Jangan Terjebak! Ini Berbagai Hoax Tentang Virus Corona yang Harus Anda Tahu
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 23 Mar 2020Tidak ada racun yang disebar lewat udara - Image from batam.tribunnews.com
Penting! Hoax-hoax corona ini banyak beredar di dunia maya.
Seiring dengan penyebaran wabah corona, banyak informasi hoax yang beredar di berbagai media sosial. Anda harus simak hoax-hoax berikut ini sehingga tidak terjebak pada informasi yang salah.
1. Bawang Bisa Menyembuhkan COVID-19
Bawang putih memiliki kandungan senyawa yang bersifat antibakteri, antivirus, dan antioksidan yang baik dan penting untuk kesehatan.
Bahkan, bumbu yang wajib ada di dapur, ini dipercaya dapat meningkatkan kerja sel darah putih dalam memerangi virus, salah satunya adalah virus penyebab batuk dan pilek.
Rutin mengkonsumsi beberapa siung bawang putih per hari juga diyakini dapat menurunkan kadar kolesterol dan lemak darah dalam tubuh. Selain itu bisa menurunkan risiko terjadinya hipertensi serta penyakit kardiovaskular.
Walaupun begitu, belum ada bukti nyata dan penelitian terkait bahwa konsumsi bawang putih bisa mencegah COVID-19.
Baca juga : Miris, Viral Video Warga Jakarta Tak Takut dan Malah Cuek dengan Corona
2. Corona Bisa Menyebar Lewat HP Xiaomi
Facebook dengan nama Adi Asto Budi pernah mengunggah informasi 'konyol' dari percakapan Whatsapp. Pesan tersebut menyebutkan kalau Corona dapat menyebar melalui ponsel merek Xiaomi yang merupakan merek ponsel yang diproduksi di Beijing, China.
Menurut klaim tersebut, Corona menyebar melalui server kemudian dikeluarkan dari pengeras suara ponsel.
Seiring dengan berkembangnya penyelidikan, Kemenkes mengeluarkan pernyataan bahwa Corona tak menular melalui barang maupun pakaian.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Achmad Yurianto, pada Senin (27/01/2019) lalu, mengungkapkan bahwa virus itu tidak dapat menular melalui benda mati. Sebab untuk tetap bertahan hidup, kata Yuri, virus membutuhkan inang. Ia menganalogikan virus itu seperti tumbuhan benalu yang membutuhkan tumbuhan inang untuk memperoleh makanan.
"Virus itu sama persis dengan benalu di pohon. Benalu tidak akan hidup di pohon yang mati. Terkait dengan barang-barang tentu bukan sel hidup, kan, sehingga [virus] akan mati. Karenanya sangat tidak mungkin jika menular melalui barang maupun pakaian," kata Yuri, seperti yang dikutip dari rilis Kemenkes.
"Jadi masyarakat tidak perlu takut berlebihan terkait itu," tambahnya.
3. Virus Corona Wuhan adalah Senjata Biologis Cina yang Bocor
Informasi ini bermula dari berita The Washington Times, surat kabar harian yang diterbitkan di Washington DC, Amerika Serikat.
Media inilah yang menjadi pelopor dan pertama kali menurunkan wawancara bersama Dany Shoham terkait dugaan konspirasi di balik menyebarnya virus Corona.
Wawancara itu dimuat pada 24 Januari 2020 dalam berita yang berjudul "Virus-hit Wuhan has two laboratories linked to Chinese bio-warfare program". Kemudian ditulis ulang dialihbahasakan oleh sejumlah situs dan media di Indonesia.
Dalam berita tersebut, Shoham menyebutkan bahwa virus Corona kemungkinan berasal dari Institut Virologi Wuhan yang berhubungan dengan adanya program senjata biologis rahasia Cina.
Hal ini didukung fakta bahwa laboratorium di Wuhan tersebut telah mempelajari virus Corona yang pernah terjadi di masa lalu, salah satunya Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), virus influenza H5N1, dan virus demam berdarah.
Para peneliti di institut itu juga mempelajari kuman yang menyebabkan antraks (penyakit menular pada ternak yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis, yang dapat menyerang manusia)
"Virus Corona (khususnya SARS) telah dipelajari di institut itu dan mungkin diadakan di sana. SARS termasuk dalam program senjata biologis Cina, pada umumnya, dan ditangani di beberapa fasilitas terkait." kata Shoham dalam e-mail yang dikirimkan ke Washington Times.
Baca juga: Hoax? Malaysia dan Singapura Semprotkan Racun dari Udara untuk Basmi Corona
Ketika ditanya terkait kemungkinan virus Corona yang baru bocor, Shoham mengatakan, "Pada prinsipnya, infiltrasi virus keluar mungkin terjadi, baik sebagai kebocoran atau sebagai infeksi dalam ruangan yang tidak disadari terhadap seseorang yang keluar dari fasilitas itu. Ini bisa terjadi dalam kasus Institut Virologi Wuhan," katanya.
