Jangan Suka Nitipin Anak ke Orangtua, ini Nasihat dari Ustadz Somad

Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 03 Jan 2020

Jangan Suka Nitipin Anak ke Orangtua, ini Nasihat dari Ustadz Somad

Renungkanlah yang Suka Nitipin Anak ke Orangtua Berikut Ini Nasihat UAS - Image from muslim.okezone.com

Banyak yang tak menyadari kesalahan dengan menitipkan anak pada orangtua

Bayangkan berapa kali orangtua kita bekerja keras untuk kita, mendidik, momong, hingga membiayai semua keperluan kita. Masa sekarang dihari tuanya kita susahkan juga lagi?


Saat ini banyak perempuan yang mengejar karir dengan alasan ekonomi untuk membantu keuangan keluarga.

Entah karena sibuk atau tidak sanggup merawat anak-anaknya karena aktivitas pekerjaan yang menguras waktu dan tenaga, akhirnya mereka pun memilih menitipkan anak-anaknya kepada orang tuanya.

Lantas bagaimana pandangan Islam terhadap kasus perempuan yang suka menitipkan anak kepada ibunya?

Ulama kondang, Ustadz Abdul Somad dalam sebuah video mengingatkan, umat Islam untuk membahagiakan dan tidak menyusahkan kedua orangtuanya dengan tidak menitipkan anak-anaknya kepada mereka.

"Berapa kali emak kita itu meninggalkan puasa gara-gara kita? sembilan puluh hari.

Tanya, tiga puluh hari dia tidak puasa karena kita berada dalam perutnya, tiga puluh hari dia tidak puasa karena tidak ada air susunya, tiga puluh hari lagi dua tahun.

Jadi sembilan puluh hari dia tidak puasa. Masa sekarang dihari tuanya kita susahkan juga dia lagi," ucapnya.

"Di hari tuanya ini bahagiakanlah dia. Kalau kalian tidak bisa bahagiakan orangtua, paling tidak jangan kalian membuat susah dia. Kalau tidak bisa kalian menyenangkan dia, jangan kalian susahkan di hari tuanya," lanjutnya.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, umat Islam harus membahagiakan orangtuanya dan jangan membuatnya menangis.

Jika memang tidak bisa membahagiakannya, setidaknya janganlah menyusahkan hidup mereka. Buatlah hidup mereka senang, tenang dan nyaman sebelum terlambat.

"Jangan sampai meleleh air matanya, orangtua tidak akan pernah menolak cucu. 'Mak jaga anakku ya' iyalah. Dia tidak pernah menolak cucu karena dia sayang ke anak kita. Kita lah yang berpikir," ujarnya.

"Jangan sampai setelah dia meninggal, barulah kita meratap, menangis. Tidak ada gunanya, menetes air mata darah.

Selama hayat ikat domba dan dia masih hidup, senangkanlah hatinya, senangkan hidupnya, senangkan, nyamankan dia, tenangkan pikirannya karena kematian akan menjemput tidak tahu entah kapan.

Kita sangka dia masih panjang, setelah itu dia meninggal, menyesal seumur hidup, tidak ada gunanya," lanjutnya.

Jika Anda termasuk dari mereka yang sering menitipkan anak pada orangtua, cobalah renungkan.

Merawat anak merupakan kewajiban orangtua. Jika anak tersebut tumbuh dengan baik hingga sukses dunia akhirat, orang yang merawatnya pun akan turut mendapatkan pahala.

Sebaliknya, jika anak tersebut ditelantarkan dan menjadi orang yang celaka maka dosa yang diperbuatnya pun akan turut ditanggung oleh orang yang merawatnya.

Imam Abu al-Hamid al-Ghazali ra. berkata, “Jika anak dibiasakan dan dididik untuk melakukan kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat kelak.

Setiap orang yang mendidiknya (orangtua maupun pendidik lain) akan turut mendapatkan pahala sebagaimana pahala sang anak atas amal salehnya.

Jika dibiasakan dengan keburukan dan ditelantarkan seperti hewan ternak, maka ia akan menjadi orang yang celaka dan binasa.

Dosa yang diperbuatnya turut ditanggung oleh orang-orang yang berkewajiban mendidiknya.”

Baca Juga: 

Merawat anak tidak hanya mendapat kebahagiaan dari sisi nurani saja. Namun juga mendapat pahala dari Allah yakni ketika merawatnya dengan ikhlas dengan cara mengarahkan ke jalan Allah dan tidak mengeluh ketika menghadapi segala ujian.

Berikut beberapa pahala merawat anak yang telah Okezone rangkum, Kamis (25/7/2019).

1. Penghalang dari jenis neraka

Dari Aisyah Ra berkata , "Saya pernah dikunjungi oleh seorang perempuan yang mempunyai dua orang anak perempuan. Kemudian, perempuan tersebut meminta makanan kepada saya.

Sayangnya, saat itu, saya sedang tidak mempunyai makanan, kecuali sebiji kurma yang langsung saya berikan kepadanya. Kemudian perempuan itu menerimanya dengan senang hati, dan membagikannya kepada dua anak perempuannya tanpa sedikitpun ia makan. Setelah itu, perempuan itu bersama dua orang anak perempuannya pergi."

Tidak lama kemudian, Rasulullah Saw masuk ke dalam rumah. Lalu, saya menceritakan kepada Rasulullah tentang perempuan dan kedua anak perempuan tadi. Mendengar cerita ini, Rasulullah Saw bersabda:

“Barang siapa diuji dalam pengasuhan anak-anak perempuan, lalu ia dapat mengasuh mereka dengan baik, maka anak perempuannya itu akan menjadi penghalangnya dari api neraka kelak.” (HR. Muslim).

2. Mendapat syafaat di hari kiamat menurut Islam

Rasulullah SAW bersabda:

“Dari Anas bin Malik Ra., ia berkata, ‘Rasulullah Saw telah bersabda, ‘Barang siapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya di hari Kiamat kelak.’ Beliau merapatkan kedua jarinya.” (HR. Muslim).

3. Pahala bagi ibu yang merawat dengan menyusui

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya :“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. "Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Surah Al- Baqarah Ayat 233)

Baca Juga:

4. Pahala melakukan tanggung jawab

“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban terhadap bawahan yang kalian pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Pahala amal jariyah jika anaknya sholeh

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW disebutkan, “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh.”

6. Kebaikan di akhirat

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seoang hamba saleh di surga, lalu ia berkata: Wahai Tuhanku, darimana aku dapatkan semua ini? Kemudian Allah menjawab: Dengan sebab istighfar anakmu untuk dirimu.” (HR. Ahmad)

SHARE ARTIKEL