Dibalik Kisah Pendiri NU & Muhammadiyah, Satu Ilmu Satu Guru
Penulis Unknown | Ditayangkan 23 Jan 2017NU dan Muhammadiyah - Image from www.goodnewsfromindonesia.id
Indonesia merupakan Negara dengan popuasi muslim terbesar se dunia. 2 organisasi besar turut mendominasi di dalamnya, yakni NU dan Muhammadiyah.
Meski ada sedikit perbedaan diantara keduanya, tapi ternyata ada banyak kesamaan dibaliknya.
Dikutip dari okezone, meski ada sedikit perbedaan, ternyata pendiri kedua organisasi tersebut punya kedekataan sejak kecil, Tak hanya persahabatan, tapi juga dua kali pernah belajar pada satu guru alias ‘satu ilmu satu guru’.
Ya, tidak hanya Soekarno, SM Kartosuwiryo, Semaun, dan Musso yang pernah 'satu guru satu ilmu' dari seorang guru bangsa HOS Cokroaminoto.
Ternyata pendiri NU dan Muhammadiyah serta RA Kartini juga pernah punya satu guru yang sama yakni KH Soleh Darat di Semarang.
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah yang bahkan pernah satu kamar asrama pesantren dengan KH Hasyim Asy’ari. Begitupun saat berguru ke H Abdul Karim Amrullah dan Syekh Muhammad Djamil Djambek Dahlan muda memanggil Hasyim Asy’ari dengan sebutan “Adi (adik) Hasyim”.
Pasalnya kala itu Darwisy (KH Ahmad Dahlan) muda usianya lebih tua dua tahun (16 tahun) dari Hasyim Asy’ari yang acam memanggil Darwisy dengan sebutan “Mas (kakak) Darwis”.
Keduanya bahkan juga belajar pada guru yang sama di Makkah, Arab Saudi, pada 1903. Selama dua tahun, Ahmad Dahlan kembali bersua dan belajar bersama Hasyim Asy’ari dengan berguru kepada Syekh Ahmad Khatib.
Oleh karena itu, meski keduanya pada akhirnya berbeda jalan, setidaknya gerakan Islam di Tanah Air bisa dibilang bersumber dari Syekh Ahmad Khatib yang kala itu juga merupakan Imam Besar Masjidil Haram di Makkah.
Semoga dengan ini umat muslim semakin kuat dan tidak mudah dipecah oleh kelompok-kelompok lain. semakin kuat umat muslim Indonesia, InsyaAllah Indonesia semakin Berjaya.