Anak Jadi Sering Marah Akibat Di Rumah Aja? Ini Cara Mengatasinya
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 20 Apr 2020Anak jadi sering marah - Image from hellosehat.com
Penat di rumah aja tak hanya dirasakan orang dewasa
Anak-anak pun merasakan kejenuhan yang luar biasa. Biasanya setiap hari minggu bisa jalan-jalan ke tempat wisata. Namun kini, rutinitas itu berubah sejak pandemi corona. Tak heran anak-anak sering marah. Jangan dibentak begini mengatasinya.
Sudah lebih dari sebulan kita di rumah saja ya, Bunda. Bosan, jenuh, hingga stres mungkin dirasakan mayoritas orang karena pandemi Corona yang memaksa kita semua untuk tetap di rumah. Tidak terkecuali anak-anak.
Apalagi, mengingat anak-anak hobinya main di luar rumah. Sehingga sudah pasti anak sering merengek minta keluar.
Bunda dan Ayah yang sedang work from home (WFH) pun kesal dibuatnya. Seisi rumah akhirnya jadi suka marah-marah, termasuk anak-anak.
Baca juga : Mahar Nikah yang Paling Sempurna Menurut Rasulullah SAW
Dengan di rumah saja, Bunda mungkin khawatir anak-anak malah tidak bisa berkembang dan mengalami kemunduran.
Misalnya saja, si kecil baru masuk TK dan belajar bersosialisasi dengan teman-temannya, sekarang harus main sendiri lagi di rumah.
Sebelum membahasnya, perlu diketahui istilah regresi yang diciptakan Sigmund Freud.
Maksudnya, kembali ke tahap perkembangan sebelumnya sebagai mekanisme pertahanan selama masa-masa stres. Orang dewasa maupun anak-anak bisa mengalami regresi.
"Ini adalah mekanisme perlindungan diri," kata Sally Beville Hunter, Ph.D., asisten profesor klinis di University of Tennessee, Knoxville, dikutip dari New York Times.
Hunter menjelaskan, kalau anak-anak harus meninggalkan rutinitas misal sekolah, lalu 'mundur' ke tempat yang aman yakni di rumah. Tak ayal, mereka justru akan menuntut kenyamanan lebih.
Jadi, apa yang kita anggap sebagai kemunduran dalam perkembangan anak-anak itu hanya tipikal. Hunter memastikan, tidak ada hubungannya dengan pandemi Corona atau perubahan yang ditimbulkan dalam kehidupan mereka.
Hunter mengingatkan, lock down atau karantina di rumah artinya waktu bersama anak-anak jadi lebih banyak daripada sebelumnya. Begitu juga dengan pendidikan anak-anak.
Kalau pada orang dewasa, proses belajar biasanya memperoleh keterampilan baru dengan kecepatan tetap.
"Tetapi untuk seorang anak, proses belajarnya tidak linear. Ini akan tumbuh," ujar Hunter.
Dijelaskan juga oleh Lauren Knickerbocker, Ph.D., psikolog anak di N.Y.U. Langone's Child Study Center, mengenai beberapa jenis regresi.
Diantaranya ialah kemunduran ketika ke toilet, tidak ingin berpakaian atau makan sendiri, lebih lengket ke orang tua, sering marah atau ngambek, dan mengalami gangguan tidur seperti jam tidur siang, mimpi buruk, atau pola tidur.
"Jika Anda mengamati perubahan ini, Anda seharusnya tidak melihatnya sebagai alarm," kata Knickerbocker.
Ia menegaskan, ini hanya sebuah sinyal bahwa anak membutuhkan lebih banyak dukungan dan perhatian dari orang tuanya.
Apa yang harus Bunda lakukan?
Disarankan Dr. Aaron E. Carroll, M.D., seorang profesor pediatri di Indiana University, Amerika Serikat, orang tua harus tetap memberikan penguatan positif sebanyak mungkin.
