Prediksi Penyebaran Corona di Indonesia, Berakhir Bulan Juni
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 25 Mar 2020Pasien positif corona di China - Image from www.wartaekonomi.co.id
Semua orang pasti berharap virus corona segera usai.
Prediksi kapan corona berakhir pun banyak diungkapkan oleh beberapa pemuka, tak ada salahnya menyimak beberapa prediksi, karena bisa membuat kita lebih semangat dalam memerangi corona.
Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) memprediksi bahwa, penyebaran virus corona di Indonesia akan mencapai puncaknya pada minggu kedua atau ketiga April, dan berakhir pada akhir Mei ataupun awal Juni.
Prediksi tersebut berdasarkan hasil simulasi serta pemodelan sederhana prediksi penyebaran Covid-19 yang dilakukan oleh Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB.
Seperti yang dilansir dari laman Kompas.com (23/03/2020), menurut Dr. Nuning Nuraini, S.Si, M.Si, salah satu tim peneliti yang melakukan simulasi tersebut, terjadi pergeseran hasil dari yang sebelumnya ramai dibincangkan masyarakat.
Seperti halnya artikel yang dimuat dalam situs resmi ITB pada Rabu (18/3/2020) kemarin, Nuning berkata bahwa hasil kajian menunjukkan bahwa penyebaran Covid-19 mengalami puncaknya pada akhir Maret 2020 dan berakhir pada pertengahan April 2002, dengan kasus harian baru terbesar berada pada angka sekitar 600.
Nuning dan juga timnya menggunakan model Richard's Curve Korea Selatan, lantaran sesuai dengan kajian Kelompok Pemodelan Tahun 2009 yang dibimbing oleh Prof. Dr. Kuntjoro A. Sidarto.
Model tersebut terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, dan puncak endemi dari penyakit SARS di Hong Kong pada tahun 2003. Model Richard’s Curve terpilih ini kemudian diuji oleh mereka pada berbagai data kasus COVID-19 terlapor dari berbagai negara, seperti RRT, Iran, Italia, Korea Selatan, serta Amerika Serikat, termasuk data akumulatif seluruh dunia.
Ternyata, secara matematik, ditemukan bahwa model Richard’s Curve Korea Selatan merupakan model yang paling cocok (kesalahannya kecil) untuk disejajarkan dengan data kasus terlapor COVID-19 di Indonesia, jika dibandingkan dengan model yang dibangun dari data negara lain (kesesuaian ini diraih saat Indonesia masih memiliki 96 kasus).
"Jadi begini, saat saya menuliskan hal tersebut saya melihat data update per tanggal 14 Maret 2020. Indonesia masih berada di titik 96, lalu di fitting data dari beberapa negara yang saat itu sudah terlebih dahulu memiliki data, dan pelakukan penanganan pencegahan," kata Nuning seperti yang dilansir dari laman Kompas.com, Senin (23/3/2020).
"Dari negara-negara tersebut, saat itu Korsel memiliki selisih data terbaik dibanding yang lain. Sehingga dipilih model data Korsel. Jadi kecocokannya dilihat dari selisih error perhitungan. Itu saja. Padahal Korea telah melakukan penanganan yang cukup massive," tambah Nunung.
Hasil simulasi lewat model Richard's Curve dengan memasukkan data 14 Maret 2020 (dengan 96 kasus), menunjukkan bahwa puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia adalah akhir Maret 2020, kemudian diprediksi berakhir pada pertengahan April 2020.
Namun karena kasus Covid-19 di Indonesia terus merangkak naik, maka perhitungan simulasi itu pun bergerak dan telah berubah.
"Namun data saat ini juga bertambah dan terus naik, akibatnya dinamika dari data akan memengaruhi perhitungan parameter model kurva Richard yang berakibat juga pada perubahan proyeksi, baik dari sisi akumulasi dan juga puncak kasus," ungkap Nuning.
Baca Juga: Begini Jadinya Jika Menikah Ditengah Wabah Corona
Karena model proyeksi ini 'hanya' berdasar pada informasi data akumulasi kasus saja, akibatnya kenaikan kasus akan menyebabkan perubahan proyeksi. "Puncak akan bergeser di sekitar minggu kedua atau ketiga April dan berakhir di akhir Mei atau awal Juni," ujar Nuning.
Akan tetapi perlu diingat, Nuning mengatakan, hal tersebut bisa terwujud asalkan penanganan pencegahan dilakukan secara serius, sigap, serta disiplin oleh semua pihak mulai dari elemen individu, masyarakat, hingga pemerintah dan berbagai instansi terkait.
Apakah satu bulan setelah puncak, wabah corona bisa berakhir? Nuning menjelaskan, bahwa pemodelan matematika tidak dapat menjawab dan memastikan apakah satu bulan setelah puncak, penyebaran bisa berakhir.
Dia berkata, puncak dan berakhirnya penyebaran sepenuhnya berkaitan dengan banyak aspek. "Tentu saja selesai secepatnya itu harapan kita semua. Dan model tidak bisa menjamin hal itu," kata Nuning.
Baca Juga: Cegah Corona, Mudik Gratis Tahun ini Dibatalkan
Laporan perihal simulasi pemodelan penyebaran Covid-19 di Indonesia akan dimuat di jurnal asosiasi biomath Indonesia,Journal of Communication in Biomathematical Science (CBMS).