Tak Dipenjara, Kak Seto Beri Saran ini Pada Remaja Pembunuh Balita

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 11 Mar 2020

Tak Dipenjara, Kak Seto Beri Saran ini Pada Remaja Pembunuh Balita

NF pembunuh balita - Image from beritaislam.org

Dipenjara tak sesuai UU, dihukum mati juga tak sesuai UU

Kak Seto angkat bicara mengenai kasus pembunuhan yang dilakukan oleh NF. Selain itu pakar psikologi forensik juga menginformasikan pihaknya juga menghadapi dilema dalam pemberian hukuman yang akan dijatuhkan untuk NF. Kira-kira apa hukuman yang tepat untuk remaja ini?

Kasus pembunuhan balita yang dilakukan oleh remaja 15 tahun sempat menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Pasalnya pembunuhan yang dilakukan tergolong sadis dan diungkapkan karena terinspirasi dari film horor. 

Selain itu, ternyata korban juga memiliki kebiasaan menyiksa binatang, mulai dari menusuk kodok dan cicak dengan garpu. Selain itu juga melempar kucing dari lantai dua. 

Muncul banyak pertanyaan di masyarakat, salah satunya mempertanyakan di mana keberadaan kedua orangtua NF saat anaknya terjerat kasus mengerikan tersebut. 

Setelah diusut, ternyata kedua orangtua NF telah lama bercerai. Kapolres Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto mengungkap latar belakang keluarga remaja 15 tahun tersebut yang kini tinggal bersama ibu tiri. 

Baca juga : 

"Kalau yang saya tanyakan langsung 'Adakah yang kamu benci di rumah sekarang ini? Antara orang tua, bapaknya atau ibu tiri?'," ucap Heru menirukan pertanyaannya kepada NF.

"Dia (pelaku) bilang tidak ada, 'Kepada adiknya apakah benci? Tidak juga'," sambungnya. 

Lebih lanjut, Heru juga mengungkapkan hubungan pelaku dengan kedua orang tua kandung yang sudah bercerai.

Menurut Heru, selama ini pelaku merasa tidak suka kepada orang tua kandungnya.

"Memang dia (pelaku) agak sedikit tidak suka kepada orang tua kandungnya," ucap Heru.

Pasalnya, selama ini ia merasa telah ditinggal orangtuanya.

"Karena pelaku merasa 'Saya ditinggal orang tua kandung'." tambahnya.

Seto Mulyadi Minta NF Direhabilitasi

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, angkat bicara terkait kasus pembunuhan yang dilakukan oleh NF. 

Kak Seto mengapresiasi pihak kepolisian yang bertindak cepat dalam mengungkap kasus tersebut. 

Selain itu, dia juga meminta polisi untuk tidak menahan pelaku NF, melainkan dirujuk untuk menjalani program rehabilitasi.

“Kami apresiasi kepolisian. Tapi diimbau untuk tidak menahan pelaku, melainkan memberikan rehabilitasi,” kata Kak Seto, pada Selasa (3/10/2020).

Menurutnya, rehabilitasi diperlukan agar dapat memberikan perubahan terhadap perilaku NF yang mengaku tidak menyesal setelah membunuh APA, dan justru merasa puas.

Kak Seto menuturkan, aksi kekerasan termasuk pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak merupakan dampak dari terpengaruhnya pelaku atas lingkungan sekitarnya. 

“Anak bisa melakukan kekerasan hingga menelan korban jiwa diduga karena kurangnya pengawasan orang tua,” ujar Kak Seto.

Kak Seto menjelaskan, karena kurangnya pengawasan itulah, membuat orang tua membiarkan anaknya menyaksikan tayangan-tayangan yang mengandung kekerasan dan tindakan sadis. Akibatnya, sang anak mencontoh hal tersebut. 

Psikologi Forensi : 'Kita serba salah'

Reza Indragiri, seorang psikologi forensik, menanggapi kondisi NF yang mengalami broken home, dia menjelaskan bahwa ada efek samping perceraian pada tumbuh kembang anak.

"Masuk akal, keluarga yang morat-marit, keluarga yang tidak harmonis, keluarga yang bercerai akan memunculkan pola pengasuhan yang tidak sesuai.

