Kisah Pemuda Tampan dan Kaya yang Buat Rasulullah Menangis
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 10 Jun 2020Ilustrasi - Image from www.cnnindonesia.com
Rasulullah dan sahabat menangis mengingatnya
Lantas mengapa Rasulullah dan sahabat menangis melihat sosok yang satu ini? Ada pembelajaran besar bagi setiap muslim dan beriman yang membaca kisah ini.
Mush’ab bin Umair, seorang pemuda Quraisy, sahabat Rasulullah SAW terkenal dengan kekayaan dan ketampanannya. Orang tuanya sangat loyal dan memberikan segala fasilitas untuk Mush’ab.
Penampilannya terlihat elegan dengan pakaian yang indah dan parfum yang semerbak. Segala jenis kenikmatan dunia ada dalam diri Mush’ab.
Dijuluki Paling Tampan Se-Makkah
Bahkan ia disebut-sebut sebagai sosok yang paling rupawan di kalangan pemuda Makkah.
Orang-orang yang melihat Mush’ab pasti akan terpesona. Bahkan Al Barra bin Azib, sahabat Rasulullah di Kota Madinah mengira Mush’ab adalah pemuda dari surga karena begitu tampan dan indah penampilannya.
“Seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga,” kata Al Barra mendeskripsikan sosok Mush’ab.
Bahkan Rasulullah pun pernah mengatakan betapa sempurnanya ketampanan Mushab.
Beliau bersabda, “Aku tidak pernah melihat seorang pun di Makkah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).
Rasulullah Menangis Saat Mengingatnya
Mengapa Rasulullah menangis?
Rasulullah SAW teringat dengan begitu banyak nikmat yang dimiliki Mushab. Namun, semua kenikmatan itu dilepaskan Mush’ab dengan ikhlas tanpa mengeluh saat ia masuk Islam.
Peristiwa itu bermula ketika ibunda Mush’ab mendapati putranya sedang shalat.
Mush’ab yang memeluk Islam di masa-masa awal dakwah Rasulullah, selalu menyembunyikan keimanannya, sebagaimana muslim yang lain. Sebab saat itu, dakwah masih dilakukan secara diam-diam.
Disiksa oleh Ibunya
Kaget melihat Mush’ab telah mengimani Muhammad, sang ibunda pun menyiksa putranya dengan kejam. Padahal dulu sang ibunda amat sangat mencintai dan menyayangi Mush’ab.
Segala kenyamanan dan fasilitas hidup yang diberikan pada putranya direnggut.
Contoh salah satu kenyamanan Mushab ialah hidangan yang selalu disiapkan ibunya saat malam agar ketika Mush’ab bangun, ia bisa segera menyantap makanan.
Kasih sayang berubah menjadi murka yang meluap-luap. Ibunda menyiksa Mush’ab hingga badannya penuh luka. Namun Mush’ab tetap enggan kembali ke agama nenek moyangnya.
Mushab Berubah, Badannya Kurus Kering
Ia tetap memilih Islam meski tak ada lagi makanan lezat yang disantapnya hingga badan Mush’ab yang mulanya gagah menjadi kurus kering.
Tak gentar, Mush’ab tetap mentauhidkan Allah meski segala fasilitas dari orang tuanya tak lagi didapatkan, seperti pakaian yang indah ataupun kendaraan yang mahal.
Hingga suatu hari, Mush’ab muncul dalam kondisi badan yang kurus kering dengan pakaian compang-camping.
Sang pemuda yang dahulu tampan itu menjadi gelandangan yang membuat setiap orang akan iba ketika melihatnya.
Begitupun Rasulullah, beliau menangisi kondisi Mush’ab yang rela menjual dunianya demi akhirat.
Hal itu Dikisahkan oleh Ali bin Abi Thalib
Ia berkata, “Suatu hari, kami duduk-duduk bersama Rasulullah di masjid. Lalu muncul Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Saat Rasulullah melihatnya, beliau pun menangis teringat kenikmatan yang Mush’ab dapatkan dahulu (sebelum berislam) dibandingkan keadaannya yang sekarang,” (HR. At Tirmidzi).
