Kisah Fakta Suamiku Selingkuh di Balik Kemesraan Rumah Tanggaku
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 24 Apr 2020Suami ketahuan selingkuh - Image from tribunnews.com
Kata siapa rumah tangga yang harmonis, bisa rukun-rukun saja
Kalau diam-diam suami selingkuh seperti kisah nyata ini bagaimana?
Dan wahai para suami, mau mencari wanita yang sesempurna apalagi? Istrimu itu sempurna, lihatlah saat ia mencuci bajumu, memasak untukmu, menyetrika bajumu, mendidik dan merawat anakmu.
Nyatanya dibalik kemesraan suami istri, ada saja cobaan yang menerpa, orang ketiga misalnya.
Oleh karena itu para suami istri, cobalah untuk menerima kekurangan pasanganmu. Orang lain mungkin menarik di matamu, tapi ingat suami/istrimu juga menarik di mata orang lain.
Cerita ini adalah cerita fakta yang diambil dari LINE TODAY Writing Contest: Asmara 2020.
Berikut ini kisah lengkapnya:
Terkadang aku berpikir aku adalah wanita yang beruntung, dan Tuhan begitu sayang padaku.
Dulu aku selalu disakiti dan hanya dimanfaatkan pria yang mendekatiku, sekalipun ada yang begitu tulus namun berbeda agama, dan aku tidak menginginkan pernikahan beda agama.
Dalam keimanan aku berdoa dan meminta jodoh seiman, dan menerima aku apa adanya.
Tuhan mendengar doaku dan memberikan yang terbaik untukku, dia seiman denganku dan menerima aku apa adanya, dia langsung melamarku.
Aku percaya aku akan bahagia, aku merasa tidak ada lagi yang aku cari karena semua sudah aku dapatkan darinya.
Dia seperti kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidupku. Aku selalu menceritakan kebaikan darinya kepada teman-temanku, sampai mereka berpikir apakah memang tidak ada di antara kami yang bisa membuat kami berpaling.
Hampir lima tahun pernikahan, kami selalu mesra, kami memang belum diberikan keturunan (momongan), tapi bukan masalah yang besar, kami percaya Tuhan pasti berikan yang terbaik.
Pertengkaran kadang terjadi, tapi aku rasa itu hal yang wajar dalam rumah tangga.
Akhirnya kami menempati rumah kami yang kami cicil, saat itu aku masih belum bekerja karena waktu itu aku memutuskan resign.
Ya karena aku pikir jarak tempat kerjaku terlalu jauh, mungkin dengan aku tidak bekerja, kami bisa diberikan kesempatan memiliki buah hati.
Namun ternyata masih sama, kami belum diberikan kepercayaan oleh yang kuasa, saat ini aku hanya menjadi istri yang harus menunggu suaminya pulang kerja.
Setahun berlalu aku terus mencari pekerjaan karena saat itu kami juga sedang ada masalah keuangan.
Aku harus membantunya untuk ekonomi rumah tangga kami, namun selama kami ada masalah keuangan, kami selalu menguatkan, bahwa semua ini pasti akan berlalu.
Dan pada akhirnya aku diterima bekerja lagi. Aku bahagia ternyata Tuhan begitu sayang padaku dan keluargaku, tidak sia-sia aku mencari kerja kesana dan kesini.
Karena aku merasa jika aku belum bisa menjadi Ibu, setidaknya aku bisa menjadi istri dan rekan dalam masalah keuangan kami.
Hari-hari berlalu, kami berusaha menyelesaikan ekonomi rumah tangga, kami berjuang bersama-sama.
Kami pun selalu terlihat mesra dan selalu seperti masih berpacaran, tidak merasa ada masalah rumah tangga yang besar, kemana-mana kami selalu berdua.
Hari itu aku memintanya pulang agak cepat, karena kebetulan hari sabtu hanya setengah hari, dan aku memasaKkan special untuk makan malam.
Tapi sampai jam setengah 12 malam dia baru pulang, saat di telepon dia selalu berkata, Grab sedang banyak orderan jadi dia pulang malam.
Pagi hari entah mengapa bak disambar petir dan entah apa yang merasukinya, tidak sengaja hanya sekedar ingin lihat-lihat ponselnya.
