Kisah Pasien yang Sembuh Dari Virus Corona: `Jangan Panik`

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 16 Mar 2020

Kisah pasien yang sembuh dari corona - Image from kids.grid.id

Waspada boleh, panik jangan!

Semakin meluasnya virus corona khususnya di Indonesia, pasti membuat semua orang khawatir dan panik. Daripada terus cemas, coba simak bagaimana kisah mengharukan salah satu pasien yang sembuh dari corona ini.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO resmi menetapkan virus corona sebagai pandemi. Terhitung sudah 118 negara di seluruh dunia yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona dengan total 131.627 kasus.

Adapun jumlah kematian hampir menyentuh angka 5.000, yaitu mencapai 4.940 kasus dan total yang sembuh sebanyak 68.529 orang. 

Seperti yang dilansir dari laman CNN, salah seorang perempuan asal Seattle, Amerika Serikat yang berhasil sembuh dari wabah COVID-19 menceritakan pengalamannya berjuang melawan virus tersebut. 

Elizabeth Schneider namanya, berumur 37 tahun, perempuan cantik ini memiliki satu kunci utama untuk bisa sembuh dari penyakit Covid-19, "Jangan panik," ungkapnya. 

Baca juga: Prancis: `Yang selamat dari corona adalah para muslimah berhijab`

Pada 25 Februari 2020, Elizabeth mulai merasakan gejala virus corona. Hal itu mulai terjadi tiga hari setelah dia mendatangi sebuah pesta pada 22 Februari 2020. 

Tak hanya Elizabeth, beberapa orang yang datang ke pesta tersebut juga mengalami gejala yang sama. Ketika Elizabeth bekerja, dia mulai merasa tidak enak badan. "Merasa lelah, badan sakit, sakit kepala, sedikit demam," ungkapnya. 

Lalu dia memutuskan untuk pulang. Elizabeth sempat tidur siang sebentar dan bangun dengan kondisi demam yang suhunya terus meningkat tajam menjadi 39,4 derajat celcius. Elizabeth berpikir, dia menderita flu parah. Tidak pernah terbesit dalam pikirannya bahwa itu bisa menjadi virus corona karena gejalanya tidak cocok.

Dia tidak batuk, tidak pula sesak napas, tidak ada gejala gangguan pernapasan sama sekali. Namun beberapa hari kemudian, dia mengetahui bahwa sekitar 12 teman yang pernah ke pesta yang sama juga jatuh sakit.

"Pada hari yang sama, kira-kira pada waktu yang sama di malam hari, dengan gejala yang sangat mirip," ungkapnya. Meskipun demikian, Elizabeth dan teman-temannya belum di tes virus corona. 

Dokter mengira mereka hanyalah terkena flu, namun hasil tesnya negatif. "Pada titik ini, kami semua menjadi sedikit frustrasi karena mereka tidak diizinkan untuk diuji untuk virus corona, atau dokter bahkan tidak menyarankan untuk diuji itu," ungkap Elizabeth.

Baca Juga: Update Virus Corona di Indonesia, 117 Positif, 5 Meninggal Dunia

Kemudian, salah satu teman Elizabeth bercerita tentang studi flu di Seattle. Peserta dapat mendaftar secara online dan mengirimkan alat uji tes yang akan dikirim kembali untuk mendapatkan hasilnya beberapa hari kemudian. Hal itu merupakan bagian dari penelitian. 

Baru-baru ini, kelompok itu juga mulai menguji virus corona. "Dan begitulah akhirnya saya tahu," ungkap Elizabeth.

Baca Juga: Potret `Bumi Sedang Istirahat` Karena Virus Corona, Miris atau Berkah?

Pulih dengan istirahat di rumah dan minum obat

Elizabeth pun pulih setelah tinggal di rumah, beristirahat dan minum obat yang dijual bebas. "Saya pikir langkah besar yang ingin saya katakan kepada semua orang adalah, tolong jangan panik," ungkap Elizabeth. 

"Jika kamu sehat, jika kamu lebih muda, jika kamu merawat dirimu dengan baik ketika kamu sakit, akan pulih, aku percaya. Dan aku bukti hidup untuk itu," tambah Elizabeth. 

Bagaimana pun, mempunyai usia dan kesehatan yang baik merupakan kunci sukses melawan Covid-19. Sementara, bagi orang tua atau orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya, misalnya seperti penyakit jantung atau diabetes, Covid-19 bisa lebih mematikan, kata seorang pejabat kesehatan.

"Realitas yang suram adalah bahwa, untuk orang tua, Covid-19 hampir merupakan mesin pembunuh yang sempurna," ungkap Presiden Asosiasi Kesehatan Amerika Mark Parkinson kepada CNN minggu ini. 

Baca Juga: Iluminati, Dalang Sebenarnya Dibalik Virus Corona?

Beberapa negara pun telah membatasi kunjungan ke panti jompo dalam upaya untuk menghentikan penyebaran penyakit ke populasi yang rentan.

Rumah jompo di negara bagian Washington, misalnya, telah memerintahkan untuk membatasi pengunjung saat kasus virus corona menyebar di 11 fasilitas di negara bagian tersebut. 

Wilayah Seattle merupakan pusat penyebaran virus corona di AS. Sejak virus corona pertama kali muncul pada Januari 2020, sudah 1.635 kasus yang dilaporkan di negara itu, dan 457 di antaranya berada di Negara Bagian Washington, termasuk yang mengalami kematian sebanyak 41 kasus.

Dari cerita Elizabeth ini, hendaknya menjadi perhatian bagi kita semua. Jangan terlalu panik dan selalu jaga kesehatan. Kita semua berharap agar orang yang positif corona dapat sembuh secepatnya, dan virus ini tak lagi merajalela.

Gejala virus corona - Image from wajibbaca.com

Tes Virus Corona Secara Mandiri 

viral minggu ini

BAGIKAN !

Jika kontent kami bermanfaat