Rasulullah pun kemudian memuji Mush’ab yang rela meninggalkan segala kenikmatan dunianya demi kebahagiaan kekal di akhirat.
“Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Makkah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya.” (HR. Al Hakim dari Zubair bin Al Awwam).
Tak hanya Rasulullah, para sahabat juga iba melihat kondisi Mush’ab. Mereka turut pilu dengan apa yang dialami sang pemuda yang dahulu sangat rupawan itu yang kini berubah 180 derajat.
Sa’ad bin Abi Waqqash salah satunya, ia berkata tentang sang pemuda, “Dahulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair adalah pemuda Makkah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa yang kami alami (kekerasan dari kaum kafir), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah-pecah mengelupas dan tertatih-tatih hingga tak mampu berjalan. Lalu kami ulurkan busur-busur kami, lalu kami papah dia.”
Mushab Tetap Beriman
Namun dalam kondisi yang demikian, Mush’ab tetap menjadi sahabat Rasulullah SAW dan turut serta memperjuangkan agama Allah.
Mush’ab sangat dikenang umat Islam karena perannya yang sangat besar dalam kegiatan dakwah.
Ialah juru dakwah yang diutus Rasulullah untuk menyebarkan agama di Kota Madinah. Karena dakwahnya lah kota Madinah dipenuhi kaum muslimin dan menjadi tujuan hijrah Rasulullah SAW.
Tak hanya itu, Mush’ab pula pemegang panji Rasulullah saat Perang Uhud berkecamuk. Saat itu, Mush’ab tampil untuk melindungi Rasulullah SAW.
Sampai-sampai pihak musuh mengira Mush’ab adalah Rasulullah hingga ditebaslah kedua tangan Mush’ab dan dikeroyok habis-habisan.
Ketika Mush’ab wafat, panji kemudian dipegang oleh Ali bin Abi Thalib
Saat perang usai, Rasulullah berkeliling medan perang untuk melihat jenazah para syahid. Ketika melihat jenazah Mush’ab yang mengenaskan, Rasulullah berhenti cukup lama dan mendoakan banyak kebaikan untuk dia.
Rasulullah pun bersabda, “Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.”
Sosok Mush’ab selalu dikenang para shahabat. Ketika umat Islam telah memasuki masa kejayaan, Abdurrahman bin ‘Auf pun masih teringat pada sosok Mush’ab yang sangat tampan itu.
Dikisahkan saat itu Abdurrahan bin ‘Auf dihidangkan makanan yang lezat. Lalu tiba-tiba ia teringat pada Mushab.
“Mush’ab bin Umair telah wafat terbunuh, dan dia lebih baik dariku. Tak ada kain yang menutupi jenazahnya kecuali sehelai burdah.” (HR. Al Bukhari).
Abdurrahman bin ‘Auf pun kemudian tak sanggup menyantap makanan tersebut, lalu menangis tersedu-sedu.
Mush’ab bin Umair, semoga Allah mengganti kemewahan dunia yang ia tinggalkan, dengan kemewahan surga yang tiada tara Sosoknya selalu dikenang dalam sejarah Islam dan menjadi teladan para pemuda muslim.
Allah SWT akan Menguji Hamba-Nya yang Beriman
Dari kisah Mushab, saya kembali diingatkan tentan firman Allah SWT yang satu ini, bahwa Allah akan menguji setiap orang yang beriman.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS Al Ankabut ayat 2-3)
Dan Allah SWT juga katakan dalam firmannya pada surat Al Baqarah ayat 155, bahwa Allah akan memberikan cobaan berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Jadi bersiaplah bagi setiap orang beriman, keimanan kita akan diuji dengan berbagai ujian. Bagi siapa yang mampu istiqomah dan tetap beriman kepada Allah SWT.
Maka Allah telah siapkan ganjaran kebahagiaan yang luar biasa di akhirat kelak. Semoga kita semua termasuk yang mendapatkannya.