Dua Perilaku Manusia yang Sangat Dibenci Allah SWT, Tapi Banyak yang Melakukan

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 03 Sep 2020



Dua Perilaku Manusia yang Sangat Dibenci Allah SWT, Tapi Banyak yang Melakukan

Ilustrasi - Image from islampos.com

Naudzubillahi min dzalik 

Orang yang benar-benar mencintai Allah SWT akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi orang yang dicintai dan menghindari dari segala yang dibenci Allah. Oleh sebab itu, yuk kita cari tahu guna menghindarinya. 

Setiap umat Islam tentu berharap disayangi dan dicintai oleh Allah SWT. Dan tentu akan sangat menghindari dari pelaku-pelaku yang bisa membuat kita dibenci oleh Allah SWT. 

Berikut adalah dua golongan orang yang akan dimusuhi ALlah saat hari Kiamat.

Orang yang Berdusta Atas Nama Allah 

Orang yang berdusta mengatasnamakan Allah, akan memperoleh kerugian, baik di dunia dan di akhirat. 

Sekalipun andai mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia, tapi di akhirat kelak akan mendapat siksa yang sangat pedih. Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ (٦٩) مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ. (يونس: )

“Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, mereka tidak akan beruntung”. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan (timpakan) kepada mereka siksaan yang berat, disebabkan kekafiran mereka” (Qs Yunus: 69-70).

Orang yang Menjual Manusia 

Human Trafficking adalah orang yang menjual orang untuk memakan hasil penjualannya

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dalam bentuk terbaik dan sempurna (Qs At-Tiin: 4), dimuliakan oleh-Nya, dan miliki kelebihan dibandingkan makhluk lainnya (Qs Al-Isra’: 70). 

Sekalipun secara sosial, manusia pada masa pra dan awal kehadiran Islam mengenal dua status osial masyarakat, yaitu orang yang merdeka (al-hur) dan budak sahaya (al-‘abd).

Jika dikaji secara seksama, semangat Islam sejak awal hadirnya sangat menentang sistem perbudakan dan kelas diantara masyarakat. Serta mengenalkan bahwa setiap manusia itu memiliki kedudukan yang sama. 

Terbukti dalam Islam, terdapat beberapa strategi membebaskan umat manusia dari sistem perbudakan. 

Diantaranya ialah dalam kasus tawanan perang, seorang tawanan dapat dibebaskan ketika mau dan sanggup membayar upeti, atau mengajarkan baca tulis, atau memerdekakan budak Muslim.

Pembebasan juga berlaku pada kasus pembunuhan disengaja yang mendapatkan ampunan dari keluarga korban. 

Atau pembunuhan semi sengaja, bagi pelakunya diwajibkan membayar kaffarat (ganti) sebagai bentuk hukuman dan pertaubatannya pada Allah. 

Kaffarat itu berupa memberi makan 60 fakir miskin atau memerdekakan budak mukmin. 

Inilah semangat Islam untuk menghapuskan sistem perbudakan secara bertahap hinga berlanjut sebagaimana yang ditegaskan dalam al-Qur’an. 

Bahwa Islam tidak mengenal kasta, pun kemulian seseorang bukan karena status sosialnya, melainkan karena kualitas keimanan dan ketakwaannya (Qs Al-Hujurat: 13).

Konsekuensi Islam memuliakan manusia adalah larangan merendahkan martabat dan menyamakan dengan hewan, atau komoditas (barang dagangan) untuk diperjual belikan. 

Maka spirit hadits di atas adalah larangan merendahkan harkat dan martabat manusia. Apalagi menjadikan manusia sebagai komoditas oleh siapapun, dengan tujuan apapun juga, yang saat ini dikenal dengan human trafficking (perdagangan manusia).

Hal ini selaras dengan komentar Ibnu Abidin (madzhab Hanafi), bahwa; 

"Anak Adam (manusia) sangat dimuliakan oleh syariat Islam, sekalipun ia kafir (kafir dzimmi). Akad penjualan manusia serta menyamakannya dengan komoditas adalah bentuk penistaan dan perendahan martabatnya.”

Apalagi orang yang memperjual belikan organ tubuh seperti kornea mata dan ginjal. 

Terkait hal ini, syariat Islam tegas mengharamkan jual beli organ tubuh manusia (al-a’dha’ al-jism al-basyariyah), pun orang yang menghilangkan satu yawa manusia, disamakan dengan membunuh seluruh umat manusia. 

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (Qs Al-Ma’idah: 32).

Semoga kita dijauhkan dari segala perkara itu. Aamiin ya robbal alamin. 

SHARE ARTIKEL