Terungkap!! Negara Dirampok Rp 1 Triliun/Bulan
Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 18 Dec 2019Pantas Jokowi Murka Mafia Migas Rampok RI Rp 1 T per Bulan ! - Image from www.yukepo.com
Terungkap ada mafia yang kuras puluhan milyar tiap hari, total perbulan Rp 1 triliun.
Presiden Joko Widodo kesal bukan main soal impor minyak RI yang terus membengkak dan membuat ekonomi negara ini susah maju. Menurutnya, ada peran para importir atau mafia di balik semua ini.
"Masih ada yang senang impor minyak, saya pelajari detail, gak benar ini. Avtur masih impor, padahal CPO bisa jadi avtur. Kok kita senang impor? Karena ada yang hobi impor, ekonomi kita mandeg gara-gara hal seperti ini."
Sebelumnya, Jokowi bahkan memaparkan kecurigaannya soal masih adanya mafia-mafia migas yang ada di belakang macetnya pembangunan kilang.
Baca Juga:
- 2019, Gubernur Sumbar 12 Kali ke Luar Negeri, Berapa ya Tunjangannya?
- Seorang Perawat Ditendang dan Dimaki Wakil Bupati Aceh Timur
Seberapa besar keuntungan mafia migas dari impor minyak RI?
Pantas Jokowi Murka Mafia Migas Rampok RI Rp 1 T per Bulan ! - Image from kabar-energi.com
Salah satu anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang pernah dibentuk Presiden Jokowi di 2014-2015 lalu, Fahmy Radhi, mengungkap tim menemukan bahwa para mafia pemburu rente impor minyak ini memperoleh US$ 2-3 barel per hari.
"Mereka berburu rente pada impor crude oil dan BBM, sehari peroleh US$ 2 sampai US$ 3 barel per hari," kata Fahmy ketika dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (17/12/2019).
Jika dihitung, sehari Indonesia mengimpor sebanyak 800 ribu barel berupa produk BBM dan minyak mentah. Artinya, mafia-mafia itu mendapatkan sekitar US$ 2,4 juta sehari atau setara dengan Rp 33,6 miliar per hari dari impor minyak Indonesia. Adapun dalam sebulan keuntungannya mencapai sekitar Rp 1 triliun.
- Ini Pesan yang Disampaikan Erick Thohir Soal Isu Germo di BUMN
- UN Dihapuskan Pada 2021, ini Program Pengganti Ujian Nasional
Fahmy menjelaskan, perburuan rente ini dilakukan melalui bidding dan blending, yang dilakukan oleh Petral di Singapura saat itu.
NOC atau perusahaan migas nasional itu hanya digunakan sebagai bendera untuk memasok minyak impor ke Petral, yang pemasok sebenarnya perusahaan trading yang beroperasi di Singapura milik warga negara Indonesia.
Tim juga pernah mengungkap soal kontrak minyak yang didapatkan para mafia ini selama 2012 hingga 2014 lalu. Dalam 3 tahun, jaringan mafia migas ini menguasai kontrak jual beli minyak senilai US$ 18 miliar atau setara Rp 250 triliun.
Meskipun Petral sudah bubar, menurut beberapa pejabat ulah importir minyak ini belum berhenti.
- Anggota DPR: Kalau Korupsi Cuma Rp 100 Juta Ngapain Dihukum Mati? Kan Masih Bisa Bertobat
- PUPR Bidik Dana BPJS 100 Triliun untuk Program Rumah Jokowi
"Ada lobi-lobi importir minyak, tujuannya agar kita impor terus," ujar Jusuf Kalla, saat dijumpai di kantor CNBC Indonesia, Rabu (11/12/2019).
Ia menuturkan, kilang terakhir yang dibangun Indonesia adalah kilang Balongan pada 1995. Sejak saat itu, memang susah sekali membangun kilang di negeri ini. Selain ulah importir minyak yang mengganggu, ada juga permasalahan lainnya yang membuat pembangunan kilang ini terhambat.
"Dana juga masalah, tapi yang paling penting itu ya tekadnya untuk selesaikan itu. Mafia-mafia impor itu memang susah," katanya.