Fakta, Kasus Pembunuhan Anak 6 Tahun, ini Kata Psikolog

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 09 Mar 2020

Fakta, Kasus Pembunuhan Anak 6 Tahun, ini Kata Psikolog

NF, Pelaku Pembunuhan Bocah 6 tahun - Image from www.sonora.id

Psikolog: 'Masa remaja itu masa pencarian jati diri, harus dipantau'

Psikolog Rose Mini angkat bicara terkait kasus pembunuhan yang dilakukan remaja berusia 15 tahun terhadap bocah berumur 6 tahun di Jakarta Pusat. 

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadi berbagai perubahan dalam diri seseorang, diantaranya ialah peningkatan emosional, perubahan fisik disertai kematangan seksual, serta perubahan nilai-nilai yang diyakini. 

Usia remaja juga merupakan tahap pencarian jati diri. Apabila salah langkah akan jadi bahaya, sebab hal tersebut akan berpengaruh besar pada masa dewasanya. 

"Mereka (anak remaja) memiliki kecenderungan masalah moral yang tak bisa membedakan antara baik dan buruk sehingga dia tidak tahu apa yang dilakukan, diikuti itu sesuatu yang baik atau buruk, harus dipantau, diperhatikan," ujar psikolog yang akrab disapa Bunda Romi. 

Bunda Romi mengangkat kasus remaja perempuan yang membunuh bocah berusia 6 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat. Menurut keterangannya kepada polisi, dia hobi menonton tayangan yang menunjukkan aksi kekerasan dan sadis seperti Film Chucky The Murder Doll.

Romi beranggapan tayangan tersebut memang menjadi penyebab dia melakukan pembunuhan tersebut. 

Baca juga : 

"Seperti Chucky kan dia malah tertawa itu bonekanya ya, jadi bisa saja itu identitas yang terbentuk dalam dirinya seperti yang dilihat," jelas Bunda Romi.

Bunda Romi memberi nasehat kepada seluruh orangtua agar tidak lengah dengan aktivitas yang dilakukan oleh sang anak. Pahami dan pantau setiap aktivitas dan yang mereka sukai. 

"Kita lihat itu karena pemahaman anak masih sangat sederhana belum tentu dia paham banget yang ditonton. Jadi kalau dari kecil didampingi maka itu sangat membantu ke depannya," ucap Bunda Romi.

Psikolog Tumbuh Kembang Anak: 'Perlunya Proses Assesmen yang Lengkap'

Psikolog tumbuh kembang anak, Dr Indria Laksmi Gamayanti, M.Si, mengatakan kondisi psikologis remaja ini bisa didasari oleh beragam faktor.

"Kalau dia kata-kata di FB itu bisa jadi karena tontonannya, bacaannya, hal-hal seperti itu. Kan ada itu cerita-cerita horor dan cerita detektif, seperti melakukan sesuatu terus dia melakukan apa. Itu ada. Tapi itu di satu sisi," ujar Indria Laksmi, Minggu (8/3).

Laksmi menyatakan ada faktor lain yang bisa berpengaruh dalam perilaku penyerahan diri NF, yakni adanya dorongan nuraninya karena rasa bersalah. 

"Mungkin saja dia sebetulnya masih punya hati nurani, kemudian ada rasa penyesalan yang dalam. Kan bisa saja. Kemudian dia terdorong menyerahkan diri," tutur Ketum Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis Indonesia ini.

Meskipun demikian, Laksmi belum bisa memberikan kesimpulan soal kasus ABG N ini. Menurutnya, butuh serangkaian test untuk memahami kondisi psikologis NF yang suka menggambar sketsa ini.

"Psychology dynamic (dinamika psikologi) yang terjadi pada anak itu yang perlu betul-betul diurai. Proses asesmen yang lengkap, juga riwayat dia pas masih kecil. Dari kondisi pengasuhan hingga kondisi sosial dia untuk mengambil kesimpulan. Saya belum bisa menganggap ini sebuah expert judgment (kesimpulan ahli)," jelasnya.

Ahli Grafologi: 'Gambar Bermakna Kesedihan dan Kemarahan'

Selain analisis dari ilmu psikologi, ahli grafologi juga turut membaca dan memaknai sketsa dan tulisan ABG NF itu. Grafologi adalah ilmu untuk mempelajari kondisi psikologis seseorang lewat tulisan tangannya. 

Deborah Dewi, seorang grafolog coba menganalisis sketsa hingga tulisan ABG N tersebut. Deborah adalah salah satu ahli grafologi yang telah memenuhi Standard Competence EC-0293 sebagai Graphologist Expert. Selain itu dia juga telah tervalidasi oleh Apostille The Hague Convention.

Menurut Deborah, tulisan ABG N ketika menulis huruf t, y dan g yang unik. Pasalnya, ABG N menulis huruf-huruf tersebut dengan sudut yang tajam. Huruf yang ditulis seperti itu mengandung makna tersendiri.

"Terdapat sudut tajam dan bentuk segitiga yang tidak pada tempatnya di balik tulisan tangan dan coretan gambar ABG N. Menariknya, tidak ada satupun sistem pendidikan di dunia ini yang mengajarkan bentuk huruf t, y, g yang dibuat dengan sudut tajam atau mengandung unsur segitiga," kata Debora, Minggu (8/3).

"Sehingga ketika muncul bentuk tersebut dalam sebuah tulisan tangan secara terus menerus, tentu memiliki makna tersendiri," sambungnya.

Selain itu, Deborah melihat aktivitas yang kompleks dalam tulisan tersebut, salah satunya dia melihat tulisan N mengandung konflik antara pikiran dan perasaan.