Saat itu dia pergi untuk mandi, seperti biasa aku buka percakapan di aplikasi chatnya, saat aku membukanya, ada pesan yang belum terbaca, aku coba untuk membuka dan membacanya.
"Hai yan terimakasih ya sudah antar sampai rumah, met bobo ya"
Pesan itu dikirim sekitar pukul 02.00 (tepatnya aku lupa karena sudah terhapus). Aku adalah orang yang tidak pernah sabar untuk mengetahui sesuatu. Saat dia selesai mandi, aku langsung menanyakan pesan itu.
Dengan polos dan tanpa terkejut dia berkata itu temannya, aku bertanya lagi apakah ia perempuan atau lelaki. Dia menjawab laki-laki.
Saat itu aku memang masih tidak menaruh curiga karena nama yang tertera memang nama lelaki, tapi seseorang yang bernama Agus ini selalu aktif mengirim Chat, seperti chat mesra.
Beberapa jam kemudian ada pesan lagi
"Yan kamu sudah bangun, gimana tadi malam kamu sampai rumah jam berapa?"
Di situ aku sudah mulai merasa hal yang aneh, kalau lelaki kenapa bahasanya mesra, ya? Tapi saat aku coba konfirmasi, suamiku menegaskan Agus itu laki-laki.
"Kok lelaki bahasanya seperti ini? Ngaco ya kayanya? Ini temen kamu?"
Dia berdalih teman-temannya memang seperti itu, suka ngebanyol. Dia bilang teman SMP-nya.
Aku tak percaya begitu saja. Aku mencari tahu lewat teman SMP-nya yang aku kenal. Aku minta tolong mencari tahu pemilik nomor itu.
Sungguh terkejut aku setelah tahu ternyata pemilik nomor itu adalah wanita bernama Anita (nama aku samarkan). Rasa hati terguncang ternyata dia membohongiku.
Aku terdiam, rasanya aku ingin marah tapi aku tidak berdaya karena kalau kami bertengkar tetangga akan tahu, dan hanya akan buat malu.
Aku tanya ke temen SMP-nya itu, siapa sebenarnya wanita itu, teman SMP-nya menceritakan, sewaktu SMP mereka memang dekat dan suka ngebanyol, tapi tidak ada hubungan apa-apa.
Aku bertengkar dengan suamiku malam itu. Aku sangat kecewa, kami tidak pernah bertengkar dan selalu mesra, tapi kenapa harus seperti ini?
Pagi pun tiba, tepatnya Senin pagi, seperti biasa kami berangkat kerja, entah dia tau atau tidak aku menyadap ponselnya. Bukannya merasa bersalah, justru kulihat ia makin menjadi dengan wanita itu, ia semakin mesra.
Aku menghubungi sepupunya dan curhat masalahku. Ia menyuruhku untuk tetap sabar, jangan emosi, cari solusi yang baik, dan instropeksi diri, air mata tak terbendung sampai seluruh temanku di kantor tahu aku menangis.
Aku pulang kerja dengan hati kacau. Tapi aku tetap harus bicara dengannya.
Ia pun mulai mengeluhkan kebiasaan-kebiasaanku. Padahal itu hanya alasan saja sepertinya.
Aku ingin meledak tapi yang aku katakan adalah, "Kamu maunya bagaimana sekarang? Kalau kamu mau mencari wanita yang sempurna silahkan carilah, tapi maaf aku bukan bidadari yang bisa sempurna, dan asal kamu tahu, apakah wanita lain bisa lebih sempurna dari aku, dimana kamu saat aku beres-beres rumah, saat aku mencuci, saat aku masak, saat aku menyetrika apa kamu lihat? dan apakah aku minta untuk dilihat kamu?"
"Empat tahun lebih kita jalanin hidup bersama, aku tulus sayang dan terima kamu apa adanya, kita susah sama-sama, sampai aku harus mencari kerja lagi demi kita, tapi apa yang berikan padaku, hanya kekecewaan!"
Sampai akhirnya dia meminta maaf, tapi memang aku sangat mencintainya, aku tidak bisa melihatnya sedih, dan terus membuatnya merasa bersalah.
Aku memberikan kesempatan kedua untuknya, dia berjanji tidak akan mengulanginya.
Dan sampai saat ini kami masih bersama, kami berusaha untuk introspeksi diri, dan memperbaiki semuanya.