Selain itu, Shoham juga menegaskan bahwa ia tidak memiliki bukti atau indikasi yang pasti terkait adanya infiltrasi virus Corona dari laboratorium di Wuhan tersebut. "Sejauh ini, tidak ada bukti atau indikasi atas kejadian tersebut."
Selain itu, Profesor biologi kimia dari Universitas Rutgers Richard Ebright juga menolak gagasan bahwa virus itu buatan manusia. Sebab, dia mengatakan tidak ada tanda-tanda yang menguatkan pernyataan tersebut.
"Berdasarkan genom dan sifat virus, tidak ada indikasi sama sekali bahwa itu adalah virus hasil rekayasa," kata Ebright.
4. Asap Rokok Mampu Membunuh Virus Corona
Viral di media sosial Facebook sebuah unggahan yang mengklaim bahwa asap rokok mampu membunuh Virus Corona. Hal ini dikarenakan, komposisi rokok terdiri dari tembakau dan cengkeh.
Feni Fitriani, Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengklarifikasi hal tersebut dan menyebutkan bahwa informasi itu tidak benar.
Beliau menyebutkan, justru seorang perokok lebih mudah menjadi sakit bukan hanya karena Virus Corona melainkan penyakit lainnya yang menyerang paru-paru seperti kanker paru.
Feni juga menegaskan, tanpa terserang COVID-19 pun, paru-paru dan saluran pernafasan orang yang merokok sudah mengalami kerusakan. Tapi karena efeknya jangka panjang, yakni kira-kira selama 20 hingga 30 tahun mendatang, membuat orang-orang cenderung mengabaikannya.
Prof. Dr. Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman Kementerian Ristekdikti mengatakan bahwa merokok meningkatkan terbentuknya reseptor ACE 2. Peneliti juga menyebutkan bahwa reseptor tersebut bisa menjadi reseptor bagi virus corona penyebab COVID-19.
Ibaratnya, reseptor tersebut seperti sebuah pelabuhan ketika bertambah tempat berlabuhnya, maka kapal yang datang akan semakin banyak pula. Sehingga dengan merokok, orang justru akan semakin rentan terpapar virus corona.
5. Jutaan Masker Bekas Asal China Mengandung Virus Corona Dikemas Ulang
Akun Facebook Rudi Alsawangi mengunggah klaim tentang jutaan masker bekas asal China mengandung Virus Corona baru (Covid-19) dikemas ulang di gudang Sidoarjo untuk dijual kembali pada 10 Maret 2020.
Postingan tersebut dikaitkan dengan artikel berjudul "Jutaan Masker Impor dari China di Gudang Sidoarjo Di-repacking Lalu Dijual".
Faktanya, setelah ditelusuri lebih lanjut artikel terkait tidak ada menyebutkan keterangan yang menyatakan masker tersebut adalah masker bekas dan telah terkontaminasi Virus Corona.
Dalam tersebut diungkap, gudang di Sidoarjo yang berisi masker impor dari Xiantao Dingcheng, China lewat kontainer telah digerebek Polisi. Di gudang tersebut ditemukan satu kontainer berisi 980 karton yang terdiri dari 30.234 boks yang berisi sebanyak 1.961.700 masker. Namun, dalam artikel tersebut tidak menyebutkan bahwa masker bekas itu mengandung Virus Corona.
Diketahui lebih lanjut, ternyata polisi menggerebek gudang karena tidak memiliki izin produksi dari Kementerian Kesehatan, masker impor tersebut juga tidak sesuai dengan aturan produksi alat kesehatan dan tidak punya izin. Serta tidak terdapat keterangan masker bekas dan mengandung Virus Corona.
6. Lemon Panas Bisa Mematikan Virus Corona
Beredar isu yang menyebutkan bahwa air lemon panas dapat menyembuhkan kanker. Pesan itu kemudian menjadi viral di WhatsApp sebab mengaitkan dengan Virus Corona atau Covid-19. Kemudian menyebutkan bahwa penyakit yang disebabkan virus tersebut bisa disembuhkan dengan air lemon panas atau vitamin C.
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa lemon panas dapat membunuh sel kanker adalah klaim yang tidak didukung oleh bukti medis yang valid dan terpercaya.
Sebenarnya isu lemon panas ini sudah beredar sejak dulu, namun kembali beredar ketika dikaitkan dengan penyebaran wabah virus Corona atau Covid-19. WHO menyatakan belum ada bukti bahwa obat ini dapat menyembuhkan Covid-19.
Meski beberapa waktu yang lalu santer kabar ditemukannya vaksin virus corona oleh China. Namun tidak ada info valid yang menyatakan obat tersebut memiliki kandungan yang sama dengan lemon.
Henry Chenal, direktur Integrated Bioclinical Research Centre di Abidjan, mengatakan bahwa mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah tinggi tidak terbukti bisa melawan Virus Corona.
