Curhat Terkena Musibah ke Orang Lain Hingga Menangis, Boleh tidak?

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 22 Apr 2020

Ibu-ibu gosip - Image from yedepe.com

Curhat ke Allah dulu atau ke orang lain dulu?

Sering kali kita lupa jika ada musibah larinya ke teman atau keluarga, tidak langsung meminta petunjuk pada Allah, bahkan terkadang lupa bahwa ada Allah yang selalu siap membantu. Jika kita lebih memilih curhat pada orang lain bagaimana hukuman?

Salah satu tanda tingginya tauhid seseorang adalah menyandarkan diri kepada Allah Ta'ala. Allah adalah tempat paling pertama bagi umatnya untuk mengadu semua permasalahannya, curhat dan bahkan menangis kepada Allah. 

Sebaliknya, salah satu tanda kurangnya tauhid seseorang adalah ia lupa kepada Allah. Sehingga saat ada masalah, ia langsung mengadu kepada makhluk, mengadu kepada keluarga dan sahabatnya, bahkan hingga menangis.

Seorang hamba hendaknya memprioritaskan Allah dalam segala urusannya, sebab Allah adalah Rabbnya yang telah menciptakan dan memberikan segalanya.

Saat mendapatkan masalah dan musibah pun, hendaknya ia langsung mengadu kepada Allah pertama kali. Sebagaimana teladan dari para Nabi dan orang-orang yang shalih.

Nabi Ya’qub ‘alaihis salam saat mendengar berita sangat menyedihkan, yaitu anak kesayangannya Nabi Yusuf diberitakan telah dimakan oleh serigala. Beliau langsung mengadu kepada Allah dan berkata,

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ

Artinya: Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf : 86)

Demikian pula Nabi Ayub ‘alaihis salam, yang sangat terkenal dengan cobaan yang sangat berat menimpa beliau bertubi-tubi, ia sangat sabar dan mengadu kepada Allah.

Allah Ta'ala berfirman, 

إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Artinya: “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia Amat taat (kepada Tuhan-nya)” (QS. Shad : 44)

Baca Juga: MasyaAllah, ini Keistimewaan Sakit Demam yang Sering Kita Cela

Orang yang bersabar dan tidak menceritakan masalah atau musibahnya kepada orang lain akan mendapatkan keutamaan yang besar. Allah berfirman dalam hadits qudsi, 

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى الْمُؤْمِنَ فَلَمْ يَشْكُنِى إِلَى عُوَّادِهِ أَطْلَقْتُهُ مِنْ إِسَارِى ثُمَّ أَبْدَلْتُهُ لَحْمًا خَيْرًا مِنْ لَحْمِهِ وَدَمًا خَيْرًا مِنْ دَمِهِ ، ثُمَّ يَسْتَأْنِفُ الْعَمَلَ

Artinya: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Jika Aku (Allah) memberikan cobaan (musibah) kepada hambaKu yang beriman sedang ia tidak mengeluh kepada orang yang mengunjunginya maka Aku akan melepaskannya dari tahananKu (penyakit) kemudian Aku gantikan dengan daging yang lebih baik dari dagingnya juga dengan darah yang lebih baik dari darahnya. Kemudian dia memulai amalnya (bagaikan bayi yang baru lahir).” (HR. Al Hakim, shahih)

Pertanyaannya, apakah benar-benar tidak boleh bagi seorang muslim untuk menceritakan musibahnya kepada orang lain secara mutlak?

Jawabannya adalah boleh-boleh saja, asalkan ia menceritakan dalam keadaan yang tegar, memuji dan bersyukur kepada Allah serta dengan tujuan musyawarah untuk mencari solusi dari musibah yang sedang ia hadapi.

Penting untuk dipahami pula bahwa orang yang ia ceritakan itu hendaknya adalah orang yang benar-benar dapat membantunya dalam masalah atau musibah yang menimpanya, bukan menceritakan musibah kepada semua orang.

Perhatikan fatwa berikut, Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya,

الأخت تقول في سؤالها أنا مريضة وأحيانا أبكي لما صارت إليه حالتي بعد مرضي فهل هذا البكاء معناه اعتراض على الله عز وجل وعدم الرضا بقضائه وهذا الفعل خارج عن إرادتي وكذلك هل التحدث مع المقربين عن المرض يدخل في ذلك ؟

Seorang wanita berkata: Aku sedang sakit dan terkadang aku menangisi keadaanku ketika tertimpa penyakit. Apakah tangisan ini menunjukkan rasa tidak terima dan tidak ridha terhadap takdir Allah? Padahal perasaan sedih ini muncul begitu saja. Lalu apakah menceritakan keadaanku tersebut kepada teman-teman dekat juga termasuk sikap tidak ridha terhadap takdir?