"Arah tulisan tangan yang tidak teratur. Menulis adalah salah satu aktivitas otak yang sangat kompleks. Ketika seseorang menuliskan isi pikirannya namun bentuk tulisannya menunjukkan arah yang berlawanan, hal ini merupakan indikator adanya konflik antara pikiran dan perasaan penulisnya," ujar Deborah.

Deborah menyimpulkan bahwa gambar dan coretan ABG N menunjukkan muatan emosi kesedihan dan juga kemarahan.

"Adapun makna secara khusus yang terdapat pada tulisan tangan maupun coretan ABG "Slenderman" menunjukkan kesedihan, kemarahan, gambar diri yang tidak stabil, sangat sensitif terhadap penolakan, memiliki intensitas emosi yang sangat kuat, berubah-ubah serta agresif," ungkapnya. 

Deborah mengaku prihatin dan meminta pada masyarakat agar lebih peka dan tanggap dalam menghadapi perilaku-perilaku yang menyimpang seperti ini.

Jika Masyarakat Peka dan Tanggap, Kasus ini Bisa Dicegah 

Jika lingkungan sekitar ABG NF ini lebih peka dan tanggap, maka sangat memungkinkan bisa mencegah perilaku ini sebab sebelumnya dikabarkan bahwa NF mengalami perubahan perilaku yang cukup drastis. 

1. Perubahan Perilaku yang Drastis

NF kerap mengurung diri di dalam kamarnya semejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Kamarnya terletak di lantai dua rumah tersebut. Hal ini berbeda saat dia duduk di bangku sekolah dasar.

Hal ini diungkapkan oleh tetangganya, Yanti, mengaku NF sering mengajak anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya untuk bermain di rumahnya saat masih duduk di bangku SD. 

Sedangkan, pada saat sudah masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), NF sudah jarang terlihat bermain. “Dia tidak main. Dulu lagi SD pernah main, mengajak anak-anak ke atas,” kata Yanti.

2. Curahan Hati dan Kesukaannya

Selain fakta perubahan perilaku yang drastis tersebut, sebenarnya bisa diketahui pula melalui perasaan dan hal-hal yang disukainya. Hal tersebut terlihat dari curhatan hatinya yang ditulis di buku dan papan tulis serta film yang digemarinya. 

Salah satu gambar yang dibuatnya adalah tokoh Slanderman yang dikenal sebagai sosok urban legend dalam budaya pop. 

Slender Man adalah karakter fiksi yang muncul pertama kali di forum Something Awful dalam postingan Eric Knudsen. 

Creepypasta adalah sebutan untuk karakter semacam ini, yaitu legenda biasanya bertemakan horor yang populer dan tersebar secara bebas di dunia maya.

Karakter ini digambarkan dengan ciri-ciri badan kurus, tinggi, berjas hitam, dan kepala plontos tanpa wajah. Karakter ini dipakai untuk menggambarkan karakter yang senang menguntit, menculik, dan menyerang orang lain, utamanya anak-anak.

ABG N juga diduga terinspirasi film horror boneka pembunuh 'Chucky'. Chucky adalah salah satu ikon horor paling terkenal sepanjang masa. Bukan hanya di kalangan anak-anak saja, melainkan juga orang dewasa pun banyak yang mengenalnya.

Adegan yang sering ditampilkan dalam film tersebut adalah adegan sadis pembunuhan. Oleh sebab itu tidak aneh jika ternyata NF terinspirasi dari film ini.

3. Kebiasaan yang Nyeleneh 

Selain itu, NF juga sering menyiksa dan membunuh hewan seperti kodok, cicak dan kucing peliharaannya. "Kodok hidup, dia [NF] bisa bunuh tusuk-tusuk pakai garpu. Cicak juga biasa dia bunuh juga," kata Heru di Mapolrestro Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020). 

Bahkan ia juga pernah melempar kucing peliharaannya dari lantai 2 rumahnya karena kesal.

Aktivitas tersebut juga dikaitkan dengan perilaku psikopat dan didukung kuat dengan hasil studi yang dilakukan oleh Dr Phillip Kavanagh dan koleganya menyebutkan bahwa penyiksaan pada hewan bisa menjadi tanda seseorang memiliki sifat Dark Triad (machiavellianism, narcissism, dan psychopathy).

Studi Dr Phillip ini pun menyatakan tanda-tanda psikopat berhubungan dengan perilaku seseorang yang suka menyakiti hewan dengan sengaja. Contohnya adalah kasus Mary Bell, pembunuh yang korbannya anak kecil ini, pernah menyiksa burung merpati hingga mati.

Selain itu, perilaku suka menyiksa hewan termasuk aktivitas yang mendapatkan skor sadisme tinggi berdasarkan 10-item Short Sadistic Impuls scale.

Oleh sebab itu penting sekali untuk masing-masing dari kita lebih peka terhadap lingkungan sekitar kita. Utamanya orang tua terhadap anak-anak. Amati perilaku anak, kesukaan, cara bicara, cara berpikirnya, responnya terhadap stimulus dan lain-lain. 

Hal ini sebagai bentuk antisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti kasus ini, remaja yang sudah terpapar dengan aksi kekerasan. Terlihat dari kegiatan sehari-hari, kesukaan, hobi dan perubahan perilakunya. 

Kepekaan dan ketanggapan kita adalah bagian penting dari terciptanya masyarakat yang damai dan tenteram. 

Pelaku puas setelah melakukan aksinya

Ternyata banyak fakta yang ditemukan setelah polisi menyelidiki, mulai dari pelaku yang membuat status setelah pembunuhan, hingga cerita-cerita menyeramkan yang ia tulis di bukunya. Bahkan ia juga mengungkapkan bahwa aksinya dilakukan dengan sadar dan tanpa penyesalan.

SHARE ARTIKEL