"Sehingga anak harus menjalani proses tumbuh kembang yang tidak sehat atau tidak wajar," ucapnya.

Selain itu, perceraian membawa dampak buruk bagi anak-anak, termasuk berpengaruh pada kondisi kesehatan mentalnya.

Penelitian dari The World Psychiatric Association, menyebutkan anak-anak dari keluarga yang bercerai dapat dihadapkan dengan masalah-masalah, seperti perilaku impulsif, kenakalan, dan melakukan gangguan.

Perceraian atau perpisahan dalam keluarga akan menciptakan kekacauan emosional bagi seluruh anggota keluarga. Namun bagi anak-anak, situasinya dapat membingungkan, mendorong frustrasi, dan menakutkan.

Remaja sangat mungkin akan menyalahkan salah satu orangtua atau bahkan membenci kedua orangtuanya karena pergolakan dan perubahan mendadak dalam keluarga.

Terlepas dari budaya, jenis kelamin, dan usia, penelitian membuktikan bahwa anak-anak dari orang tua yang bercerai mengalami peningkatan masalah kesehatan fisik.

Bahkan lebih parah, perceraian juga dapat menyebabkan anak-anak bisa melakukan tindakan agresif di saat dewasa.

Meski begitu, Reza menjelaskan bahwa kasus yang menimpa remaja 15 tahun ini penuh dilema, sebab tidak bisa ditangani dengan hukuman pidana maupun rehabilitasi.

"Dipenjara jelas tidak akan menimbulkan efek jera, maka kemungkinan yang tersisa adalah rehabilitasi.

"Tapi persoalannya, sampai detik ini tidak ditemukan program rehabilitasi yang mujarab yang bisa mengubah tabiat kepribadian anak-anak dengan perilaku yang amat sangat sadis semacam ini. Jadi kita serba salah," tegasnya.

Oleh sebab itu, hingga saat ini pihak kepolisian masih terus mendalami kasus remaja 15 tahun yang membunuh balita tersebut.

Peran Ayah dan Ibu dalam Membimbing Anak Broken Home

Bagi Ayah dan Bunda yang telah berpisah bisa menerapkan tips-tips berikut ini, agar anak bisa kuat dan tegar menghadapi kondisi broken home. Selain itu juga bisa membuat mereka semangat untuk menjalani hidup. 

1. Arahkan Anak untuk Berperilaku Positif

Anak yang mengalami broken home rentan menjadikan hal tersebut sebagai permasalahan hidup yang takkan pernah usai, jika orang tuanya tidak kembali bersama. 

Dengan begitu pikirannya rentan kacau dan dipenuhi dengan keinginan-keinginan atau perilaku negatif. Oleh sebab itu ayah dan bunda perlu mengarahkan fokus mereka pada hal-hal yang baik. 

Sehingga tenaga, waktu dan pikirannya bisa diberikan untuk hal-hal yang positif.

2. Dengarkan Curhatan Anak

Anak yang mengalami broken home biasanya ingin di dengarkan dan diperhatikan, karena mereka tentu membutuhkan pelarian untuk masalah mereka. 

Oleh sebab itu, sebisa mungkin tetaplah mendampingi dan mendengarkan curahan hati anak Anda. Selain itu orang tua juga harus tau cara mengatasi anak yang sedang emosional. 

3. Usahakan Tidak Melibatkan Anak Dalam Masalah

Sebisa mungkin jangan melibatkan anak dalam permasalahan keluarga sebab hal itu justru akan membuat anak merasa terpuruk, emosional dan tidak bisa mengendalikan dirinya. 

Jika anak bertanya mengenai masalah, usahakan agar menjelaskannya dengan hati-hati namun tetap jujur dan berikan pandangan positif atas masalah tersebut. 

4. Tanamkan Nilai Agama Pada Anak

Menanamkan nilai agama pada anak adalah suatu kewajiban dan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh mereka. 

Sebab dalam ajaran agama akan membekali Anda dengan aturan-aturan baik dalam menjalani kehidupan. Sehingga akan memberikan anak batasan serta mencegah anak terjerumus pada perilaku-perilaku negatif.

SHARE ARTIKEL