dan katakanlah wahai Nabi Muhammad bahwa: Kebenaran, yakni wahyu Ilahi yang aku sampaikan ini datangnya dari Tuhan Pemelihara kamu dalam segala hal, maka barang siapa di antara kamu, atau selain kamu yang ingin beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman, keuntungan dan manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri, dan barang siapa di antara kamu atau selain kamu yang ingin kafir dan menolak pesan-pesan Allah, maka biarlah ia kafir walau sekaya dan setinggiapa pun kedudukan sosialnya. Tidaklah aku, apalagi Allah Swt., akan mengalami sedikit kerugian pun dengan kekafirannya, sebaliknya, dialah sendiri yang akan merugi dan celaka dengan perbuatannya yang telah menganiaya dirinya sendiri.”

Dalam Tafsir yang dikeluarkan Kementerian Agama (Tafsir Depag RI), menyangkut keterangan Surat Al Kahfi ayat 29, menyatakan bahwa Allah Swt. memerintahkan lagi kepada Rasulullah Saw., supaya menegaskan kepada orangorang kafir itu bahwa kebenaran yang disampaikan kepada mereka itu adalah dari Tuhan semesta alam. Adalah kewajiban mereka untuk mengikuti kebenaran itu dan mengamalkannya.

Manfaat dan kebenaran itu, tentulah kembali kepada mereka yang mengamalkannya. 

Demikian pula sebaliknya akibat yang buruk dan pengingkaran terhadap kebenaran itu kembali pula kepada mereka yang ingkar. 

Maka tanpa mengajukan syarat-syarat dan alasan-alasan yang dibuatbuat sebagaimana halnya pemuka-pemuka musyrikin yang memandang rendah terhadap orang-orang mukmin yang fakir. 

Demikian pula siapa yang ingkar dan membuang kebenaran itu, silahkan berbuat. 

Jika mereka ingkar. Rasulullah Saw. tidak memperoleh kerugian apa-apa sebagaimana halnya beliau tidak memperoleh keuntungan apapun jika mereka beriman. QS. Al Isra’ : 7.

Dari penjelasan artikel surat Al Kahfi ayat 29, sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk memiliki kemauan keras untuk membaca surat Al Kahfidan menghafalnya serta mengulang-ulangnya. Khususnya pada hari yang paling baik dan mulia, yaitu hari Jum’at.

viral minggu ini

BAGIKAN !

Jika kontent kami bermanfaat