Selain itu, klaim bahwa lemon panas dapat membunuh sel kanker sendiri adalah klaim yang sudah sejak lama beredar dan sudah dibantah berkali-kali. Salah satunya artikel yang diterbitkan oleh Snopes.com pada tahun 2011.
Artikel yang berjudul “Do Lemons Cure Cancer?” ini menyatakan bahwa bahwa lemon “membunuh sel kanker” dan “10.000 kali lebih kuat dari kemoterapi” tidak didukung oleh bukti medis yang kuat dan terpercaya.
Memang benar dalam arti umum bahwa lemon (dan buah jeruk pada umumnya) memberikan sejumlah manfaat gizi dan menunjang kondisi kesehatan. Beberapa makalah akademis yang diterbitkan dalam dekade terakhir juga menunjukkan bahwa lemon, serta buah jeruk lainnya, memang memiliki beberapa sifat anti kanker yang substansial.
Namun, yang terbaik yang dapat dikatakan pada titik ini adalah bahwa buah jeruk berpotensi mengandung sifat anti-kanker yang dapat membantu menangkal penyakit kanker.
Tidak ada penelitian ilmiah atau medis terkemuka yang melaporkan bahwa lemon secara definitif ditemukan sebagai “obat yang terbukti melawan kanker dari semua jenis,” juga tidak ada “produsen obat terbesar di dunia” (tidak disebutkan namanya) “melaporkan bahwa lemon adalah” 10.000 kali lebih kuat dari kemoterapi “dan bahwa konsumsi mereka dapat” menghancurkan sel-sel [kanker] ganas. ” Semua klaim itu berlebihan dan tidak didukung dengan fakta dan bukti-bukti medis.
7. Minum Alkohol Bisa Kurangi Risiko Terkena Corona
Selain itu beredar juga isu di media sosial yang memberikan informasi bahwa minum alkohol bisa kurangi risiko terinfeksi virus corona.
Postingan tersebut juga disertai foto surat edaran atas nama Saint Luke's Hospital Kansas City, salah satu rumah sakit besar di Amerika Serikat (AS).
Nyatanya, pihak Saint Luke's Hospital menegaskan bahwa minum alkohol dapat menurunkan risiko terinfeksi virus Corona adalah info tidak benar.
Saint Luke's Hospital juga membantah surat edaran tersebut berasal dari pihaknya. Saint Luke's Hospital menyebut orang-orang harusnya menerapkan kebiasaan menjaga kebersihan dan kesehatan.
Cara-cara yang dianjurkan, diantaranya adalah seperti rutin cuci tangan pakai sabun, hindari orang sakit, jangan sentuh area wajah, dan tutup mulut saat batuk atau bersin.
8. Urin dan Kotoran Sapi Jadi Obat Virus Corona
Selain itu beredar pula klaim yang menyebutkan bahwa urin dan kotoran sapi bisa obati penyakit virus corona 2019. Bahkan hal ini telah dilakukan oleh beberapa kelompok di India. Nyatanya mereka memang meminum urine sapi untuk mencegah korona.
Menurut Health Analytic Asia, platform kolaborasi berita kesehatan yang dibuat oleh para jurnalis dan dokter di India, klaim tersebut tidak memiliki dasar ilmiah.
Para dokter telah mengkonfirmasi bahwa kotoran serta urin sapi tidak mengandung obat dan belum pernah diresepkan sebagai obat untuk penyakit apapun termasuk covid-19.
Kotoran dan urin sapi tidak terbukti dapat menyembuhkan Covid-19 karena belum ada satupun ilmuwan yang membuat pernyataan semacam itu.
Menteri Kesehatan India, Harsh Vardhan, juga mengatakan bahwa klaim semacam itu dari seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang memadai, sehingga tidak perlu diikuti dan di dukung.
9. Colloidal Silver (Koloid Perak) Dapat Membunuh Virus Corona
Beredar sebuah gagasan bahwa koloid perak (Colloidal Silver) dapat menjadi obat virus Corona. Perak koloid adalah partikel kecil dari logam yang tersuspensi dalam cairan. Minuman ini diklaim mampu mengobati semua jenis penyakit, karena mampu berperan sebagai antiseptik, dan membantu sistem kekebalan tubuh termasuk mematikan virus corona.
Faktanya, gagasan tersebut telah dibantah oleh Otoritas Kesehatan Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa tidak ada bukti jenis perak ini efektif untuk kondisi kesehatan apapun.
CNN Internasional juga menginformasikan bahwa tidak ada bukti bahwa Colloidal Silver atau koloid perak dapat melindungi kita dari virus Corona.
Justru mengonsumsi koloid perak ini memiliki berbagai efek samping terhadap kesehatan. Diantaranya ialah kerusakan ginjal, kejang dan argyria (suatu kondisi yang membuat kulit manusia membiru).