Aneh Tapi Nyata, Tidak Sakit Tapi Pria ini Hanya Tiduran Selama 10 Tahun
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 04 Jul 2020
Suroto yang terbaring dan Ardian relawan dari MRI-ACT - Image from regional.kompas.com
Bahkan ke kamar mandi pun tidak pernah
Sang ibu mengaku bahwa anaknya tidak menderita sakit apa-apa, namun ia hanya tidur saja dan tidak pernah bangun selama 10 tahun, selain itu ia juga tidak berbicara sedikitpun.
Di sudut sebuah rumah di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang tergeletak lunglai seorang pria. Di ruangan yang tepat bersebelahan dengan dapur tersebut, Suroto, sudah 10 tahun hanya tiduran di tempat tidurnya.
Menurut Sukanti (75), ibu Suroto, anaknya tidak menderita sakit apa-apa. "Saya tidak tahu bagaimana mulanya, tiba-tiba dia sudah tiduran dan tidak pernah bangun. Selain itu, dia juga tidak pernah berbicara lagi," terangnya dalam Bahasa Jawa, Jumat (3/7/2020) dikutip dari Kompas.com.
BACA JUGA
Sukanti mengatakan selama Suroto tiduran, ia jarang membuka mata. Dia hanya sesekali menatap atap rumahnya dan kemudian memejamkan matanya kembali.
"Makannya juga jarang-jarang, tiga sampai empat hari sekali baru makan. Itu paling satu piring tidak habis," jelasnya.
Tak Pernah ke Kamar Mandi
Menurutnya, dia juga tidak pernah melihat Suroto beranjak ke kamar mandi. Pernah dia seperti mendengar anaknya yang berusia sekitar 40 tahun tersebut berjalan ke kamar mandi, tapi saat ditengok Suroto sudah berada di tempat tidurnya lagi.
Ia mengaku tidak tahu cara untuk merawat atau menyembuhkan anaknya.
Beberapa kali perangkat desa menengok dan memberi bantuan, namun Suroto tetap tidak bergeming.
Sukanti hanya berharap, di masa tuanya anak laki-lakinya tersebut bisa beraktivitas seperti sedia kala.
Sementara Sujono, tetangga Sukanti mengatakan, Suroto tiduran dalam waktu lama ini sudah dua kali. Pertama sekitar tahun 1993. Saat itu dia tiduran selama sekitar 2 tahun.
"Kemudian dia ikut bekerja saudara saya di Bandung pada 1996. Namun selama tiga bulan di Bandung, Suroto setiap malam selalu pergi," paparnya.
Saat pulang ke Keron, lanjutnya, sikapnya biasa saja dan wajar. Dia mengenang Suroto sebagai seorang yang rajin meski bekerja sebagai buruh tani.
Uang dari hasilnya bekerja dititipkan ke ibunya untuk dibelikan sepeda motor.
Namun karena desakan ekonomi, uang tersebut dipakai ibunya untuk mencukupi berbagai kebutuhan sehari-hari. Suroto yang merasa kecewa, lalu terlibat masalah kriminal.
"Setelah keluar dari penjara itu dia sempat bertingkah aneh. Pernah ratusan bambu dijadikan tiang pancang mengelilingi rumahnya," kata Sujono. Setelah kejadian tersebut, Suroto beberapa kali mengamuk.
Hal itu tak berlangsung lama hingga saat masa erupsi Gunung Merapi, Suroto kemudian tiduran lagi.
"Matanya selalu tertutup, kalau secara fisik dia sehat. Kalau ada orang asing dia menutup muka dengan sarung atau tikar," jelas Sujono.
Selama 10 tahun tersebut, Suroto tidur beralas galar atau bambu yang ditata dan dialasi tikar. Dia tidak memakai bantal karena rambutnya yang gembel sepunggung, dijadikan alas kepala.
Sementara Ardian Kurniawan Santoso dari Masyarakat Relawan Indonesia-Aksi Cepat Tanggap (MRI- ACT) Salatiga, mengatakan setelah memotong rambut dan kuku Suroto, lalu dikenakan pakaian pantas pakai.
"Tadi juga dimandikan agar lebih segar. Tapi saat ini memang belum bisa berkomunikasi," ungkapnya.
Saat pertama bertemu Suroto, lanjutnya, lelaki tersebut meneteskan air mata tapi belum bicara apapun.
"Seperti mau berbicara tapi tertahan. Nanti secara perlahan diajak berkomunikasi dan dirawat, agar bisa kembali normal," kata Ardian.