Menurutnya, hal tersebut lebih baik dibandingkan dengan mengomel dan memarahi anak. Bahkan ketika kita tidak hidup dalam krisis global.
Apalagi saat pandemi Corona seperti ini, maka penting bagi Bunda untuk terus berusaha bersikap simpatik.
"Kita tidak ingin menghukum anak-anak, kita harus bereaksi dengan cara tepat dalam situasi yang sudah membuat stres," katanya.
Bunda tentu tahu bagaimana susahnya menahan anak agar tetap di rumah saja. Dikatakan dr.Dicky Iskandar Nandeak, Sp.A, dari RSU Bunda Jakarta, orang tua memang harus lebih sabar menghadapi anak-anak yang ngeyel ingin keluar rumah.
Terlebih dalam situasi pandemi yang seperti menekan setiap orang untuk keluar demi kebaikannya.
"Gunakan bahasa yang sangat mudah dimengerti, agar mereka mau diam di rumah. Didongengkan kenapa kita harus di rumah saja, dikasih contoh bahwa di luar sana banyak virus yang lebih kecil dari semut," saran Dicky.
Ia juga memastikan, anak-anak harus diberi tahu kalau kita ke luar rumah bisa tertular karena virus itu mudah berpindah ke tubuh kita.
5 Cara Mengajarkan kepada Anak tentang Corona
Lebih lanjut berikut ada lima cara mengajarkan kepada anak tentang virus corona.
1. Apa itu virus corona?
Langkah pertama yang bisa dilakukan orangtua untuk memberikan edukasi tentang virus corona kepada anak-anak ialah mengajak anak berdiskusi santai dan ringan tentang virus corona.
Tanya anak apakah sudah tahu tentang virus ini dan apa saja yang sudah mereka tahu. Setelahnya beritahu anak asal virus, penyebaran dan apa saja gejalanya, dengan cara yang mudah dimengerti.
2. Corona bisa dicegah dan disembuhkan
Saat ini, pandemi corona banyak dibicarakan oleh berbagai media sosial, tak luput juga dari perbincangan di kalangan masyarakat. Banyak beredar informasi jumlah kematian dan hal-hal mengerikan lainnya.
Daripada hal ini bisa mencemaskan si anak, lebih baik orang tua memfokuskan bahwa corona adalah penyakit yang bisa dicegah dan disembuhkan.
Lalu beritahu anak-anak tentang cara pencegahan dan penyembuhannya dengan mudah. Seperti praktekkan cara cuci tangan, menggunakan masker, makan makanan yang bergizi dan lain sebagainya.
Ceritakan kisah-kisah orang yang sudah sembuh dan kiat-kiat kesuksesannya.
3. Pola hidup bersih dan sehat
Langkah selanjutnya adalah mengajak anak untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Ceritakan pada anak tentang bagaimana pola hidup bersih dan sehat.
Jelaskan apa-apa saja yang perlu dilakukan. Seperti olahraga, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, sering mencuci tangan, dan lainnya.
4. Manfaat berada di rumah
Karena pandemi corona, anak-anak mungkin saja merasa bosan ketika harus di rumah terus. Oleh sebab itu orang tua harus memberikan penjelasan agar anak-anak mau dan patuh untuk tetap berada di rumah.
Beritahu bahwa hal ini adalah salah satu cara untuk mencegah corona. Beritahu juga konsekuensi terburuk akan adanya arahan di rumah saja, misal tidak ada agenda jalan-jalan, liburan ke luar rumah, ataupun taman. Sampai saat wabah ini selesai.
Dengan begitu, nantinya di akhir pekan, anak-anak tidak kaget dan menuntut orang tua untuk jalan-jalan.
5. Menjadi contoh
Dari keempat hal itu, coba Ayah dan Bunda berikan contoh. Sehingga anak lebih mudah mengikuti. Jangan sampai apa yang kita perintahkan kepada anak, justru tidak kita jalankan.