Kandungan Doa Dalam Surah Al Insyirah, yang Jauh Jadi Dekat, yang Sulit Jadi Mudah

Penulis Nadiah Ratna | Ditayangkan 17 Aug 2018


surah al insyirah via ceramahmotivasi.com

Surat Al Insyirah merupakan surat dalam Al Qur'an yang sangat baik untuk diamalkan. 

Terlebih surat ini tidak terlalu panjang serta mudah dihafal oleh sahabat semua. Berikut tafsir surah Al Insyirah ayat 1-8.

Surah Al Insyirah (bahasa Arab:الانشراح, "Kelapangan") adalah surah ke-94 dalam al-Qur'an. 

Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah serta diturunkan sesudah surah Ad Dhuha.

Dengan nama Allah, maha pengasih, maha penyayang. 

Bagaimana pun juga, surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti jejak langkah Nabi.

Untuk sahabat yang mengamalkan atau membaca surah Al Insyirah bukan hanya mendapat pahala, juga mendapatkan manfaat yang sangat luar biasa.

Surah Al Insyirah mempunyai keutamaan begitu banyak, salah satunya untuk kehidupan sahabat semua menjadi lebih baik.  

Berikut ini tafsir surah Al Insyirah ayat 1-10.

Baca JugaMengapa Kita Dianjurkan Membaca Surat Al Kahfi Ayat 29? Ini Keutamannya

Tafsir Surah Al Insyirah ayat 1-8


ilustrasi surah al insyirah ayat 1-8 via alquranmulia.wordpress.com

“1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 

2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 

3. yang memberatkan punggungmu? 

4. dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, 

5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 

6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 

7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, 

8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (al-Insyirah: 1-8)

1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. 

Syaraha juga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih berarti pemotongan.

Shadara berarti 'kembali dari pengairan, melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau peti'. 

Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka sesuatu ini, tentu saja bukan obyek fisik. 

Melainkan sesuatu yang sudah ia kenakan sendiri pada dirinya.

Sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. 

Dengan melepaskan diri dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan yang sulit menjadi mudah.

Syarh (uraian terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada hanyalah Allah.

Itulah syarh yang terakhir, tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.

Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. 

Beban kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.

2. Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu

وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ

Wazara, akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah

'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari kata tersebut muncul kata wazir artinya 'menteri, wakil, konselor'. 

Yakni seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara.

Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain daripada sebagai hamba Pencipta kita. 

Jika kita sungguh-sungguh memahami penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah beban lagi kepada diri kita.

3. Yang telah memberatkan punggungmu?

الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ

Lagi-lagi ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul beban berat, meskipun sebenarnya tidak ada beban yang bersifat permanen. 

Jika kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu. 

Maka kita pun akan sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan berusaha berbuat sebaik-baiknya. 

Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari itu. Secara tidak sengaja, mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini. 

Namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. 

Jika kita tidak memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan menimpa kita.

ilustrasi surah al insyirah ayat 3 via tafsirq.com

4. Dan meninggikan untukmu sebutan kamu?

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. 

Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap Penciptanya. 

Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.

Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.

5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

6. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Dua ayat ini, memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan, yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau solusi.

Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu, ia tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun kita pergi darinya melalui kematian.

Solusi kedua adalah bagi pencari sejati, solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.

Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya tertimpa sesuatu. 

Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami musibah itu. 

Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh, itu adalah kemudahan lain. 

Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.

ilustrasi kesulitan via wajibbaca.com

7. Maka jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ

Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. 

Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita. 

Maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. 

Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita sepenuhnya. 

Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.

8. Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan (kerinduan) engkau semata!

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. 

Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. 

Bagaimana pun,menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri.

Baca JugaBukan Cuma Arti, Ini Rahasia Dari Surat Al Qiyamah, Qur'an Surah 75

Demikian tafsir surah Al Insyirah ayat 1-8.  Amalkan dengan sepenuh hati dan seikhlas-ikhlasnya dengan mengharapkan ridha dari Allah SWT. Serta lebih baik pikirkan serta pahami arti dari surah Al Insyirah. 

Semoga menambah wawasan Anda, kurang lebihnya mohon maaf.

viral minggu ini

BAGIKAN !

Jika kontent kami bermanfaat