Orang yang Miskin Tetap Wajib Bersedekah?
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 23 Apr 2020Ilustrasi orang miskin - Image from izi.or.id
Apakah orang miskin juga harus bersedekah?
Bukankah mereka yang seharusnya mendapatkan sedekah? Hati-hati, jangan hanya karena miskin, kita jadi lupa dengan kewajiban kita.
Sedekah termasuk amalan yang bersifat sosial (al-muta’ddiyah). Artinya, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakannya, akan tetapi juga dirasakan oleh banyak orang lain.
Selama ini sedekah dipahami hanya sebatas pemberian sejumlah uang kepada orang miskin atau mereka yang tidak mampu saja. Sehingga, seakan-akan sedekah hanya “dimonopoli” oleh orang kaya atau kalangan tertentu yang mampu secara finansial semata.
Padahal sedekah dapat dilakukan oleh siapapun termasuk orang yang tak berpunya atau miskin sekalipun.
Sebab sedekah tidak selalu dengan pemberian materi. Sedekah juga dapat bermakna pemberian yang bersifat non-materi.
Misalnya membantu orang lain, menyingkirkan duri di jalan, berbicara dengan bahasa yang santun dan sopan, bahkan memberikan salam.
Pemahaman ini merujuk kepada hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم – كل سُلامى من الناس صدقة , كل يوم تطلع فيه الشمس تعدل بين اثنين صدقة , وتعين الرجل في دابته فتحمله عليها أ, ترفع عليها متاعه صدقة , والكلمة الطيبة صدقة , وبكل خطوة تمشيها إلى الصلاة صدقة , وتميط الأذى عن الطريق صدقة ” رواه البخاري ومسلم
Artinya: Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anggota badan manusia diwajibkan bersedekah setiap harinya selama matahari masih terbit; kamu mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah; kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang bawaannya ke atas kendaraannya adalah sedekah; setiap langkah kakimu menuju tempat sholat juga dihitung sedekah; dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Sedekah Paling Afdhol di Bulan Ramadhan Saat Corona Mewabah
Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sedekah di sini adalah sedekah yang dianjurkan, bukan sedekah yang sifatnya wajib.
Ibnu Bathal dalam Syarah Shahih al-Bukhari menambahkan, bahwa manusia dianjurkan untuk senantiasa menggunakan anggota tubuhnya untuk kebaikan. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya.
Penulis kitab ‘Umdatul Qari Badruddin al-Ayni berpendapat bahwa segala amal kebaikan yang dilakukan atas dasar keikhlasan, maka ganjaran pahalanya sama halnya dengan pahala sedekah.
Oleh karena itu, seluruh bagian dari anggota tubuh kita yang digunakan untuk kebaikan, dinilai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai sedekah berdasarkan hadis yang sudah disebutkan di atas.
Bahkan dalam kitab Adab al-Mufrad, al-Bukhari meriwayatkan, jika seorang tidak mampu untuk melakukan perbuatan yang disebutkan di atas, minimal ia mampu menahan dirinya untuk tidak mengganggu orang lain.
Karena secara tidak langsung, ia sudah memberi sedekah berupa kenyamanan dan menjaga keselamatan orang banyak.
Baca Juga: Doa Menyambut Bulan Ramadhan Agar Ibadah Lebih Berkah
Jadi ingat! selama kita mampu melakukan banyak hal, maka peluang untuk bersedekah masih terbuka dengan lebar.
Sedekah tidak hanya berupa uang dan materi saja, namun juga memanfaatkan anggota tubuh kita untuk orang banyak.
Para ulama mengatakan, amalan-amalan yang disebutkan dalam hadis di atas hanya sekedar contoh, bukannya membatasi. Penafsiran hadis ini masih dapat diperluas cakupannya.
Singkatnya begini, segala bentuk amalan yang dilakukan dengan anggota tubuh kita, akan dinilai sebagai sedekah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila dilakukan dengan penuh keikhlasan, termasuk didalamnya sholat sunnah Dhuha.
Wallahu a’lam.