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjawab: 

لا حرج عليك في البكاء إذا كان بدمع العين فقط لا بصوت لقول النبي صلى الله عليه وسلم لما مات ابنه إبراهيم: ((العين تدمع والقلب يحزن ولا نقول إلا ما يرضي الرب وإنا لفراقك يا إبراهيم لمحزونون))، والأحاديث في هذا المعنى كثيرة ولا حرج عليك أيضا في إخبار الأقارب والأصدقاء بمرضك مع حمد الله وشكره والثناء عليه وسؤاله العافية وتعاطي الأسباب المباحة، نوصيك بالصبر والاحتساب وأبشري بالخير لقول الله سبحانه وتعالى: إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ[1]، ولقوله تعالى: وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ[2]، ولقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((لا يصيب المسلم هم ولا غم ولا نصب ولا وصب وهو المرض ولا أذى حتى الشوكة إلا كفر الله بها من خطاياه))، وقوله عليه الصلاة والسلام : ((من يرد الله به خيرا يصب منه)) نسأل الله أن يمن عليك بالشفاء والعافية وصلاح القلب والعمل إنه سميع مجيب

"Anda boleh saja menangis, namun cukup dengan linangan air mata saja, jangan bersuara. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika anaknya, Ibrahim, meninggal dunia, 

العين تدمع والقلب يحزن ولا نقول إلا ما يرضي الرب وإنا لفراقك يا إبراهيم لمحزونون

Artinya: “Air mata berlinang dan hati bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu kecuali yang diridhai Allah. Dengan kepergianmu ini wahai Ibrahim, kami sangat bersedih.” (HR. Al Bukhari bab Al Jana’iz no 1241, Muslim bab Al Fadhail no.2315, Abu Daud bab Al Jana’iz no.3126, Ahmad 3/194)

Anda juga boleh mengabarkan teman dan sahabat Anda tentang keadaan yang Anda alami, namun dengan memuji Allah, bersyukur kepada Allah, dengan menyebutkan bahwa Anda telah memohon kesembuhan kepada Allah dan telah menjalani upaya untuk sembuh yang mubah.

Aku menasehatkan Anda agar bersabar dan mengharap pahala dari Allah. Aku akan memberi Anda kabar gembira, yaitu bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Qs. Az Zumar: 10)

Allah Ta’ala juga berfirman: 

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Artinya: “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun“. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-Baqarah: 156-158)

Juga sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,

لا يصيب المسلم هم ولا غم ولا نصب ولا وصب( وهو المرض) ولا أذى حتى الشوكة إلا كفر الله بها من خطاياه

Artinya: “Seorang Muslim tertimpa kesedihan, kesusahan, penyakit, gangguan walau sekedar tertusuk duri, pasti Allah akan menjadikannya penghapus dosa-dosa yang ia miliki.” (HR. Al Bukhari bab Al Mardhi no.5318, Muslim bab Al Birr Was Shilah Wal Adab no.2573, At Tirmidzi bab Al Jana’iz no.966, Ahmad 3/19)

Juga sabda beliau,

من يرد الله به خيرا يصب منه

Artinya: “Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, Allah akan memberinya cobaan.” (HR. Al Bukhari bab Al Mardhi no.5321, Ahmad 2/237, Malik dalam Al Muwatha, 1752)

Aku memohon kepada Allah semoga Anda diberikan kesembuhan dan kesehatan, serta kebaikan lahir dan batin. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi mengabulkan doa.” (Majmu’ Fatawa 4/144)

Baca Juga: Hukumannya Berat! Jangan Sampai Seperti ini Jika Ada Keluarga Meninggal

Jadi sekali lagi, boleh-boleh saja bercerita kepada orang tua atau sahabat kita terkait masalah atau cobaan yang kita hadapi. Asalkan kita sudah mengadu kepada Allah Ta'ala.

Demikian penjelasan ini, semoga bermanfaat.

viral minggu ini

BAGIKAN !

Jika kontent kami bermanfaat