Dari pengalaman ini aku belajar bahwa cinta tidak mungkin akan selalu berjalan mulus, penuh perjuangan dan pengorbanan, saling mengisi dan saling percaya.
Kemesraan tak berarti tak ada kekhilafan, karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Tapi yakin dan percayalah, jalan Tuhan baik untuk kita.
Baca Juga: Tips Agar Suami Tidak Sampai Tergoda Pelakor
Bagaimana cara memaafkan suami yang berselingkuh?
Ilustrasi memaafkan suami yang selingkuh - Image from www.haibunda.com
Untuk Anda yang membaca cerita diatas, mungkin Anda bertanya-tanya, "Kok bisa sih memaafkan suaminya begitu saja?" atau bahkan "Kok nggak cerai aja, toh belum punya anak."
Perlu diketahui, memaafkan pasangan yang berkhianat adalah hal yang sangat sulit. Butuh mental dan hati yang kuat dalam melakukannya.
Dari cerita diatas, setidaknya ada tiga poin yang menjadi alasan mengapa ia memaafkan suaminya, yaitu:
1. Cinta dan rasa nyaman
Saat mengetahui pasangan selingkuh, perasaan Anda akan ambil bagian dalam menentukan tindakan selanjutnya
Hal ini sangatlah wajar, mengingat Anda berdua telah membangun ikatan emosional serta kenyamanan yang kuat antara satu sama lain.
Beberapa orang, termasuk wanita dalam cerita diatas, akhirnya mau memaafkan suaminya yang selingkuh, karena mereka menganggap kesalahan tersebut tidak lebih besar dibandingkan cinta yang telah terjalin.
Mereka ingin menuntaskan konflik yang memicu perselingkuhan, untuk mencegahnya terjadi lagi.
Jadi, mereka melihat akar masalahnya ada pada hal lain, dan masih dapat diselesaikan selama masih ada rasa cinta. Jadi disini, bukan perselingkuhannya yang jadi perkara utama.
Baca Juga: Hukum Istri Gugat Cerai Karena Suami Selingkuh
2. Pasangan benar-benar merasa bersalah
Perselingkuhan tidak selalu berujung pada berakhirnya suatu hubungan, terutama jika pasangan Anda benar-benar merasa bersalah.
Bahkan, rasa bersalah merupakan tanda bahwa hubungan Anda masih bisa diselamatkan, bahkan dibangun dengan pondasi yang lebih kuat.
Ini sebabnya beberapa orang memilih memaafkan pasangan yang selingkuh. Mereka sepakat untuk berdamai, sebab pasangannya berjanji tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Hubungan akhirnya terus berlanjut, meskipun pemulihan tetap membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Baca Juga: Wahai Para Istri, Lakukan Hal ini Agar Suami Tak Selingkuh
3. Yakin pasangan yang selingkuh akan berubah
Inilah yang kerap dijadikan alasan saat seseorang memaafkan pasangan yang selingkuh. Terlepas dari adanya rasa bersalah dari yang selingkuh, pihak yang diselingkuhi betul-betul meyakini bahwa pasangannya akan berubah jika mereka berdamai.
Nah, setelah mengetahui alasan-alasan diatas, berikut akan kami jelaskan tips-tips agar lebih mudah memaafkan pasangan yang berselingkuh.
1. To be better than bitter, memaafkan mengandung arti bahwa Anda bersedia untuk melangkah ke depan, dan menjadi lebih arif dalam menghadapi hidup
2. Tingkatkan keintiman emosional, ungkapkan kekecewaan ataupun rasa sakit hati yang Anda alami. Katakan pada pasangan, apa yang ingin Anda lakukan untuk memupuk kepercayaan kembali. Kemudian tingkatkan kuantitas dan kualitas hubungan intim.
3. Berfokus pada diri sendiri, serta mengalihkan perhatian dari kesalahan pasangan. Anda bisa melupakan kesalahan pasangan dengan melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya meluangkan waktu untuk diri sendiri, menekuni hobi lama, atau bepergian bersama sahabat.
Ingat ya, sebuah hubungan pernikahan pastilah memiliki cobaan. Tinggal bagaimana kesiapan kita dalam menghadapi cobaan itu.
Semoga bermanfaat.