Cara Rasulullah Meredam Amarah Saat Bertengkar, Ringan Dilakukan Sulit Diterapkan
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 04 Sep 2020Ilustrasi marah - Image from ruangmuslimah.co
Lakukan ini, insyaallah hati menjadi tenang
Saat bertengkar tak jarang kita dikendalikan emosi yang meledak-ledak. Padahal cara untuk menenangkannya cukup ringan dilakukan namun sulit diterapkan.
Saat sedang bertengkar dengan orang lain, tentu hal ini membuat kita tidak menyukai orang tersebut. Bahkan timbul perilaku-perilaku yang ingin menjauhi dan bahkan menyakiti orang yang dibenci.
Padahal, saat pertengkaran terjadi memaafkan merupakan pilihan yang terbaik. Memaafkan adalah bagian dari akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya.
Abdullah al-Jadali berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW, lalu ia menjawab, 'Beliau bukanlah orang yang keji (dalam perkataan ataupun perbuatan), suka kekejian, suka berteriak di pasar-pasar atau membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan orang yang suka memaafkan." (HR Tirmidzi).
Selain hadist diatas, umat Islam diperintahkan untuk memaafkan kesalahan orang lain kepadanya sebagaimana hadist Rasulullah berikut ini.
"Orang yang hebat bukanlah orang yang menang dalam pergulatan. Sesungguhnya orang yang hebat adalah orang yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah. Memaafkan dan mengampuni juga merupakan perbuatan yang diperintahkan Sang Khalik kepada umatnya."
Jadi jika kita mampu mengendalikan nafsu ketika marah dan memaafkan serta mengampuni, kita layak mendapatkan predikat orang yang hebat. Selain itu, dalam surat al-A'raaf ayat 199, Allah SWT berfirman:
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
Dalam memaafkan kita juga diperintahkan untuk melakukannya dengan cara yang baik, sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Hijr ayat 85, Allah SWT kembali berfirman:
"Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik."
Rasulullah adalah Teladan dalam Memaafkan
Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memaafkan orang-orang musyrik atas tindakan mereka yang menghina, mendustakan bahkan menyakiti beliau.
Sebab, Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang berbuat kebajikan dan memaafkan orang lain.
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (QS: asy-Syuura; 43).
Menurut Syekh Mahmud al-Mishri yang termaktub dalam kitab Mausu'ah min Akhlaqir-Rasul, memaafkan adalah pintu terbesar untuk menuju terciptanya rasa saling mencintai di antara sesama manusia.
"Jika orang lain mencerca kita, sebaiknya kita membalasnya dengan memberi maaf dan perkataan yang baik," ungkap Syekh al-Mishri.
Begitu juga ketika seorang berbuat jahat kepada kita, papar Syekh al-Mishri, seharusnya kita membalasnya dengan berbuat baik.
Menurut dia, Allah SWT akan selalu memberikan pertolongan kepada kita selama memiliki sifat memaafkan dan kebaikan. Memaafkan adalah ciri orang-orang yang baik dan mulia.
Allah SWT berfirman dalam surat asy-Syuraa ayat 40:
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah..."
Semoga kita termasuk orang-orang yang mudah memberi maaf kepada orang lain. Inshaallah hubungan dengan manusia jadi lebih baik serta hati menjadi tenang dan damai.