Saat Manusia Marah, Setan akan Memainkannya Seolah Anak Kecil Bermain Bola

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 31 Aug 2020

Saat Manusia Marah, Setan akan Memainkannya Seolah Anak Kecil Bermain Bola

Ilustrasi sikap marah - Image from manado,tribunnews.com

Janganlah kamu marah, maka bagimu surga 

Kemarahan yang meledak-ledak dan tak terkontrol akan merusak akal. Orang yang sedang marah besar bisa bertindak tidak masuk akal bahkan melanggar syariat Islam. Pada saat marah, setan menjadikan manusia seolah permainan.

Sebagai manusia biasa pasti pernah merasa dihina, ditipu, dibohongi, frustrasi, atau diperlakukan tidak adil. Hal itu tentu saja membuat kita kesal dan marah. 

Pimpinan Majelis Taklim dan Dzikir Baitul Muhibbin, Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi mengatakan, dalam pandangan Islam, marah merupakan salah satu bencana yang bisa merusak akal. 

Ketika hati dalam kondisi lemah, maka setan dan bala tentaranya bisa dengan mudah menyerah. 

"Pada saat manusia marah, maka setan mempermainkan melalui kemarahannya itu, sebagaimana anak kecil yang mempermainkan bola," katanya pada Senin (1/9).



Habib Abdurrahman menjelaskan, dalam Alquran, kata marah disebut dengan 'al ghadhab' dan jumlahnya tak kurang dari 24 kali. Dari sekian banyak ayat tersebut, kata 'al-ghadhab' lebih banyak dihubungkan dengan Allah SWT.

"Hanya sedikit ayat yang mengaitkan al-ghadhab dengan manusia. Itu pun bukan terhadap manusia biasa, tetapi terhadap Nabi Musa AS," katanya.

Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah al-A'raf ayat 150 yang artinya.

"Dan, tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya, dengan marah dan sedih hati, ia pun berkata, 'Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku."

Dalam Al-Quran, Allah telah meyinggung orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain adalah salah satu ciri-ciri penghuni surga.

"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Ali Imran ayat 134).

Habib Abdurrahman menjelaskan bahwa pelaku kebajikan amat sangat dicintai oleh Allah SWT. 

Dan pribadi yang bijak itu akan tumbuh pada diri seseorang, salah satunya adalah jika dirinya mampu mengendalikan amarahnya. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan dan orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. Saat berada di bawah pengaruh amarah, manusia berpotensi untuk mengambil sikap yang tidak terkontrol. Sehingga bisa menimbulkan kerusakan," katanya.

Rasulullah Muhammad SAW pun menyadari adanya kecenderungan ini. Rasulullah mengajarkan manusia agar menahan amarahnya.

“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Ya Allah, Tuhannya Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan hatiku dan selamatkanlah aku dari kesesatan fitnah.” (HR. Ibn Sunni)

Piagam penghargaan bagi mereka yang dapat mengendalikan emosi dan meredam amarah adalah persembahan surganya Allah SWT. Sebagaimana pesan Nabi pada salah seorang sahabatnya:

"Jangan marah, maka surga bagimu" (HR. Thabrani)

Dalam akhir majelis ilmunya, Habib Abdurahman berdoa agar umat Islam dapat menaham amarah. Sebab mengumbar amarah dapat merusak akal dan hanya akan berujung pada kesengsaraan.

Semoga kita semua jadi hamba-Nya yang bisa mengendalikan diri saat marah dan senantiasa bertawakkal kepada Allah SWT. Aamiin ya Robbal Alaamin.

SHARE ARTIKEL