imam bukhari via bio.izaygadget.comUmat Islam di seluruh dunia pasti tidak asing dengan nama Imam Al Bukhari. Siapakah sosok Imam Bukhari sebenarnya? Imam Al Bukhari adalah ahli hadist termahsyur di kalangan umat Islam. Berikut kisah perjuangan beliau dalam menegakkan agama IslamDia adalah penulis kitab paling terkenal berjudul
"Al Jami' Ash Shahih Al Musnad min Haditsi Rasulillah shallallahu 'alaihi wassalam wa Sunanihi wa Ayyamihi".
Salah satu kelebihan
Imam Bukhari adalah tingkat ketelitiannya serta kriteria yang digunakannya. Sebenarnya masa kecil
Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Bagaimana kisahnya? Berikut kisah
Imam Bukhari yang kami kutip dari suatu sumber.
Baca Juga : Kisah Al Kindi, Sosok Ilmuan Muslim Pertama yang Sangat Jenius
Imam Bukhari, Hidupnya Penuh Keprihatinan
ilustrasi imam bukhari via tokopedia.com
Kita tentu pasti sudah tak asing lagi dengan periwayat hadis yang satu ini. Ya, dialah
Imam Bukhari. Beliau salah satu
periwayat hadis yang cukup dipercaya keshahihan hadisnya. Beliau juga terkenal sebagai
orang yang cukup pandai.
Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama
Bukhari.
Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama
Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya,
Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan
Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil
Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan.
Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena
buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang
usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Imam Bukhari (196-256 H / 810-870 M), adalah seorang sarjana Islam dari Persia. Dia menulis koleksi hadis bernama
Sahih Bukhari, koleksi yang diakui oleh orang muslim sebagai yang paling otentik dari semua kompilasi hadits.
Imam Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab
As-Siqat,
Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai
orang yang wara’ dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat
syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram.
Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari
Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika
Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada
ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak
usia 10 tahun, hingga dalam
usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti
“al-Mubarak” dan “al-Waki”. Bukhari berguru kepada
Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara.
Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci
Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits.
Pada usia 18 tahun, beliau menerbitkan kitab pertamanya “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).
ilustrasi kitab shahih imam bukhari via hidayatullah.com
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh
80.000 perawi disaring lagi menjadi
7275 hadits.
Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh
hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada
289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.
Daya ingat Imam Bukhari dianggap mempunyai kelebihan di banding lainnya, karena setelah menyelesaikan membaca sebuah hadits,
Imam Bukhari dapat segera mengulanginya secara lisan. Diketahui bahwa di masa kecilnya ia telah
hafal 2000 hadits.
Pada usia enam belas tahun, ia bersama dengan saudara dan ibunya melakukan ziarah ke Mekah. Dari sana ia melakukan serangkaian perjalanan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang hadits.
Dia berkeliling ke semua pusat-pusat penting
pembelajaran Islam pada masa itu, berbicara dengan ulama dan bertukar informasi tentang hadis. Dikatakan bahwa ia mendengar lebih dari
1.000 orang, dan belajar lebih dari
700.000 tradisi.
Imam Bukhari menulis hadits dari
1080 orang yang berbeda yang semuanya sarjana. Namun, dia mendapat keuntungan paling banyak dari
Ibnu Ishaq Rahway dan Ali Ibnu Madeeni (RA).Imam Bukhari meriwayatkan
hadits dari para ulama dengan lima kategori yang berbeda. Dia juga meriwayatkan
hadits dari pemikiran murid-muridnya yang percaya kepada kenyataan bahwa tidak ada orang yang dipanggil sebagai seorang sarjana hadis jika belum diriwayatkan oleh tetuanya, para pemudanya dan orang yang seumurnya.
Setelah enam belas tahun pergi, ia kembali ke Bukhara, dan ada menyusun al-Jami ‘as-Sahih, koleksi 7.275 tradisi teruji, diatur dalam bab sehingga mampu memenuhi sistem dasar yang lengkap dari
ilmu hukum atau fiqih tanpa menggunakan hukum spekulatif.
Bukunya sangat diakui di kalangan umat muslim dan dianggap koleksi hadis paling otentik (sebagian kecil ulama menganggap Sahih Muslim, yang disusun oleh murid
Imam Bukhari, lebih otentik). Kebanyakan ulama menganggap tingkat keasliannya kedua setelah
Al-Qur’an. Dia juga menulis buku-buku lain, termasuk
al-Adab al-Mufrad, yang merupakan kumpulan hadits tentang etika dan tata krama, serta dua buku yang berisi
biografi perawi hadits (isnad).
Pada tahun 864 M/250 H, ia menetap di Nishapur. Saat itu di Neyshabur ia bertemu
Muslim bin al-Hajjaj. Dan mengangkatnya sebagai murid, dan akhirnya dianggap sebagai kolektor dan penyusun hadits Sahih Muslim, kedua setelah yang
al-Bukhari.
ilutrasi makam imam bukhari via winatour.com
Masalah politik menyebabkan dia pindah ke Khartank, sebuah desa dekat Samarkand. Di sinilah ia menghabiskan
bulan Ramadhan dan di
bulan Syawal ketika berada di perjalanan menuju Samarkand, di mana kematian menjemputnya
Imam Bukhari meninggal di bulan Syawal 256 H / 870 M, pada usia 62.
Baca Juga : Kisah Mengharukan, Adzan Bilal bin Rabbah yang TerakhirNah, itulah kisah
Imam Bukhari yang sangat menginspirasi. Banyak pelajaran berharga yang bisa kita dapatkan dari kisah
Imam Bukhari. Semoga bermanfaat dan meningkatkan kecintaan kita terhadap agama Islam.